Ungkap Empat Hal, Menlu Qin Gang Bahas Hubungan Tiongkok-AS

Wang Youqun

Pada 7 Maret lalu, pada konferensi pers rapat pertama Kongres Rakyat Nasional ke-14, Menlu RRT Qin Gang (dibaca: Chin Kang) menyampaikan serangkaian komentar terkait hubungan RRT (Republik Rakyat Tiongkok) dengan AS (Amerika Serikat), yang menarik sorotan internasional. Ada berbagai tanggapan terhadap pernyataan Qin Gang tersebut, berbeda satu dengan yang lain, sama-sama mempunyai prinsipnya masing-masing. Menurut penulis, pernyataannya itu terutama mengungkap empat hal.

Pertama, dalam logika PKT, orang lain selalu “salah”, “aku” selalu “benar”

Penekanan utama Qin Gang terkait hubungan RRT-AS adalah: yang “salah” selalu adalah AS, yang “benar” selalu adalah PKT (Partai Komunis Tiongkok).

AS menembak jatuh balon udara mata-mata PKT yang menerobos wilayah AS, yang “salah” adalah AS. Dalam hal ini AS telah “melanggar hukum dan praktik internasional, salah menyimpulkan, bereaksi berlebihan, menggunakan kekuatan militer dengan semena-mena”.

Terhadap pemahaman dan penentuan posisi PKT oleh AS, adalah “salah” Amerika. Karena AS “terlalu sentimen”, sehingga “menjadikan PKT sebagai saingan utama dan tantangan geopolitik terbesar”, yang menyebabkan kebijakan AS terhadap PKT “sepenuhnya telah terlepas dari jalur logika yang sehat”.

“Persaingan” antara AS dengan PKT, yang “salah” adalah AS. Ini bukanlah “persaingan” segala, melainkan “tekanan AS terhadap PKT di segala aspek”, merupakan “semacam Zero-Sum Game dimana satu pihak hidup pihak lain mati”.

Masalah Taiwan, yang “salah” adalah Amerika. “Atas timbulnya masalah Taiwan, AS harus memanggul tanggung jawab yang tidak bisa ditolak”.

Strategi Indo-Pasifik AS, yang “salah” adalah Amerika. Pada permukaan AS “mendorong kebebasan dan keterbukaan namun sebenarnya menggalang kelompok, membentuk berbagai lingkaran kecil tertutup dan mengucilkan pihak lain”.

Perihal membentuk “NATO versi Asia Pasifik”, yang “salah” adalah AS. Amerika meneriakkan “melindungi keamanan regional, tapi faktanya memprovokasi konflik”; Amerika “mempromosikan pendorongan kemakmuran regional, tapi riilnya hendak ‘decoupling’, dan merusak kemajuan persatuan regional”. 

Penulis sengaja memberikan tanda kutip pada kata “salah” dan “benar” di atas, karena hal itu adalah “salah” dan “benar” menurut versi PKT. Sebenarnya “salah” dan “benar” dalam hal ini justru kebalikannya.

Jika hendak memilah dan menganalisa masalah “salah” dan “benar” di atas, setiap baris dapat diuraikan hingga menjadi satu artikel panjang. Titik berat disini bukan terletak pada memilah dan menganalisa “salah” dan “benar” dari setiap permasalahan tersebut, melainkan pada logika dan metode PKT dalam memikirkan permasalahannya.

Para arif bijaksana sejak zaman kuno hingga kini baik di dalam maupun di luar Tiongkok bahwa faktor internal adalah penyebab fundamental segala kejadian, perkembangan, dan perubahan dari seluruh materi, sedangkan faktor eksternal adalah masalah sekunder, yang mendukung, yang dapat berubah seiring dengan berubahnya faktor internal.

Cara Qin Gang melihat masalah, dengan kata lain, cara PKT melihat masalah, justru bertolak belakang dengan arif bijaksana global dari zaman dulu hingga sekarang, PKT adalah penganut “determinis ekstrinsik”. Timbulnya masalah dalam hubungan antara RRT dengan AS, yang disalahkan lebih dulu adalah faktor eksternal, yang salah adalah orang lain, sedangkan “aku” selalu benar. 

