Filipina Peringatkan Tiongkok untuk Tidak Menyingkirkan Pelampung di Zona Ekonomi Eksklusif atau Menghadapi ‘Dampak Serius’

Aldgra Fredly – The Epoch Times

Filipina pada Senin 15 Mei memperingatkan akan adanya “dampak serius” jika Tiongkok mencopot pelampung navigasi yang dipasang di zona ekonomi eksklusif (ZEE) negara itu di Laut Cina Selatan yang disengketakan.

The Philippine Coast Guard (PCG) memasang lima pelampung navigasi minggu lalu untuk menandai kedaulatannya atas ZEE negara itu di Laut Cina Selatan – yang disebut Manila sebagai Laut Filipina Barat – di tengah meningkatnya kehadiran Beijing di wilayah tersebut.

PCG belum melaporkan adanya reaksi dari Beijing setelah memasang pelampung tersebut. Laksamana Muda Joseph Coyme, kepala Komando Layanan Keselamatan Maritim PCG, mengatakan bahwa pelampung itu tetap berada di posisinya berdasarkan pengawasan udara yang dilakukan pada 13 Mei.

“Jika kami memiliki bukti bahwa mereka dengan sengaja mengambil pelampung yang kami pasang, yang kami yakini sah, maka akan ada dampak yang serius,” kata Coyme, menurut media lokal Benar News.

Coyme tidak merinci sifat dari dampak tersebut, hanya menyatakan bahwa mereka perlu mendiskusikannya secara menyeluruh melalui konsultasi dengan Gugus Tugas Nasional untuk Laut Cina Selatan jika masalah seperti itu muncul.

“Apa yang perlu kita lakukan adalah menghasilkan bukti yang diperlukan dan meneruskannya ke [gugus tugas] … Terserah mereka untuk mengambil tindakan sejauh menyangkut masalah diplomatik,” tambahnya.

Klaim kedaulatan Beijing atas hampir seluruh wilayah Laut Cina Selatan dibatalkan oleh keputusan arbitrase internasional pada tahun 2016, tetapi keputusan tersebut tidak membuat Partai Komunis Tiongkok (PKT) mengubah perilakunya.

PKT telah berperilaku lebih agresif di Laut Cina Selatan dalam beberapa bulan terakhir, sebagaimana dibuktikan dengan kehadiran lebih dari 100 kapal maritim milisi Tiongkok di dalam ZEE Filipina dari tanggal 14 April hingga 24 April.

PCG mengatakan bahwa salah satu kapal Tiongkok “melakukan manuver berbahaya” pada jarak 50 meter dari kapal patrolinya, yang menimbulkan “ancaman signifikan” terhadap keselamatan awaknya.

Amerika Serikat telah mendesak Tiongkok untuk berhenti mengganggu kapal-kapal Filipina di Laut Cina Selatan dan memperingatkan bahwa setiap serangan bersenjata terhadap angkatan bersenjata, kapal publik, atau pesawat terbang Filipina akan melanggar perjanjian pertahanan bersama.

Kesadaran Domain Maritim Filipina

Penasihat Keamanan Nasional Eduardo Ano, ketua Gugus Tugas Nasional untuk Laut Cina Selatan, mengatakan pada  Senin 15 Mei bahwa Filipina berencana untuk memasang enam pelampung lagi tahun ini, tetapi tidak menyebutkan lokasinya.

“Pelampung-pelampung utama ini akan menunjukkan arah perairan yang aman untuk mencegah kapal-kapal yang melintas kandas di area-area dangkal ini,” ujar Ano.

Lima pelampung navigasi yang baru saja dipasang ditempatkan di dekat Pulau Patag, Karang Balagtas, Pulau Kota, Pulau Panata, dan Karang Juan Felipe.

PCG juga memasang lima pelampung di dekat Pulau Lawak, Pulau Likas, Pulau Parola, dan Pulau Pag-asa tahun lalu untuk memperluas kesadaran domain maritim Filipina di Laut Cina Selatan.

Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. sebelumnya telah mendesak Beijing untuk membangun “jalur komunikasi langsung” antara para pejabat mereka untuk mencegah tabrakan berbahaya antara kapal-kapal di perairan yang disengketakan.

“Tujuan Filipina sederhana saja: Kami bekerja untuk perdamaian. Kami tidak akan mendorong tindakan provokatif apa pun… Kami tidak akan membiarkan hal itu terjadi,” kata Marcos kepada para wartawan pada tanggal 30 April.

Marcos telah berusaha untuk memperkuat aliansi keamanan negaranya dengan Amerika Serikat. Baru-baru ini, pada tanggal 1 Mei, kedua negara menegaskan kembali perlunya perdamaian di Selat Taiwan di tengah-tengah tindakan intimidasi PKT terhadap pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu.

Amerika Serikat juga mengamankan empat pangkalan militer baru di Filipina di bawah Perjanjian Kerja Sama Pertahanan yang Ditingkatkan (EDCA), yang semuanya terletak di dekat Taiwan. (asr)

FOKUS DUNIA

NEWS