oleh Chen Yue
Belakangan ini semakin banyak penduduk Tiongkok yang ingin melarikan diri dari Tiongkok, terutama setelah merebaknya epidemi COVID-19. Sebagian dari mereka berharap bisa masuk ke Amerika Serikat dengan menempuh jalan setapak melintasi Amerika Selatan menuju perbatasan antara Meksiko dengan AS. Apa alasan yang mendorong mereka tidak segan-segan melewati gunung, hutan dan sungai yang berbahaya demi mencari kehidupan baru di Amerika Serikat ? Mari kita ikuti laporan berikut.
Baru-baru ini, satu kelompok yang terdiri dari ratusan orang warga negara Tiongkok melakukan perjalanan melintasi Amerika Latin dengan berjalan kaki menuju perbatasan antara Meksiko dengan Texas, AS. Mereka berbaris di sepanjang pagar, menunggu giliran untuk diperiksa oleh agen Patroli Perbatasan AS.
Perjalanan yang berat dan panjang ini telah membuat semuanya kelelahan, namun senyuman lega dan harapan yang menghiasi wajah mereka.
Salah seorang warga Tiongkok mengatakan : “Saya merasa lega dan bisa bernafas lebih nyaman, ini jarang terjadi. Orang-orang di sini, polisi di sini, semuanya sangat ramah dan bersahabat. Inilah Amerika yang ada dalam pikiran saya”.
“Saya berangkat dari Provinsi Hubei menuju Hong Kong, lalu terbang dari Hong Kong ke Thailand, setelah itu terbang dari Thailand ke Turki, lalu terbang ke Ekuador, kemudian ke Amerika Serikat melalui Amerika Selatan”.
Sebagian besar dari mereka masuk dari Ekuador, melintasi jalan setapak di hutan antara Kolombia dengan Panama yang akhirnya mencapai perbatasan Meksiko – AS. Meskipun mereka telah melewati segala macam kesulitan dan bahaya, bahkan menghadapi ujian hidup dan mati, mereka tetap tidak menyerah, malahan semakin banyak orang yang bergabung.
Pengacara yang mewakili imigrasi ilegal warga negara Tiongkok mengatakan : “Demi menempuh kehidupan yang lebih baik. Pemerintah komunis Tiongkok menerapkan kebijakan pencegahan epidemi yang ekstrem, semuanya disegel, termasuk rumah, bisnis, dan seluruh negara. Orang tidak bisa dipaksa tinggal dalam rumah untuk terus menatap tembok sepanjang hari. Mereka harus mencari uang untuk memenuhi kebutuhan. KPR dan KPM harus dibayar, perut perlu diisi, karena kesempatan itu tidak ada di Tiongkok”.
Menurut analisis pakar, PKT menerapkan blokade selama epidemi, sedangkan untuk memperoleh visa Amerika Serikat sangat sulit, sehingga warga sipil Tiongkok terpaksa mengambil risiko masuk AS melalui jalur setapak, pokoknya bisa melarikan diri secepat mungkin.
Eric Finch, Direktur Strategi Imigrasi “Boundless Immigration” yang berbasis di Kota Seattle mengatakan : “Epidemi di Tiongkok paling serius, meskipun pembatasan di sebagian besar dunia telah dicabut, tetapi pembatasan terhadap perjalanan keluar dan masuk Tiongkok masih diberlakukan.”
Sebagian dari warga negara Tiongkok yang ingin masuk AS ini juga beragama Kristen, mereka mengatakan bahwa mereka datang ke Amerika Serikat untuk menghindari penganiayaan kebebasan berkeyakinan oleh rezim Beijing.
Eric Finch mengatakan : “Tentunya kita semua ingin hidup di dunia yang sempurna. Anda tahu, mengenali mereka sebagai pengungsi dan imigran, lalu melakukannya dengan cara yang aman dan tertib untuk memfasilitasi perjalanan mereka ke Amerika Serikat.”
Menurut data yang ada pada Kementerian Kehakiman AS, bahwa tingkat keberhasilan dari pencari suaka dari Tiongkok di pengadilan imigrasi AS mencapai 58%.
Menurut statistik Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS, bahwa dalam enam bulan sejak bulan Oktober 2022, WN Tiongkok yang ditangkap di perbatasan AS – Meksiko telah mencapai rekor tertingginya yakni 6.500 orang. (sin)