Yang Wei
Setahun sudah perang Rusia-Ukraina berlangsung, Beijing yang sepertinya berniat memainkan peran netral untuk menengahi, apa daya dengan cepat sudah terungkap. Melihat banyak pihak tidak bisa menerima, maka ia menampakkan sosok aslinya.
Setelah sejenak bersandiwara, PKT (Partai Komunis Tiongkok) tidak hanya tidak berhasil mendapatkan sedikit pun reputasi, sebaliknya justru semakin memperbesar wujud karakter jeleknya, dan langkahnya menuju podium kubu yang berkonfrontasi, kembali disoroti oleh masyarakat internasional.
PKT Perlihatkan Sosok Aslinya Berperan Sebagai Penengah
Pada 24 Februari lalu tepat satu tahun meletusnya Perang Rusia-Ukraina, PKT telah mengeluarkan dokumen berjudul “Sikap RRT Menyelesaikan Krisis Ukraina Secara Politis” yang memuat 12 poin. Akan tetapi, pada hari yang sama dalam konferensi pers Kemenlu RRT, juru bicara Wang Wenbin justru menyatakan telah melepaskan kesempatan menjadi penengah, yang sama dengan membubuhkan tanda titik atas drama palsu beberapa hari terakhir ini.
Pertanyaan dari banyak wartawan membuat Wang Wenbin kewalahan. Seorang wartawan media Rusia bertanya: pihak RRT telah mempublikasikan “Sikap RRT Menyelesaikan Krisis Ukraina Secara Politis”.
Dalam dokumen itu disebutkan, masyarakat harus mengadakan kembali perundingan, menciptakan kondisi dan platform untuk berunding. Mohon tanya, apakah pihak Anda bersedia memberikan platform bagi perundingan damai Rusia dengan Ukraina? Wang Wenbin tidak berani menjawab langsung, hanya menyebutkan “RRT akan terus sejalan dengan masyarakat internasional, dan memainkan peran yang bersifat membangun dalam menyelesaikan krisis Ukraina secara politik.”
Jawaban yang tidak relevan itu menandakan Beijing tidak berniat menjadi penengah. PKT seharusnya malah berharap Perang Rusia-Ukraina terus berlanjut; selama perang itu masih dapat menahan AS dan Barat, Beijing tidak akan rela melihat perang itu berhenti. Begitu perang berhenti, AS dan Barat akan memfokuskan kekuatan mereka melawan PKT, jika Perang Rusia-Ukraina dapat terus mengacaukan situasi, maka tidak ada alasan bagi Beijing untuk mewujudkan perundingan damai.
Ada wartawan lain bertanya: Beijing telah mengeluarkan dokumen “Sikap RRT Menyelesaikan Krisis Ukraina Secara Politik”. Mengapa dalam dokumen itu pihak RRT tidak menghimbau pihak Rusia agar menarik pasukan mereka?
Bagaimana jawab Wang?
Wang Wenbin menjawab, “Masalah Ukraina adalah sejarah yang rumit, pihak Tiongkok dalam menentukan sikap kami sendiri berdasarkan benar-salah dalam permasalahan ini”. Jawaban Wang Wenbin yang tidak jelas itu sebenarnya telah berpihak pada Rusia, pihak PKT tidak pernah mengutuk serangan militer Rusia terhadap Ukraina, tentu saja tidak akan menghimbau Rusia menarik pasukannya.
Ada pula wartawan bertanya: dalam dokumen “Sikap RRT Menyelesaikan Krisis Ukraina Secara Politik” itu tidak secara jelas disebutkan siapa “agresor” dalam konflik Rusia-Ukraina. Mempertimbangkan pihak RRT yang senantiasa menyatakan dirinya menjaga sikap dan posisi objektif, menurut RRT siapa yang mengobarkan dan mempertahankan perang ini? Lagi-lagi Wang Wenbin mengelak pertanyaan, hanya menyebut dengan tidak jelas, “Berpihak pada perdamaian, berpihak pada dialog, memberikan kontribusi diri untuk mendorong penyelesaian krisis Ukraina secara politik”.
Drama PKT berpura-pura memediasi telah terungkap. Dari hari pertama meletusnya Perang Rusia-Ukraina, RRT juga tidak pernah mengubah sikapnya dalam mendukung Rusia, mereka juga tidak pernah benar-benar mendukung kedaulatan Ukraina dan keutuhan wilayah kedaulatannya. Beijing diam-diam berharap perang itu terus berlanjut agar bisa menahan AS dan negara Barat, serta berpura-pura memediasi perundingan damai, hanyalah untuk mengacaukan perhatian, tetapi tidak bersungguh hati dalam keikutsertaan menjadi penengah.