Pokoknya segala permasalahan yang lebih dulu disalahkan adalah faktor eksternal, tanpa peduli apa yang dikatakan, maka bisa dipastikan yang salah justru adalah si “determinis ekstrinsik” itu sendiri, ini hampir bisa dipandang sebagai suatu definisi.

Kedua, membuat serangkaian ancaman yang memojokkan AS

Qin Gang mengancam, “Jika pihak AS tidak berhenti, dan terus menggila di jalan yang salah, maka sebanyak apapun perlindungan yang ada tidak akan mampu menahan kereta yang keluar jalur, pasti akan terjerumus dalam konfrontasi konflik”.

Dengan kata lain, di mata Qin Gang, kesalahan AS sudah sangat serius, jika terus melakukan kesalahan, maka hubungan AS-RRT dipastikan akan “keluar rel”, lalu “terguling”, dan terperosok ke dalam “konfrontasi konflik”.

Qin Gang balik bertanya, “Siapa yang akan menanggung akibatnya?” Maksudnya adalah jika AS tidak menuruti perkataan PKT, tidak mengubah kesalahannya, dan terus menerus melakukan kesalahan tersebut, maka pasti akan menimbulkan “akibat yang bersifat bencana”.

Qin Gang bahkan menyalahkan AS telah “berkompetisi” dengan PKT, mengatakan yang dimaksud “bersaing” oleh AS, “adalah pertaruhan menyangkut kepentingan fundamental rakyat kedua negara bahkan pertaruhan nasib masa depan umat manusia”.

Maksudnya adalah “kompetisi” yang diartikan oleh AS, akan membahayakan kepentingan fundamental rakyat Tiongkok, juga kepentingan fundamental warga AS, bahkan nasib masa depan umat manusia, yang mendatangkan bencana besar bagi seluruh dunia.

Kebudayaan tradisional Tiongkok mengutamakan “keadilan dan harmoni”. Apa yang dimaksud dengan keadilan? Tidak “berlebih”, juga tidak “berkurang”, melainkan mempertahankan “netralitas” dan menjaga “kelurusan”; apa yang dimaksud dengan harmoni? Yakni jiwa yang tenteram dan hati yang damai.

Dalam kitab Konfusius Tiongkok “Zhongyong (The Golden Mean)” disebutkan, “Netralitas, sifat yang dimiliki setiap orang, harmoni, prinsip yang ditaati semua orang.”

Orang yang sungguh-sungguh mengamalkan “keadilan dan harmoni”, melalui berkultivasi diri, membina keluarga dengan bajik, memerintah negara dengan adil, dan mendamaikan seluruh dunia, kekuatannya tak terhingga, dan tak tertandingi.

Ucapan Qin Gang, bertolak belakang dengan prinsip “keadilan dan harmoni”, murni hanya pernyataan radikal suka bertikai yang “palsu, sombong, dan kosong”. Orang yang sedikit-sedikit suka mengancam orang lain, acap kali adalah orang yang sangat lemah jiwanya. Ini sepertinya juga sudah hukumnya.

Ketiga, bagi PKT, AS adalah musuh terbesar PKT

Dari kecaman Qin Gang terhadap AS, tidak diragukan bila AS adalah musuh terbesar bagi PKT.

AS adalah negara kuat terbesar di seluruh dunia, juga merupakan pemimpin seluruh dunia bebas.

Selama 40 tahun sejak PKT menerapkan “reformasi keterbukaan” pada Desember 1978 hingga kini, PKT adalah pihak yang paling banyak menuai keuntungan dari pasar, modal, teknologi, talenta, beserta layanan keuangan AS.

Amerika adalah salah satu negara pilihan utama bagi keluarga dan anak cucu dari para pejabat elite PKT untuk berkuliah, bermigrasi, dan berinvestasi.

