oleh Luo Tingting
Baru-baru ini banyak orang di Tiongkok mengalami demam, sampai sekolah-sekolah diliburkan, dan pembelian panik obat mengatasi demam kembali terjadi. Pejabat mengklaim bahwa ini adalah “influenza” atau “flu”, bukan lagi COVID-19. Tetapi sejumlah warga menduga bahwa pihak berwenang dengan maksud tertentu telah mengubah nama COVID-19 menjadi “influenza”. Namun, beberapa dokter Tiongkok memperingatkan bahwa “Influenza” juga bisa menyebabkan “paru-paru putih”, bahkan gejalanya bisa serius.
“Flu Juga dapat Menyebabkan paru-paru putih” jadi pencarian panas di Internet
Pada 27 Februari, entri “Dokter menyebut influenza juga dapat menyebabkan paru-paru putih” muncul di pencarian trending Weibo. Tercatat pada 28 Februari pukul 15:00, jumlah penayangan telah mencapai lebih dari 120 juta.
Dr. Hu Yang, Wakil Direktur Unit Bagian Pernafasan di Rumah Sakit Paru Kota Shanghai, pada 22 Februari memperingatkan di Weibo bahwa virus influenza juga dapat menyebabkan paru-paru memutih dalam skala besar, dan kasusnya cukup serius.
Digambarkan bahwa pasien yang mengalami gejala batuk, berdahak, dispnea atau sesak napas, dan hipoksemia, sebaiknya segera berobat ke rumah sakit. Bagi mereka yang gejalanya parah bahkan perlu dirawat di ICU, dan sejumlah kecil pasien perlu Intubasi endotrakeal.
Pada 27 Februari, media Tiongkok “yicai” yang mengutip ucapan Dr. Zhang Zhenhua, Direktur Penyakit Dalam (penyakit menular) Rumah Sakit Afiliasi Kedua Universitas Kedokteran Anhui memberitakan, bahwa tingkat rawat inap dan kematian bagi orang berusia lanjut yang terinfeksi virus “influenza” dapat meningkat dari 10 hingga 100 kali lipat.
“Jika terinfeksi virus ‘influenza’ bersamaan dengan virus pernapasan lain seperti virus COVID-19, maka risiko terjadinya gangguan pada pernapasan bawah akan semakin meningkat”, tulis Dr. Zhang Zhenhua.
Menjelang pertemuan Dua Sesi, pasien demam melonjak di seluruh negeri
Menjelang pertemuan Dua Sesi Partai Komunis Tiongkok, para siswa di Beijing, Shanghai, Hangzhou, dan tempat-tempat lain mengalami demam kolektif, sehingga banyak sekolah diliburkan. Warga masyarakat khawatir bahwa epidemi COVID-19 akan kembali mencapai puncak baru.
Namun, kecuali dua sekolah di Kota Hangzhou yang pertama kali meliburkan sekolah bagi murid-muridnya. Hampir semua pejabat yang berwenang mengklaim bahwa demam yang dialami para siswa itu adalah akibat virus “influenza”.
Menurut laporan terbaru WHO, bahwa peningkatan angka infeksi influenza di Tiongkok pada bulan Februari 2023 terkait dengan penularan simultan dari dua subtipe virus influenza A. Dengan meningkatnya secara tiba-tiba jumlah pasien demam, entri terkait “flu” terus muncul di pencarian panas Weibo, dan obat “oseltamivir” sampai habis di pasar akibat diborong warga.
Komentar para warganet antara lain : “Flu sedang merajalela, anak saya bahkan juga setengah dari siswa kelasnya di sekolah terserang”. “Banyak siswa yang sekelas anak saya tidak masuk sekolah, begitu banyak anak yang terkena ‘flu’ secara bersamaan, sungguh baru kali ini saya alami”. “Tiba-tiba 20 orang anak TK dalam satu kelas mengalami demam dalam dua hari. Tidak pernah terjadi di masa lalu (kecuali saat COVID-19).”
“Sedih saya melihat anak-anak mengalami demam dan sakit. Kemarin pagi, ada 11 orang anak yang tidak masuk sekolah, dan jumlahnya bertambah menjadi 17 orang pada sore harinya. Hari ini, setelah melihat video yang diposting seorang guru bernama Xiao Liu, siswa di kelas tinggal setengahnya. Gurunya juga ikut terkena demam, liburkan saja pelajaran, supaya masing-masing bisa dirawat di rumah”.