Apakah Ukraina Menerima Mediasi PKT?
Bila ada negara bersiap menjadi penengah bagi Perang Rusia-Ukraina, seharusnya negara itu berdialog secara pribadi dengan masing-masing pihak terlebih dahulu, setelah mendapatkan pengakuan, baru bisa dimulai menjadi pihak ketiga untuk bertukar informasi, termasuk tawar menawar; ketika timing-nya sudah tepat, lalu diatur lagi perundingan untuk mempertemukan perwakilan kedua pihak, agar tercapai kesepakatan lebih lanjut.
Akan tetapi, Beijing sangat intens berdialog dengan Rusia, namun tidak pernah berunding dengan Ukraina soal perdamaian. Pada 24 Februari 2023 lalu Presiden Ukraina Zelenskyy menyatakan, prasyarat untuk bekerjasama dengan Beijing adalah adanya keharusan yang menunjukkan bahwa mereka menghormati hukum internasional dan kedaulatan Ukraina.
PKT jelas tidak memenuhi persyaratan minimal ini, faktanya mereka sama sekali tidak kompeten menjadi penengah, sikap dan posisi Beijing saat ini, sulit diterima oleh Ukraina. Kuasa hukum Kedubes Ukraina bagi RRT yakni Zhanna Leshchynska langsung mengatakan, “RRT seharusnya melakukan segala upaya untuk menghentikan peperangan, memulihkan perdamaian Ukraina, dan mendesak Rusia menarik pasukan.”
Jelas ini hal yang tidak mampu dilakukan PKT, Ukraina seharusnya juga mengetahui Tiongkok tidak akan melakukannya, oleh sebab itu pernyataan ini sama saja dengan menolak Beijing menjadi penengah. Bersamaan itu Ukraina juga telah menolak Turki menjadi penengah, karena merasa Turki tidak mampu memaksa Rusia menarik pasukan. Di awal Perang Rusia-Ukraina, Turki pernah mengadakan pertemuan antara Rusia dengan Ukraina, tetapi perbedaan kedua pihak terlalu besar, maka mediasi pun tidak bisa berlanjut.
Kuasa hukum Kedubes Ukraina bagi RRT Zhanna Leshchynska selanjutnya mengatakan, “Dalam kondisi netral, RRT seharusnya berdialog dengan kedua belah pihak: Rusia dan Ukraina; dan sekarang yang kami saksikan ialah RRT tidak berdialog dengan Ukraina.” Dia menyatakan, sebelum mempublikasikan dokumen 12 poinnya, RRT tidak pernah berdiskusi dengan Ukraina. Ini sekali lagi membuktikan, Beijing sama sekali tidak berniat memediasi, bahkan aksi dasar memediasi secara rahasia saja sama sekali tidak ada.
Pada konferensi pers 24 Februari itu ada wartawan yang bertanya: seorang pejabat diplomatik dari Kedubes Ukraina di RRT mengatakan, “Sangat disayangkan, hingga kini kami belum menerima tanda-tanda apapun yang menunjukkan pihak RRT mempersiapkan dialog langsung antara Presiden Zelenskyy dengan kepala negara Xi Jinping”. Apakah tahun ini RRT bersedia mengatur pertemuan atau berdialog antara kepala negara RRT dan Ukraina? Wang Wenbin hanya menimpali, “Komunikasi dengan berbagai pihak termasuk dengan Ukraina terjaga cukup lancar”.
Wartawan lain kembali mendesak: Anda baru saja menyatakan, harapan untuk bisa bekerjasama dengan masyarakat internasional, lalu tindakan apa yang akan dilakukan RRT selanjutnya? Selain itu, kami telah mewawancarai sejumlah pejabat diplomatik dan pakar terkait dokumen itu tapi mereka tidak antusias. Bagaimana Anda menanggapinya? Wang Wenbin tidak bisa menjawab, hanya memperlihatkan sikap serigala perangnya dan balik bertanya, “Apa pula yang telah mereka lakukan dalam menyelesaikan krisis Ukraina secara politik? Apakah orang-orang itu benar-benar mencari perdamaian? Siapa pula yang menciptakan situasi tegang?” Dalam tanya jawab selanjutnya, Wang Wenbin kembali mengutuk NATO yang “telah mengacaukan Eropa, juga berusaha mengacaukan Asia dan dunia”.
