oleh Xia Yu
Kebijakan pencegahan epidemi ekstrem pemerintah Tiongkok dengan target nol kasus infeksi yang berlangsung selama 3 tahun, justru mengakibatkan penurunan tajam volume perdagangan dan melesunya ekspor. Setelah kebijakan yang tidak tercapai itu dicabut, ekspor belum bisa kembali ke tingkat normal karena lemahnya permintaan negara importir. Tercatat pada minggu lalu bahwa, tarif angkutan laut peti kemas standar dari Tiongkok menuju California telah anjlok menjadi di bawah USD.1.500,- dari tahun lalu yang USD.15.000,-.
The Wall Street Journal melaporkan pada 2 Maret, bahwa jumlah pengiriman komoditas dari pelabuhan Tiongkok telah mengalami pelambatan yang nyata, sehingga kontainer kosong menumpuk, dan truk trailer tanpa muatan diparkir di sepanjang jalan raya menuju terminal utama. Operator kapal peti kemas terbesar di dunia saat ini berencana untuk mengembalikan belasan kapal kontainer carteran kepada pemiliknya karena tidak ada muatan.
Eksekutif perkapalan di seluruh dunia sedang bergulat dengan ekspor yang anjlok, dan tarif pengiriman yang lebih rendah. Perang harga pada industri perkapalan tampaknya bisa semakin sengit terjadi di kemudian hari.
Ekspor Tiongkok turun, peti kemas kosong menumpuk di banyak pelabuhan utama
Ekspor Tiongkok turun hampir 10% year-on-year pada Desember tahun lalu, ini adalah penurunan selama 3 bulan berturut-turut, juga menjadi penurunan terbesar sejak Beijing memblokir kota pelabuhan dalam Wuhan pada awal tahun 2020. Penurunan volume kargo telah mendorong penurunan tarif angkutan kapal global. Menurut Frightos Baltic Index, bahwa biaya pengiriman 1 peti kemas standar dari Tiongkok ke Los Angeles minggu ini telah turun dari USD.15.600,- tahun lalu menjadi USD.1.238,-.
“Ada 16.000 orang supir truk terdaftar di sini, tapi hanya 3.000 orang di antaranya yang bekerja sekarang”, kata Gao Jiang, seorang supir truk trailer yang baru saja menurunkan peti kemas berisi lemari dapur di pelabuhan Shenzhen kepada Wall Street Journal.
“Tahun ini mungkin adalah tahun paling parah karena orang Amerika Serikat berhenti membeli barang-barang Tiongkok,” tambahnya.
Seorang operator terminal pelabuhan Shanghai baru-baru ini memberitahu Caixin.com : “Kontainer kosong menumpuk di terminal pelabuhan dan sekarang banyak di antaranya telah ditumpuk di Taicang, Jiangsu. Pemandangan seperti ini sudah bertahun-tahun tidak pernah terlihat”. Tidak hanya di Shanghai, fenomena peti kemas kosong yang menumpuk seperti gunung juga terjadi di pelabuhan-pelabuhan besar di seluruh negeri seperti Guangzhou.
Perdagangan global sedang mengalami pendinginan, dan peti kemas kosong menumpuk di sejumlah pelabuhan utama, pekarangan di luar pelabuhan, termasuk pabrik pembuatan peti kemas.
Menurut data terbaru dari “Container xChange”, sebuah platform perdagangan dan penyewaan peti kemas, infrastruktur pembayaran, dan sistem operasi yang efisien untuk perusahaan logistik peti kemas di seluruh dunia yang berbasis di Kota Hamburg, Jerman, bahwa pada minggu keenam 2023 (5-11 Februari), CAx (Container Availability Index) peti kemas 40 kaki di Pelabuhan Shanghai malah mencatatkan indeks setinggi 0,64, melampaui 0,6 yang tidak kunjung menurun selama 11 minggu berturut-turut. Nilai CAx yang melebihi 0,5 berarti jumlah peti kemas yang tiba di pelabuhan melebihi jumlah yang berangkat.
