oleh Li Yan
Menurut laporan eksklusif CNN pada Kamis 16 Maret, drone buatan Tiongkok yang dimodifikasi dan dipersenjatai jatuh tertembak di Ukraina timur. Di luar kebiasaan, pihak Ukraina memberi kesempatan kepada media untuk meliput reruntuhan drone itu.
CNN melaporkan bahwa ketika personel militer Ukraina mengumpulkan puing-puing drone, mereka menemukan bahwa drone itu adalah pesawat komersial Mugin-5 yang diproduksi oleh Xiamen Yunlun Intelligent Company, dan juga membawa bom seberat sekitar 44 pound (sekitar 20 kilogram).
Tentara Ukraina kemudian meledakkan bom tersebut. Gelombang kejut yang dihasilkan dari ledakan tersebut dapat dirasakan pada jarak 500 meter. Andai drone ini gagal dicegat, maka serangannya dapat menimbulkan ancaman yang signifikan terhadap target.
Kepada CNN, Xiamen Yunlun Intelligent Company membenarkan bahwa pesawat itu adalah buatan mereka, menyebut insiden itu “sangat disesalkan” karena perusahaan pada 2 Maret telah mengeluarkan pernyataan yang “mengutuk” penggunaan produknya selama perang. Xiamen Tunlun juga mengklaim bahwa pihaknya telah berhenti menjual produk-produk mereka kepada Rusia atau Ukraina sejak perang berkobar.
Ini adalah contoh lain dari drone sipil yang dimodifikasi dan dipersenjatai sejak invasi Rusia ke Ukraina.
Memodifikasi Drone Secara Kasar
Dinas Keamanan Ukraina (SBU) mengungkapkan kepada CNN bahwa antara Jumat malam hingga Sabtu (10 – 11 Maret), agen mereka yang berada di wilayah yang dikuasai Rusia memberitahukan bahwa sebuah pesawat tak berawak sedang meluncur dari sana menuju sasaran serangan.
SBU kemudian menyiagakan unit militer yang ditempatkan di dekat kota Sloviansk di timur Ukraina.
Prajurit Brigade 111 Pasukan Pertahanan Tanah Air Ukraina mendengar drone terbang di atas kepala mereka pada hari Sabtu sekitar pukul 2 dini hari, bahkan melihat lampu drone berkedip-kedip.
Seorang tentara Ukraina mengatakan bahwa drone itu terbang pada ketinggian yang sangat rendah, bahkan cukup dekat untuk ditembak jatuh dengan senjata genggam. Ia mengatakan kepada reporter CNN bahwa drone tersebut ditembak jatuh dengan menggunakan senapan otomatis AK-47.
CNN meminta komentar dari Kementerian Pertahanan Rusia atas insiden tersebut, tetapi belum mendapat kabar balasan.
Chris Lincoln-Jones, pensiunan perwira Angkatan Darat Inggris dan pakar perang drone, mengatakan kepada CNN bahwa drone komersial yang dipersenjatai tidak memiliki kamera dan tidak dapat digunakan untuk pengawasan.
Chris Lincoln-Jones mengatakan bahwa pengoperasiaan drone yang kasar, mencerminkan bahwa teknologi Rusia pada area tertentu masih terbelakang.
Drone yang diproduksi oleh Yunlun dijual di platform pedagangan online seperti Alibaba dan Taobao. Situs web perusahaan menunjukkan bahwa Mugin-5 versi Pro masing-masing dihargai USD. 9.499,-.
Pada Januari, pejabat di wilayah Luhansk, Ukraina timur yang dikuasai Rusia mengklaim dalam sebuah posting Telegram bahwa mereka menembak jatuh sebuah Mugin-5 yang ditembakkan oleh pasukan Ukraina.
Pejabat Ukraina tidak mengomentari insiden khusus ini.
N. R. Jenzen-Jones, Direktur Armament Research Services, sebuah badan penasehat militer mengungkapkan bahwa alat penjatuh bom pada drone yang ditembak jatuh kali ini seharusnya dirancang dengan teknik pencetakan 3D. Tampaknya pihak Rusia telah “memodifikasinya secara kasar”.
Diduga Tiongkok Telah Memberikan Dukungan Senjata kepada Rusia
Setelah perang Rusia – Ukraina berlangsung selama setahun, Amerika Serikat, Jerman, dan negara-negara Barat lainnya telah meningkatkan peringatan terhadap Tiongkok agar tidak menjual senjata ke Rusia untuk perang Ukraina, dengan mengatakan bahwa tindakan semacam itu akan menimbulkan konsekuensi serius.
Menurut laporan majalah “Der Spiegel” Jerman pada 23 Februari, militer Rusia sedang bernegosiasi dengan produsen Tiongkok untuk pembelian 100 drone yang mampu membawa hulu ledak, dengan tanggal pengiriman pada April tahun ini. Perusahaan juga akan membantu Rusia dalam produksi massal drone. Media tersebut mengaku tidak mengutip berita dari sumber.
Xi’an Bingguo Intelligent Aviation Technology, produsen drone Tiongkok mengatakan bahwa pihaknya sedang mempersiapkan pembuatan 100 prototipe drone ZT-180, kata laporan itu. Majalah itu mengatakan bahwa drone itu bisa membawa hulu ledak seberat 35 – 50 kilogram, setara dengan drone kamikaze Iran Shaheed-136.
Rusia mendapat tekanan Barat setelah menginvasi Ukraina. Rusia diyakini telah membeli senjata dari Iran dan Korea Utara, termasuk drone Iran. Rusia juga menggunakan Shaheed-136 dalam berbagai serangan di Ukraina, menewaskan ratusan orang warga dan merusak infrastruktur sipil.
Tiongkok adalah salah satu produsen produk terbesar di dunia seperti elektronik, drone, dan suku cadang mobil. Setelah pecah perang Rusia – Ukraina, Tiongkok dan Rusia memperkuat hubungan perdagangan mereka.
Wall Street Journal melaporkan pada bulan Februari bahwa data perdagangan menunjukkan bahwa drone yang diekspor oleh Tiongkok, termasuk drone DJI, masih memberikan dukungan efektif kepada militer Rusia dalam perang Ukraina. Pentagon khawatir bahwa drone ini tidak hanya dapat membantu tentara Rusia di medan perang, tetapi juga memberi kemungkinan kepada Tiongkok untuk mengumpulkan intelijen medan perang utama, demi memperkuat kesiapan tempur Beijing.
Pada 23 Februari, Antony Blinken memperingatkan bahwa dukungan material “dwi fungsi” untuk Rusia dalam perang dengan Ukraina yang meskipun tidak mematikan. Tetapi “hampir dapat dipastikan” telah mendapat persetujuan dari pemerintah Tiongkok. (sin)