Beijing sama sekali tidak memediasi, melainkan dengan dalih memediasi, telah mengobarkan konfrontasi dengan NATO, tentu saja NATO juga dengan sendirinya sulit menerima PKT menjadi penengah.
PKT Berupaya Alihkan Perhatian Justru Kontra Produktif
Pada 18 Februari lalu, Direktur Kantor Urusan Luar Negeri RRT yakni Wang Yi menghadiri Konferensi Keamanan Munich, terpaksa harus merespon perihal balon udara mata-mata mereka yang melanggar wilayah AS, dan diperingatkan untuk tidak memberikan dukungan materi atau bantuan sistematik bagi Rusia.
Seharusnya sejak awal Beijing telah memprediksi kedua masalah ini akan sangat runyam, maka Wang Yu menyerang untuk bertahan, dan sengaja berbalik menyerang, sekaligus sebagai konsumsi propaganda di dalam negerinya.
Di saat yang sama, Beijing mendadak memainkan peran menjadi penengah bagi Perang Rusia-Ukraina, berupaya untuk mengalihkan perhatian pada gencatan senjata Rusia-Ukraina. Tindakan PKT ini juga sebagai upaya untuk membingungkan negara Eropa, mengurangi sorotan berbagai negara terhadap Beijing yang diam-diam telah memberikan bantuan kepada Rusia. Akan tetapi, perjalanan Wang Yi berkunjung ke Rusia setelahnya, telah membuat upaya mereka itu menjadi sia-sia belaka, bahkan membuat keburukan mereka semakin diperbesar. Saat Beijing mengeluarkan dokumen 12 poin terhadap masalah Ukraina pada 24 Februari lalu, langsung menjadi sasaran tembak.
Sandiwara buruk yang dimainkan PKT itu, tadinya hendak mengalihkan perhatian, bahkan memecah belah Eropa dan Amerika, tapi semua negara tidak termakan tipu muslihatnya, “Munich Security Report 2023” juga mengungkap tuntas ulah Beijing. Upaya Wang Yi yang berpura-pura bersikap ramah terhadap Eropa, bahkan berpura-pura menjadi penengah bagi Perang Rusia-Ukraina, tapi di saat yang sama juga memperlihatkan sikap diplomatik ala serigala perang, setelah itu malahan berkunjung ke Rusia, serangkaian pertunjukan yang saling bertolak belakang ini dengan cepat telah terbongkar.
Pada 23 Februari, Majelis Umum PBB telah meloloskan resolusi yang menuntut Rusia agar “segera, sepenuhnya dan tanpa syarat” menarik pasukannya dari Ukraina. Sebanyak 141 negara anggota memberikan suara setuju, 32 negara abstain, dan 7 negara menentang. RRT abstain. Jadi dokumen terhadap Ukraina yang dikeluarkan mereka per 24 Februari lalu, jelas telah mengungkap sikap Beijing yang sebenarnya, boleh dibilang, sama sekali tidak bisa ditutupi.
Sikap PKT Sesungguhnya Terhadap Perang Rusia-Ukraina Menjadi Sorotan
Poin kedua dalam dokumen pernyataan sikap PKT itu disebutkan: keamanan suatu negara tidak bisa dicapai dengan mengorbankan keamanan negara lain, keamanan regional tidak dapat dipaksakan bahkan dijamin dengan ekspansi kelompok militer. Kepentingan dan perhatian terhadap keamanan yang rasional bagi setiap negara harus diperhatikan dan diselesaikan dengan baik… menentang keamanan suatu negara dibangun di atas pondasi ketidak-amanan negara lain. Pernyataan PKT sepenuhnya berpihak pada Rusia, bukan hanya sama sekali tidak menghormati kedaulatan Ukraina, bahkan berseberangan dengan NATO.
Poin kesepuluh dalam dokumen pernyataan sikap RRT disebutkan: negara terkait harus menghentikan penyalahgunaan sanksi sepihak terhadap negara lain dan “yurisdiksi lengan panjang”. Sanksi dari AS dan negara Barat adalah mata rantai yang krusial untuk memaksa Rusia menghentikan agresinya, Beijing justru menentang sanksi tersebut. Kini, pemberlakuan sanksi telah menimbulkan fungsi relatif besar, dan membuat Rusia sulit menghadapi perang atrisi (perang yang berkepanjangan). Jika Rusia memperoleh sumber daya lebih banyak, tentu saja tidak akan berhenti berperang, PKT menentang sanksi, berarti mendukung Rusia agar terus berperang.