Putra pemimpin generasi kedua PKT Deng Xiaoping yang bernama Deng Zhifang, pernah menempuh studi di University of Rochester, dan meraih gelar doktor ilmu fisika quantum; putra pemimpin generasi ketiga PKT Jiang Zemin yang bernama Jiang Mianheng, pernah kuliah di Drexel University, dan meraih gelar doktor teknik listrik; putri Sekjend PKT Hu Jintao yakni Hu Haiqing, telah sejak lama bermigrasi ke AS; Xi Mingze, putri dari pemimpin pemerintahan dan militer tertinggi PKT saat ini yakni Xi Jinping, adalah lulusan Harvard University AS. Mantan anggota Komite Tetap Politbiro PKT sekaligus pejabat diplomatik ala serigala perang merangkap Direktur Komisi Urusan Luar Negeri Pusat yakni Yang Jiechi, istri dan putrinya telah menetap di Amerika selama belasan tahun.

Pakar investigasi profesional AS Brian O’Shea pada 2021 lalu mengonfirmasikan, istri Yang Jiechi yakni Le Jiamei telah menetap di AS antara 2001 – 2021, tinggal di ibukota AS Washington DC, alamatnya adalah 2301 S St. NW Washington DC. Pemilik dari properti ini adalah pemerintah RRT, diperkirakan nilai rumahnya mencapai 8.128.520 dolar AS.

Putri Yang Jiechi yang bernama Yang Jiale, sejak September 2010 hingga 2021 telah menetap di AS, dia tinggal di sebuah apartemen dengan alamat 60 Riverside Blvd, Apt 1912, New York. Apartemen tersebut dimiliki oleh Yan Jingbo, yang dibeli sejak 1 September 2011, seharga 1.777.862 dolar AS.

Yang Jiale juga memiliki kediaman lainnya di AS, yaitu beralamat 350 W 42nd St Apt 25L, New York. Data menunjukkan, sejak Agustus 2015 lalu ia telah memiliki tempat ini. Pemilik properti ini adalah He Zhe, yang membeli properti ini sejak 7 November 2014, senilai 1.660.000 dolar AS.

Menurut berita tabloid The Mirror asal Hong Kong, Yang Jiale direkrut oleh Yale University dengan beasiswa penuh pada 2011. Sebelumnya dia pernah belajar di sekolah swasta Washington DC yang terkenal yakni Sidwell Friends School.

Dilihat dari sejarah, Amerika pernah berulang kali membantu PKT di saat krisis.

1969, Uni Soviet berniat melakukan serangan nuklir “surgical strike” terhadap Tiongkok, adalah AS yang memberi peringatan pada PKUS (Partai Komunis Uni Soviet), sehingga terhindar suatu perang nuklir, dan menyelamatkan PKT dari mara bahaya.

1972, akibat Revolusi Kebudayaan ditambah lagi dengan policy anti-Soviet dan anti-Amerika, telah membuat PKT terjebak dalam kesulitan dalam negeri dan diplomatik, Presiden AS Nixon berkunjung ke Tiongkok, untuk kedua kalinya menyelamatkan PKT dari bahaya.

1978, 10 tahun Revolusi Kebudayaan yang dilancarkan PKT menyebabkan kehancuran diseantero negeri, dan setelah mau tidak mau melakukan “reformasi keterbukaan” untuk menyelamatkan diri, AS membuka gerbang negaranya lebar-lebar bagi PKT, lagi-lagi PKT terselamatkan.

Di era 1990-an, satu persatu rezim komunis negara Eropa Timur dan Uni Soviet runtuh, serta di saat PKT menghadapi krisis kehancuran partai, AS kembali membuka pintu bagi PKT, dan Beijing memanfaatkan peluang itu melompat menjadi negara ekonomi kedua terbesar dunia. Namun, PKT tidak pernah berterima kasih pada AS.

Sekarang, PKT telah menjadi badan ekonomi kedua terbesar dunia setelah AS, serta merasa dirinya sudah kaya dan kuat, ia mulai menantang AS.

