Tom Ozimek
Yevgeny Prigozhin, kepala kelompok tentara bayaran Wagner Rusia akan pindah ke negara tetangga Belarusia sebagai bagian dari kesepakatan untuk mengakhiri kudeta bersenjata yang dipimpin oleh Prigozhin terhadap kepemimpinan militer Rusia, demikian menurut Kremlin.
Prigozhin telah lama menjadi sekutu dekat presiden Rusia Vladimir Putin selama sekitar 20 tahun, dan sebelumnya telah setuju untuk mengakhiri apa yang ia gambarkan sebagai “pawai untuk keadilan” untuk menggulingkan kepemimpinan militer Moskow setelah dimediasi oleh Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.
Kantor Lukashenko pada Sabtu 24 Juni menyatakan bahwa pemimpin Belarusia itu mendapat restu dari Putin untuk menengahi kesepakatan yang pada akhirnya menghentikan gerak cepat pasukan Wagner menuju Moskow.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada para wartawan pada Sabtu bahwa, di bawah kesepakatan itu, Prigozhin akan pindah ke Belarusia dan tuduhan kriminal terhadapnya di Rusia akan dicabut.
Para petempur Wagner yang ikut serta dalam pemberontakan bersenjata tidak akan menghadapi hukuman apapun sebagai pengakuan atas jasa mereka kepada Rusia.
Peskov menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut tentang kesepakatan yang diberikan kepada Prigozhin sebagai imbalan atas persetujuannya untuk memerintahkan pasukan Wagner agar mundur, selain jaminan keselamatannya yang telah disetujui oleh Putin.
“Tak ada lagi kondisi yang bisa saya ceritakan,” kata Peskov kepada para wartawan di Moskow, sembari menyebut peristiwa hari itu sebagai “tragis”.
Setelah kesepakatan yang ditengahi Lukashenko tercapai, Prigozhin menggunakan saluran Telegram-nya untuk mengirim pesan audio yang mengatakan bahwa ia telah memerintahkan anak buahnya untuk kembali menghindari “menumpahkan darah Rusia.”
Kepala Wagner, yang beberapa dekade lalu mengelola sebuah restoran terapung di Sankt Peterburg yang sering dikunjungi Putin ketika ia masih menjabat sebagai walikota, mengatakan bahwa pasukan Wagner berhasil mencapai jarak 120 mil dari Moskow.
Janji Putin bahwa Prigozhin tidak akan terluka merupakan kebalikan dari janjinya sebelumnya untuk memberikan hukuman yang keras bagi para pemberontak.
“Semua orang yang dengan sengaja melangkah ke jalan pengkhianatan, yang mempersiapkan pemberontakan bersenjata, yang menggunakan cara-cara pemerasan dan terorisme, akan menerima hukuman yang tidak terelakkan, akan bertanggung jawab kepada hukum dan rakyat kita,” ujar Putin dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi dari Kremlin.
Menanggapi hal itu, Prigozhin yang menantang mengatakan bahwa ia dan anak buahnya tidak berniat untuk mundur.
Dalam kampanye singkat namun berani melawan para petinggi militer Rusia, pasukan Prigozhin berhasil merebut Rostov-on-Don, sebuah pusat logistik di Rusia selatan yang menjadi kunci bagi upaya perang di Ukraina.
Prigozhin terlihat meninggalkan Rostov-on-Don pada Sabtu.
Wagner di Ukraina
Grup Wagner secara resmi dikenal sebagai PMC Wagner, atau Perusahaan Militer Swasta Wagner, adalah organisasi paramiliter Rusia yang pertama kali diidentifikasi pada tahun 2014, ketika organisasi ini mendukung separatis pro-Rusia di Ukraina timur.
Di tengah “operasi militer khusus” terbaru Rusia di Ukraina, pasukan Wagner memberikan dukungan utama bagi Kremlin, melakukan banyak pertempuran terberat di wilayah Donbass dan memakan banyak korban jiwa dalam memperebutkan Bakhmut.
Namun, selama keterlibatan Wagner di Ukraina, Prigozhin menjadi semakin kritis terhadap kepemimpinan militer Rusia.
Kekalahan di medan perang di Ukraina, termasuk jatuhnya banyak korban jiwa di pihak Wagner dalam baku tembak dalam perebutan Bakhmut, membuat Prigozhin melontarkan sejumlah tuduhan kepada para petinggi militer, termasuk tuduhan bahwa mereka tak memberi Wagner amunisi yang cukup.
Puncaknya, pada 23 Juni, Prigozhin melontarkan tuduhan pada sebuah unggahan di saluran Telegram terhadap Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, yang dituduh oleh pemimpin Wagner telah “menghancurkan” pesawat-pesawat tempurnya dalam sebuah serangan udara militer Rusia dan menyerukan pemberontakan bersenjata.
Dalam kritiknya, pemimpin Grup Wagner tidak menargetkan Putin, tetapi memfokuskan serangannya pada para pemimpin militer Rusia. Dia menuduh Shoigu secara pribadi merencanakan operasi untuk menghancurkan pesawat-pesawat tempur Wagner.
“Prigozhin mengklaim bahwa Dewan Komandan Wagner membuat keputusan untuk menghentikan ‘kejahatan yang dilakukan oleh kepemimpinan militer’ yang mengabaikan dan menghancurkan kehidupan puluhan ribu tentara Rusia,” kata sebuah analisis dari Institute for the Study of War (ISW).
Pemimpin Wagner bersumpah “berurusan” dengan mereka yang menghancurkan tentara Rusia dan kemudian kembali ke Ukraina setelah memulihkan keadilan.
Dia mengatakan di Telegram bahwa dorongan Wagner terhadap Moskow bukanlah “kudeta” tetapi hanya “pawai untuk keadilan.”
Beberapa analis telah memperingatkan bahwa mungkin ada babak baru dalam pemberontakan Prigozhin yang berumur pendek.
Ivana Stradner, seorang peneliti di Foundation for Defense of Democracies, kepada Fox News dalam sebuah wawancara mengatakan : “Siapa pun yang percaya bahwa ini akan segera berakhir, mereka salah besar.”
Putin “membenci ketidaksetiaan lebih dari apa pun dan [Prighozin] pindah ke Belarus tidak akan menjamin bahwa dia juga tidak akan mengalami apapun,” tambah Stradner, mengisyaratkan bahwa ada kemungkinan terulangnya insiden seperti yang terjadi terkait presiden Rusia yang berakhir mencurigakan karena jatuh dari jendela atau diracun.