Sebuah video yang diposting di Internet menunjukkan bahwa banyak anak yang demam sedang berobat di Rumah Sakit Kota Liaoyuan, Provinsi Jilin.
Seorang wanita warga Kota Changchun mengungkapkan, bahwa banyak taman kanak-kanak di kota telah ditutup, tampak gelombang epidemi telah muncul kembali.
Pada 27 Februari, sebuah video menggambarkan situasi di Tiongkok yang beredar di Twitter. Di mana seorang pria sedang mengantar seorang anak tetangganya yang berusia 9 tahun ke rumah sakit untuk berobat. Terlihat rumah sakit tersebut telah dipenuhi oleh anak-anak yang berobat. Untuk itu mereka terpaksa mengantri selama 4 jam sebelum mendapat giliran menemui dokter. Hasil diagnosis menyebutkan bahwa anak tersebut menderita influenza tipe A dan diberikan obat resep. Rawat inap di rumah sakit tidak dimungkinkan karena penuh.
Tidak hanya anak-anak, orang dewasa pun banyak yang mengalami gejala demam. Netizen bernama “Daohan” menuliskan komentarnya : “Penyebarannya sangat cepat. 5 dari 10 orang rekan sekantor semua terserang flu. Satu dari mereka mengalami demam sampai 40℃. Saya sendiri 39℃. Bahkan obat ibuprofen pun tidak bisa mengatasi keluhan”.
Netizen bernama “Pengacara Lei Jiamao” : “Badan terasa lemas dan nyeri, tenggorokan sakit, pusing saat menggelengkan kepala. Meski demam ringan hanya sedikit di atas 37℃. Tetapi saya merasakan gejala kali ini lebih tidak nyaman daripada COVID-19. Saya curiga apakah kembali positif COVID-19, tetapi antigen menunjukkan negatif”.
“Axiba 68” : “Saya juga terserang ‘flu’ yang gejalanya tidak berbeda dengan COVID-19”.
“COVID-19 berganti nama menjadi influenza tipe A”
Karena peningkatan tajam dalam jumlah orang yang terserang demam, masyarakat khawatir akan kebangkitan kembali epidemi virus Partai komunis Tiongkok (COVID-19). Wang Baozeng, Direktur Unit Penyakit Menular Rumah Sakit Tiantan Beijing yang berafiliasi dengan Capital Medical University, mengatakan kepada media bahwa kemungkinan orang terinfeksi secara bersamaan virus H1N1 dan virus COVID-19 sangat kecil. Tetapi keterangannya itu justru mengundang cemooh netizen : “Harap pakar bisa mengurangi bicara”. “Tidak mendengarkan ‘saran’ ahli malah bisa hidup lebih lama.”
Dokter Tiongkok Hu Yang baru-baru ini memposting video di media sosial yang menyebutkan : Masih ada banyak pasien rawat jalan dengan gejala terkait COVID-19 yang mendatangi klinik. Disarankan kepada pasien yang mengalami gejala terus-menerus, agar tidak mengabaikannya dan segera berobat. “Hari ini ada lebih dari 100 orang pasien yang menemui saya. Dan hampir 70 dari mereka datang dengan keluhan seperti pasien yang pulih dari COVID-19.”
Banyak netizen berkomentar : “Tindakan perlindungan masih sangat diperlukan. Terlalu banyak orang yang mengalami positif ulang”. “Belakangan ini, banyak orang di sekitar saya yang mengalami positif ulang. Semoga saja kita terbebas dari ancaman itu”.
Ada netizen menduga bahwa karena Dua Sesi PKT sebentar lagi akan diadakan, jangan-jangan pihak berwenang menggunakan “influenza” untuk menutupi munculnya gelombang baru epidemi COVID-19. “Apakah tidak mungkin mengganti COVID-19 dengan influenza tipe A ?”
Yue Shan, seorang komentator politik mengatakan kepada NTDTV : “Apa yang PKT lakukan sekarang adalah menjaga stabilitas politik. Terlepas dari Kongres Nasional ke-20 sebelumnya atau Dua Sesi yang segera akan berlangsung, dan masih akan terus ada di masa mendatang. Oleh sebab itu, PKT tidak akan pernah berhenti membual. Dengan mencari cara, mengganti nama untuk menutupi kesalahan. Jelas, bawahan tidak berani melaporkan, terutama karena Xi Jinping sendiri pernah menyebutkan bahwa pemerintah Tiongkok berhasil menciptakan keajaiban dalam mengatasi epidemi COVID-19.” (sin)