oleh Xiong Bin dan Zhong Yuan
Akhir-akhir ini banyak pemberitahuan orang hilang muncul di Internet daratan Tiongkok, sebagian besar adalah mahasiswa dan siswa sekolah menengah. Opini publik mempertanyakan, bagaimana Tiongkok yang merupakan negara dengan konsentrasi kamera pengintai paling banyak di dunia, orang hilang bisa begitu banyak. Di mana keberadaan mereka ? Apakah hal ini terkait dengan perdagangan manusia yang merajalela di Tiongkok, atau menjadi target pengambilan organ ?
Chang Yun, seorang mahasiswa berusia 19 tahun, sedang makan malam dengan teman sekelasnya di Pasar Malam Shangqiu pada 1 April. Tiba-tiba hilang saat ia berpamitan mau ke toilet. Kasus ini menimbulkan kekhawatiran masyarakat. Beberapa netizen curiga bahwa Chang Yun dibawa pergi secara paksa oleh penjahat, mungkin menjadi target kejahatan pengambilan organ.
Beberapa netizen mempertanyakan mengapa setiap tahunnya ada begitu banyak orang hilang di Tiongkok ? Mengapa mereka tidak dapat ditemukan ? Apakah orang hilang ada hubungannya dengan transplantasi organ ? Mengapa tidak secara resmi mempublikasikan informasi tentang pendonor organ ?
Menurut data resmi, jutaan warga sipil hilang di Tiongkok setiap tahunnya, namun hanya sangat sedikit yang berhasil ditemukan. Misalnya, Zhu Danyan, wanita berusia 30 tahun yang memiliki kepribadian ceria asal Guangdong tiba-tiba hilang sudah selama seminggu, membuat keluarganya sulit menerima kejadian ini.
“Belum ada petunjuk, gambar yang terekam hanya sampai ketika dia mendekati sungai. Lalu tidak terekam lagi karena di sana tidak terpasang kamera pengawas. Tidak menemukan barang apa pun milik korban. Ia juga tidak meninggalkan alasan dan pesan, juga tidak menelepon keluarga. Catatan ponselnya normal-normal saja. Kan ponselnya ditemukan di tepi sungai, tetapi tidak ada panggilan,” kata Mr. Zhu, anggota keluarga.
Mr. Lin, seorang warga sipil Tiongkok mempertanyakan bahwa Tiongkok yang memiliki kontrol sosial begitu ketat. Ada begitu banyak kamera, polisi, dan personel pemeliharaan stabilitas. Sebenarnya tidak sulit untuk menemukan seseorang. Bahkan kemana perginya para pembangkang dan pembuat petisi dapat langsung mereka temukan. Sedangkan orang hilang lainnya, selama tidak mempengaruhi stabilitas rezim, pihak berwenang tidak mau ambil peduli.
“Kementerian Keamanan Publik baru-baru ini mengeluarkan tiga instruksi, yakni harus ada satu polisi per satu jaringan, satu polisi per desa, dan 40% kekuatan pasukan polisi di Biro Keamanan Umum harus didistribusikan ke kantor polisi, sementara itu, 40% dari kekuatan polisi harus dibagikan kepada komunitas masyarakat. Selain itu, perlu membentuk tim relawan polisi. Tapi ironisnya mereka tidak bisa menemukan orang hilang. Alasannya adalah nyawa rakyat tidak berharga. Rezim ini tidak melayani rakyat. Penderitaan rakyat diabaikan”, kata Mr. Lin.
Baru-baru ini, ada paparan dari self-media tentang sepuluh modus penipuan yang dilakukan oleh pedagang manusia di Tiongkok, antara lain : Setelah penjahat menuduh target (wanita) sebagai istri simpanan dan dipukuli, ia langsung memasukkan target tersebut ke dalam mobil yang sudah disiapkan dan langsung tancap gas. Penjahat yang mengaku-aku target (wanita) sebagai istrinya atau putrinya yang melarikan diri dari rumah, lalu dibawa pergi oleh polisi gadungan yang merupakan kawanan penjahat. Penjahat berpura-pura menjadi selebritas Internet atau reporter TV yang meminta target untuk diajak wawancara di dalam mobil yang telah disediakan, setelah target berada dalam mobil langsung tancap gas. Atau penjahat menebarkan informasi perekrutan bergaji tinggi palsu untuk memikat (target) diajak wawancara lalu disandera. dan lain sebagainya. (sin)