“Kami sekarang sudah jarang kerja lembur. Dulu kalau kerja lembur biasanya 12 jam kerja dan 12 jam istirahat, tapi sekarang 12 jam kerja dan 24 jam istirahat”, kata seorang sopir truk trailer peti kemas di Pelabuhan Shanghai kepada jiemian.com pada 15 Februari.
Xu Kai, chief information officer dari Shanghai International Shipping Research Institute, mengatakan kepada Caixin.com pada 15 Februari bahwa indeks CAx untuk peti kemas 40 kaki terus bertahan di kisaran 0,6 hingga 0,7 di pelabuhan pusat ekspor seperti Shanghai dan Qingdao dalam beberapa bulan terakhir, sementara Indeks untuk pusat impor utama seperti Antwerpen di Belgia dan Los Angeles di Amerika Serikat semuanya di atas 0,8.
Perusahaan kapal besar mengurangi kapasitas liner dari Asia ke Eropa dan Amerika Serikat
Wall Street Journal melaporkan pada 2 Maret bahwa perusahaan liner besar seperti A.P.Moller-Maersk A/S dan Mediterranean Shipping Co. yang mencetak rekor keuntungan besar pada hari-hari awal pandemi COVID-19, tetapi sekarang menghadapi kenyataan baru.
Selama tiga bulan terakhir, perusahaan telah menghentikan sepertiga dari kapasitas dari Asia ke AS yang terjadwal dan 20% kapasitasnya dari Asia ke Eropa, membatalkan belasan liner.
Menurut perusahaan kapal kontainer bahwa industri ini juga menganggurkan sekitar 7% dari kapasitas pengapalan dunia. Membiarkan kapal-kapal itu berada di dermaga apakah untuk perawatan jangka panjang atau dijangkar di perairan lepas pantai Malaysia dan negara lainnya di Asia Tenggara dengan meninggalkan sedikit awak kapal untuk menunggu perintah dari pimpinan mereka.
Industri perkapalan kini menghadapi ketidakpastian yang sama dengan pelanggan terbesarnya seperti Amazon, Target Inc. dan Home Depot Inc.
Sejak epidemi menyebar, orang Amerika telah mengalihkan lebih banyak pengeluaran mereka ke makanan, bahan bakar, dan layanan. Kenaikan inflasi telah melemahkan permintaan orang Amerika terhadap sejumlah barang, yang akhirnya membuat pengecer mengalami kelebihan stok barang.
Jika konsumen Amerika Serikat terus berbelanja, stok persediaan akan cepat habis dan permintaan impor akan pulih. Tetapi jika ekonomi berkontraksi, tarif angkutan bakal turun di bawah tingkat impas dan memicu serangkaian perang tarif baru di antara operator kapal. Situasi demikian di masa lalu telah menyebabkan industri merugi selama bertahun-tahun lamanya.
“Tingkat persediaan masih sangat tinggi”, kata Soren Toft, CEO dari Mediterranean Shipping Company (MSC) yang berbasis di Jenewa, dalam sebuah wawancara di Konferensi Maritim Trans-Pasifik di Long Beach, California. ia mengatakan : “Saya percaya (kelebihan stok) persediaan akan sedikit berkurang pada kuartal kedua, dan kita akan melihat beberapa pertumbuhan lagi pada paruh kedua tahun ini”. Koferensi maritim yang merupakan acara tahunan untuk industri perkapalan dan logistik telah diadakan pada bulan Februari tahun ini.
Soren Toft mengatakan bahwa MSC, industri pengapalan terbesar dengan lebih dari 700 kapal, akan mengembalikan sebanyak 60 kapal sewaan kepada pemilik dan mempensiunkan beberapa kapal tua untuk menjaga kapasitas liner. Perseroan telah memesan sekitar 130 unit kapal baru yang akan bergabung dalam armada selama 3,5 tahun ke depan.
Federasi Ritel Nasional Amerika Serikat memperkirakan bahwa impor lintas laut AS turun 12% pada bulan Februari dibandingkan dengan Januari, dan turun sebesar 26% dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya. (sin)