NTD
Lebih dari 30 anak yang dikirim ke Rusia sejak Rusia menduduki Semenanjung Krimea selama Perang Rusia-Ukraina, setelah operasi rumit yang melibatkan empat negara, anak-anak ini pada 8 April, dibawa melintasi perbatasan dari Belarus ke kampung halamannya di Ukraina untuk bersatu kembali dengan keluarganya.
Kantor Berita Central News Agecny (CNA) mengintegrasikan Reuters dan Agence France-Presse melaporkan Dasha Rakk yang berusia 13 tahun mengatakan bahwa dia dan saudara kembarnya setuju tahun lalu untuk meninggalkan kota Kherson yang diduduki Rusia selama beberapa minggu di sebuah kamp liburan di Krimea karena perang. Tapi begitu sampai di Krimea, pejabat Rusia mengatakan mereka akan tinggal lebih lama.
“Mereka mengatakan kami akan diadopsi dan kami akan memiliki wali,” katanya, “dan ketika mereka mengatakan bahwa masa tinggalnya akan lebih lama, kami semua menangis.”
Natalia, ibu Dasha, mengatakan bahwa ia melakukan perjalanan dari Ukraina melalui Polandia, Belarusia, dan Moskow untuk menjemput putri kembarnya di Krimea, yang telah berada di bawah pendudukan Rusia sejak 2014.
Dia menggambarkan perjalanan ke kamp sebagai “sangat sulit, tetapi kami terus bergerak maju, tidak tidur di malam hari, dan hanya bisa tidur sambil duduk .”
Dia mengatakan ada anak-anak lain di kamp dan “hati saya hancur melihat mereka menangis di balik pagar”.
“Hari ini kami menyambut pulang 31 anak yang diambil secara ilegal oleh Rusia dari wilayah pendudukan,” tulis Mykola Kuleba, kepala badan amal Save Ukraine, di media sosial.
Menurut rekaman yang dirilis pada 7 April, rombongan anak-anak tersebut melintasi perbatasan dengan berjalan kaki dengan membawa koper dan tas sebelum menaiki bus untuk melanjutkan perjalanan.
Kuleba memuji “ibu-ibu heroik” yang berusaha keras untuk mendapatkan anak mereka kembali, dengan mengatakan bahwa itu adalah misi penyelamatan “paling sulit” dari badan amal hingga saat ini.
Dia mengatakan seorang wanita tua yang seharusnya membawa pulang kedua cucunya meninggal dunia karena “stres”.
Dia menulis di Facebook bahwa keluarga-keluarga Ukraina akan diinterogasi selama “13 jam” oleh Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB).
Pihak berwenang Kiev memperkirakan bahwa hampir 19.500 anak telah dibawa ke Rusia atau Krimea yang diduduki Rusia sejak invasi Rusia pada Februari lalu. Hal ini dikecam sebagai pemindahan ilegal.
Pihak berwenang Moskow, yang kini menguasai sebagian besar wilayah timur dan selatan Ukraina, menyangkal telah menculik anak-anak, dan mengatakan bahwa mereka dipindahkan demi keselamatan mereka.
Kementerian Luar Negeri Rusia tidak segera membalas permintaan komentar dari Reuters.
Boneka beruang dan mainan yang mewakili anak-anak yang diculik setelah perang di Ukraina terlihat selama acara yang menandai peringatan pertama invasi Rusia ke Ukraina yang diselenggarakan oleh LSM Avaaz dan pengungsi Ukraina di Rond-point Schuman di Brussels, 23 Februari 2023. (NICOLAS MAETERLINK/Belga/AFP melalui Getty Images)
Tiga anak, dua anak laki-laki dan satu anak perempuan, hadir dalam konferensi pers di Kiev. “Save Ukraine” mengatakan bahwa ketiga anak tersebut diselamatkan dari operasi penyelamatan sebelumnya bulan lalu, yang membawa 18 anak kembali ke Ukraina.
Anak-anak tersebut mengatakan bahwa mereka awalnya terpisah dari orang tua mereka karena mereka telah dikirim ke kamp musim panas Rusia dari Kharkiv dan Kherson, Ukraina, yang diduduki Rusia, selama dua minggu di bawah tekanan Rusia.
Anak-anak tersebut mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa mereka dipaksa untuk tinggal di kamp tersebut selama empat hingga enam bulan, dan selama itu mereka dipaksa untuk berpindah-pindah tempat.
“Kami diperlakukan seperti binatang, kami dikurung di gedung-gedung terpisah,” kata seorang anak, Vitaly, yang tidak diketahui usianya, dari Herson. Dia menambahkan bahwa mereka telah diberitahu bahwa orang tua mereka tidak lagi menginginkan mereka.
Bulan lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin dan Maria Lvova-Belova, komisioner hak-hak anak Rusia, dengan tuduhan menculik anak-anak dari Ukraina.
Rusia membantah tuduhan ICC, dengan mengatakan bahwa mereka tidak mengakui yurisdiksi pengadilan. Selain itu, menyatakan bahwa surat perintah penangkapan itu tidak sah dan tidak mengikat.
Kateryna Rashevska, seorang pengacara dari LSM Regional Centre for Human Rights Ukraina, mengatakan pada sebuah konferensi pers bahwa mereka sedang membangun sebuah kasus melawan para pejabat Rusia karena dengan sengaja mencegah anak-anak Ukraina untuk kembali ke Ukraina.
“Ada sekeranjang pelanggaran internasional di balik setiap cerita, dan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja,” katanya. (Hui)