Perkataan ancaman Qin Gang terhadap AS sangat ekstrem. Seolah-olah bila AS tidak mengindahkan perkataan PKT, maka Beijing akan berkonfrontasi mati-matian dengan AS, yang membuat seluruh umat manusia menghadapi bencana kemusnahan.

Keempat, PKT berniat menciptakan permusuhan dengan luar negeri, untuk mengalihkan isu dalam negeri

Di saat berbicara soal “diplomatik serigala perang” Qin Gang dipenuhi nuansa “serigala perang”. Ia berkata, “Pada saat serigala berkuasa datang menyerang, pejabat diplomatik RRT harus ‘berdansa dengan serigala’, dan melindungi negara”. Siapa yang dimaksud dengan “serigala” disini?

Dari kecaman keras, tudingan, dan ancaman Qin Gang terhadap AS, tak diragukan lagi yang pertama dituding adalah “imperialisme Amerika”. Semua kesalahan ada pada Amerika Serikat, Amerika telah menghalangi jalan PKT, Amerika telah menggerakkan “serangan” terhadap Beijing, maka PKT harus mengerahkan “serigala perang”, untuk bertarung dengan AS sampai akhir. Dari mana unsur “melindungi negara” dalam hal ini?

Ditelusuri lebih jauh, mungkin berasal dari slogan PKT pada 1950-an yakni “melawan agresor AS membantu Korea Utara demi membela tanah air”. Dan slogan ini justru merupakan kebohongan besar.

Waktu itu, bukan Amerika yang mengobarkan perang dan menyerang Korea Utara, melainkan Korea Utara yang telah mengobarkan perang invasi terhadap Korea Selatan, tujuannya agar bendera komunisme berkibar di seluruh Semenanjung Korea. Untuk melawan agresi tersebut, pasukan PBB yang dipimpin oleh AS mendarat di Semenanjung Korea. Waktu itu, AS tidak menginvasi Tiongkok, juga tidak mengancam tanah air rakyat Tiongkok. Hari ini, Qin Gang kembali menyebut “membela tanah air”, adalah suatu kebohongan besar. AS bukan musuh bagi rakyat Tiongkok, apalagi musuh utama bagi rakyat Tiongkok.

Menilik kembali sejarah modern, mengabaikan segala stereotipe yang ada, dengan hati tenang melihat secara seksama, maka akan didapati, selama lebih dari seratus tahun, negara yang paling banyak memberikan bantuan bagi rakyat Tiongkok justru adalah Amerika Serikat.

Pada “Gerakan Kertas Putih” yang menyebar di 21 provinsi dan 207 sekolah tinggi di seluruh Tiongkok pada November tahun lalu, ada yang menyerukan slogan “bubarkan partai komunis”. Februari hingga Maret lalu dari Wuhan sampai Qingdao meletus “Gerakan Rambut Putih”, ada yang menyerukan “rakyat tidak takut mati, bagaimana mungkin diancam dengan kematian?”

Qin Gang menetapkan AS sebagai musuh utama, menghasut kebencian terhadap AS, tujuan utamanya adalah mengalihkan kontradiksi di dalam negeri, dan mengalihkan ketidakpuasan rakyat agar dilampiaskan terhadap AS dengan penuh kebencian.

Kesimpulan

Mengapa Qin Gang berulang kali mengatakan yang salah adalah AS, dan yang benar adalah PKT? Mengapa Qin Gang secara ekstrem mengancam AS? Mengapa Qin Gang menganggap AS sebagai musuh terbesar bagi PKT? Mengapa Qin Gang meminjam anti-Amerika untuk mengalihkan konflik di dalam negeri?

Alasan krusialnya: PKT adalah partai yang dipandu oleh Marxisme dan Leninisme.

Apa karakteristik hakiki Marxisme dan Leninisme? Jika dirangkum dengan empat kata yaitu “tekanan tinggi” dan “tipu muslihat”, jika dirangkum dengan tiga kata yaitu “palsu, jahat dan berangasan (gemar berkelahi; ganas dan kasar)”, jika dirangkum dengan dua kata yaitu “ajaran sesat.” (Sud/whs)