oleh Li Chengyu
Pemerintah Tiongkok sedang gencar mempromosikan “mengubah hutan menjadi lahan pertanian” untuk memastikan ketahanan pangan. Selain sejumlah besar pohon ditebang, tambak diuruk, tanaman non-pangan di lahan petani di banyak tempat dirusak dan memaksa petani untuk menanam biji-bijian yang kerap memicu perlawanan warga petani.
Pada 23 April, sebuah rekaman video kejadian di Kota Nanning, Guangxi yang diposting di Internet menunjukkan, sejumlah besar pejabat gabungan dari tim pengelola dinas pertanian dan keamanan publik setempat menutup beberapa lahan pertanian lalu menghancurkan tanaman di ladang petani. Dari rekaman video terlihat, sejumlah petugas gabungan itu memblokir lahan lalu menghancurkan bagian dari tanaman yang diduga adalah pohon-pohon tembakau.
Dalam video lain, terlihat seorang petani di Kota Taiping, Distrik Qingxin, Kota Qingyuan, Provinsi Guangdong menuturkan bahwa pemerintah setempat telah mencabut ratusan hektar tebu tanaman petani dengan alasan untuk “melindungi lahan untuk menanam biji-bijian”. Rekaman video memperlihatkan bahwa di samping ladang tebu yang hancur, masih ada spanduk bertuliskan “Distrik Qingxin, Taiping tahun 2023”, “Gerakan Kilat Musim Semi” dan motto lainnya.
Sebuah video postingan 22 April menunjukkan, ada sejumlah petani menghadapi sejumlah besar petugas lapangan dari pemda setempat, dan petugas selanjutnya mulai “bertindak” di lahan petani. Kabarnya petugas Pemda Kabupaten Guidong, Kota Chenzhou, Provinsi Hunan bersama petugas dari tim pengelola dinas pertanian mencabuti tanaman jahe petani di ladang dengan alasan lahan harus ditanami biji-bijian untuk melindungi persediaan pangan. Hal mana memicu perlawanan petani.
Ada juga video postingan 24 April yang menunjukkan bahwa rumah kaca untuk menanam sayuran dihancurkan oleh petugas dari pemda setempat. Kabarnya insiden ini terjadi di Linyi, Shandong, di mana pihak berwenang memerintahkan semua rumah kaca dibongkar, tidak boleh menanam sayuran.
Sejak tahun lalu, banyak beredar video di Internet yang menunjukkan bahwa pemerintah daerah di beberapa tempat telah menebang banyak pohon, termasuk pohon buah-buahan petani dan kayu putih, dan menguruk tambak milik petani tetapi tanpa kompensasi apapun.
Baru-baru ini, ada rekaman video lain yang memperlihatkan pihak berwenang di Dongguan, Guangdong selain menghancurkan kolam ikan, tetapi juga merusak lahan peternakan sehingga mengakibatkan kematian sejumlah besar ikan dan ayam yang dipelihara oleh para petani. Pejabat menggunakan cara ini untuk memaksa petani beralih ke menanam biji-bijian.
Komentator politik Wen Zhao menjelaskan bahwa salah satu alasan PKT gencar mendorong “mengubah hutan menjadi lahan pertanian” adalah untuk mengatasi krisis pangan yang sedang dihadapi. Dan tujuan lainnya mungkin untuk mempromosikan pekerja migran agar kembali ke kampung halaman mereka untuk bekerja di ladang pertanian karena krisis lapangan kerja di Tiongkok sudah semakin serius.
Baru-baru ini, tim pengelola dinas pertanian PKT telah sepenuhnya diaktifkan guna menjamin ketahanan pangan. Banyak tindakan di luar nalar seperti yang disebutkan di atas telah dilakukan oleh petugas dari tim tersebut.
Menurut video yang diposting di Internet, tim pengelola dinas pertanian di beberapa daerah juga melarang petani menanam sayuran di pekarangan mereka sendiri, serta melarang petani memelihara ayam kampung, itik, dan ternak lainnya. Ada juga tempat di mana petani dipaksa untuk mengikuti tes agar memiliki “sertifikat petani”, memeriksa apakah mesin pertanian “memenuhi standar industri”, apakah petani yang mengemudikan kendaraan pertanian memiliki SIM, dll., yang menimbulkan petani marah dan mencaci maki mereka.