Poin kesebelas dalam dokumen sikap PKT menyebutkan: memastikan kestabilan rantai pasokan industri. Semua pihak seharusnya menjaga sistem ekonomi dunia sekarang, menentang politisasi, instrumentalisasi, dan militerisasi perekonomian dunia. Beijing memaksakan konflik AS-RRT ke dalam dokumen sikap masalah Ukraina ini, jelas sangat tidak relevan, menandakan sanksi dan berpindahnya rantai pasokan AS dan Barat telah menimbulkan dampak yang sangat besar bagi mereka, PKT terpaksa menggunakan segala kesempatan yang ada untuk menyerukan kepentingannya, walaupun mengetahui hal itu adalah upaya yang sia-sia.
Dokumen pernyataan sikap terhadap masalah Ukraina dari Beijing itu bukan menyampaikan sikap mendesak gencatan senjata, melainkan sikap RRT mendukung Rusia, bahkan merupakan sikap yang secara terang-terangan menantang AS dan NATO.
Wang Yi berkunjung ke Moskow, secara berurutan bertemu dengan Sekjend Keamanan Federal Rusia Nikolai Patrushev, Menlu Rusia Sergey Viktorovich Lavrov, lalu Presiden Rusia Vladimir Putin, tapi Beijing menyatakan pertemuan tersebut merupakan pertukaran pendapat yang mendalam terhadap masalah Ukraina, sama sekali tidak menyinggung soal mediasi. Kalangan luar juga tidak percaya PKT sungguh-sungguh memediasi, semua negara lebih menyoroti apakah mereka akan memberikan bantuan militer bagi Rusia.
Pada 18 Februari lalu, di saat High Representative of the Union for Foreign Affairs and Security Policy Uni Eropa yakni Josep Borrell bertemu dengan Wang Yi, telah dijelaskan secara tegas garis merah hubungan antara RRT dengan Eropa. Pada 20 Februari Borrell kembali memperingatkan, “Saya telah menyampaikan perhatian khusus terhadap pasokan senjata oleh pihak RRT kepada Rusia, ini akan menjadi garis merah dalam hubungan kita”.
Menlu AS Blinken berulang kali menegaskan, PKT terus memberikan bantuan non mematikan bagi Rusia lewat perusahaan RRT, “Sekarang Beijing sedang mempertimbangkan memberikan bantuan mematikan”. Ia menjelaskan, bantuan yang bersifat mematikan adalah bantuan berupa amunisi dan persenjataan militer.
Sekjend NATO Jens Stoltenberg mengatakan tanpa tedeng aling-aling, “RRT tidak memiliki kredibilitas, karena mereka tidak mampu mengecam invasi ilegal terhadap Ukraina.” Tipu muslihat Beijing tidak berhasil, sikap PKT yang sesungguhnya terhadap Perang Rusia-Ukraina sudah tidak bisa ditutupi lagi, jika RRT memberikan bantuan militer bagi Rusia, maka konfrontasi antar kubu akan semakin menuju realisasi.
Kesimpulan
PKT bersandiwara busuk berpura-pura menjadi penengah di ajang diplomatik internasional, tapi dengan cepat telah terungkap, niat mereka memprovokasi konfrontasi antar kubu justru semakin menonjol. Mungkin ini yang hendak dilihat oleh Moskow, Istana Kremlin sedang menantikan kunjungan Presiden Xi Jinping, dan sekali lagi berniat memanfaatkan RRT sebaik-baiknya.
PKT gagal mengalihkan perhatian, apakah akan memasok bantuan militer bagi Rusia justru semakin disoroti. NATO memperbesar bantuan bagi Ukraina, Rusia sulit menghadapi perang atritis berkepanjangan. Jika Rusia kalah, maka yang berikutnya adalah RRT; Beijing sedang mempertimbangkan memberikan bantuan bagi Rusia, tetapi takut akan akibatnya, sekali lagi PKT ibarat menunggang macan, berbahaya tapi tidak bisa dihentikan.
Kasus balon udara mata-mata belum lagi selesai, berbagai kalangan di AS menyoroti hasil analisa terhadap balon udara mata-mata RRT, para sekutu AS juga menantikan AS akan berbagi intelijen ini. Upaya PKT untuk menutupi dua peristiwa pelik, mungkin akan menggabungkan keduanya dalam konfrontasi antar kubu, diplomatik serigala perang RRT dan propaganda anti AS anti Barat justru berakibat sebaliknya. Penampilan Beijing yang buruk semakin memperbesar kejelekannya, serta kemungkinan akan memicu konfrontasi lebih sengit. (Sud/whs)