oleh Jenny Jing, Shi Ping
“Ketika saya membaca kalimat pertama, yang muncul dalam benak saya adalah seperti apa Komunis Tiongkok pada tahun 1992 ? Victor G. Jessop, pendiri dan ketua NAI, sebuah LSM di Amerika Serikat mengatakan : “Dalam periode sejarah itu, di saat spesifik itu, kemunculan dari seorang tokoh penting itu jika di dunia Yahudi akan dikenal sebagai seorang nabi.”
Beberapa minggu yang lalu, Jessop membaca artikel “Mengapa Ada Umat Manusia”. Dalam wawancaranya dengan reporter Epoch Times baru-baru ini, ia mengatakan bahwa 30 tahun yang lalu, ketika Partai Komunis Tiongkok yang brutal menindas agama dan Konfusianisme yang ditekan dengan sejarah panjang di Tiongkok. Sehingga terjadilah “perang melawan tradisi, kebaikan dan kebajikan”. Dalam situasi seperti itu Falun Gong muncul di Tiongkok.
Master Li Hongzhi mulai menyebarkan ajaran Falun Gong di Kota Changchun, Tiongkok pada tahun 1992, dan jumlah praktisi telah mencapai 100 juta hanya dalam waktu 7 tahun. Saat membaca artikel Master Li, Jessop juga mencoba untuk mengulas waktu sejarah, lingkungan, dan dampak mendalam dari gerakan Falun Gong terhadap masyarakat.
Sebagai orang Barat yang dibesarkan dalam tradisi Kristen, Victor G. Jessop di satu sisi memahami bahwa prinsip-prinsip dalam artikel itu ada kesamaan dengan keyakinannya, di sisi lain ia juga menemukan perbedaannya. Ia mengatakan bahwa artikel tersebut banyak memuat “mitos” dan “kosmologi” tentang penciptaan dunia, dan yang paling membuatnya terkesan adalah peran pendidikan moral terhadap manusia.
“Anda telah menjadi siapa ? Apa yang diwakili oleh institusi Iman ini di dunia ? Itulah kuncinya”, kata Jessop.
Jessop, yang juga seorang mantan konsultan keuangan, pejabat organisasi nirlaba PBB, dan orang media, saat ini ia adalah ketua New America Initiative. NAI), mengadvokasi pemerintahan berdasarkan nilai-nilai moral. Dia banyak berhubungan dengan praktisi Falun Gong.
“Para praktisi Falun Gong yang saya kenal, masing-masing dari mereka adalah individu … Mereka setia, mereka berani, dan kebajikan yang mereka hargai adalah kebajikan universal”. Jessop mengatakan : “Keberanian dan pengorbanan para praktisi, dan beban tekanan yang ditanggung keluarga mereka di daratan Tiongkok … sangat luar biasa dan mengagumkan”.Â
Jessop mengatakan : “Saya cenderung menggunakan satu standar untuk menilai di mana Tuhan berada : Tidak peduli siapa saja yang mengorbankan dirinya untuk kebajikan, Tuhan pasti ada di sana !” (sin)