Putin Berpidato, Para Ahli Menjelaskan Situasi di Rusia dan Tiongkok Pasca Pemberontakan

Shang Yan/Luo Ya/Zhong Yuan

Dua hari setelah pemberontakan Wagner, Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin pemberontak Vladimir Prigozhin berbicara secara terpisah untuk pertama kalinya, menyebut pemberontakan itu sebagai “tindakan kriminal” sementara Prigozhin mengatakan bahwa pemberontakan itu tidak dimaksudkan untuk menggulingkan pemerintah. Tercatat bahwa janji-janji yang dibuat oleh Putin sebelum penarikan diri Prigozhin tampaknya tidak ditepati.

Presiden Rusia Vladimir Putin menggambarkan pemberontakan Wagner sebagai “tindakan kriminal” dalam sebuah pidato di televisi pada pukul 22.00 waktu setempat pada Senin 26 Juni.

Putin berkata : “Bagaimanapun, pemberontakan bersenjata akan ditumpas. Bahkan jika para pengorganisir pemberontakan telah kehilangan akal sehat mereka, mereka pasti memahami hal ini. Mereka semua memahami bahwa tindakan kriminal, termasuk tindakan mereka, memecah belah dan melemahkan negara, yang kini menghadapi ancaman eksternal yang sangat besar.”

Setelah pemberontakan Wagner, Putin mencapai kesepakatan dengan bos tentara bayaran Wagner Prigozin di bawah mediasi Presiden Belarusia Lukashenko. Ia berjanji  mencabut tuntutan pidana terhadap Prigozhin karena mengorganisir pemberontakan bersenjata dan membiarkannya pergi ke Belarusia. Tentara Wagner tambahan yang terlibat dalam pemberontakan akan menerima amnesti, sementara mereka yang tetap tinggal di kamp akan menerima kontrak Departemen Pertahanan.

Dalam pidatonya ini, Putin menegaskan kembali komitmennya kepada tentara Wagner, namun sama sekali tidak menyebut nama Prigozhin. Sebuah sumber di Kantor Kejaksaan Agung Rusia mengkonfirmasi kepada TASS pada Senin 26 Juni bahwa kasus pidana terhadap Prigozhin belum berakhir dan penyelidikan terus berlanjut.

Dr. Cheng Chin-mo, Dekan Departemen Diplomasi dan Hubungan Internasional di Universitas Tamkang di Taiwan berkata : “Janji seorang diktator biasanya hanyalah tindakan bijaksana sementara. Apakah dia akan menepati janjinya bukanlah kunci utama untuk keinginan pribadinya, tapi terletak pada kendali situasinya. Tentu saja, Putin juga menyebutkannya saat ini, artinya, sebagian Wagner dapat dipindahkan ke Belarusia. Bagian ini sebenarnya masih harus dilihat, tetapi dari pengalaman sejarah, kita tak pernah mengandalkan diktator.”

Di hari yang sama, Prigozhin juga mengirimkan rekaman pidato berdurasi 11 menit melalui Telegram, mengatakan bahwa mereka melakukan “pawai adil” karena ketidakadilan, tetapi bukan untuk menggulingkan pemerintah. Dia mengatakan bahwa Wagner tidak akan ada pada 1 Juli. Saat ini, kurang dari 2% anggota Wagner telah menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia.

Selain itu, Prigozhin  menyerukan pencopotan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu yang pernah dikabarkan akan dicopot selama pemberontakan, tetapi Shoigu juga muncul di TV pertamanya pada  Senin 26 Juni dalam rangka  menginspeksi pasukan.

Feng Chongyi, seorang profesor di University of Technology Sydney berkata: “Konsep Putin adalah bahwa ia mengetahui adanya konflik antara Prigozhin dan Shoigu. Dia mengadopsi semacam perpecahan dan penaklukan, saling memeriksa dan menyeimbangkan, dan kemudian semua orang mendukung dia. Jadilah seperti wasit. Lalu ada keributan di bawahnya, dan dia sekarang mengalami krisis yang sangat besar.”

Zheng Xuguang, pembawa acara  politik dan ekonomi “Xuguang Times Review” berpendapat: “Kerugian terbesar Putin adalah di kalangan rakyat, karena rakyat melihat sosok Wagner di antara mereka. Wagner adalah pahlawan dalam perang antara Rusia dan Ukraina, dan dia mengalahkan Bakhmut, tetapi dia memecah belah tentara dan menyerahkannya kepada birokrasi, Kementerian Pertahanan, sehingga orang-orang mungkin berpikir bahwa Putin adalah bodoh.”

Meski masa depan Prigozhin tidak pasti, Komentator percaya bahwa ini juga akan membuat PKT lebih waspada.

Cheng Chin-mo berkata : “Xi Jinping tentu saja yang pertama. Dia meniru Mao Zedong di jalur totalitarianisme. Selain itu, dia selalu tidak mempercayai kekuatan militer. Jadi menurut saya, Xi Jinping harus lebih waspada terhadap kinerja tentara Rusia. Namun, seorang diktator adalah seorang diktator, dan tidak mungkin baginya untuk melakukan pekerjaan menasionalisasi tentara, sehingga dia hanya dapat terjebak di antara diktator abadi dan pemimpin militer, dan keseimbangan antara berbagai pemimpin militer, yang akan terjadi. sangat melemahkan apa yang disebut kekuatan militernya.”

Menurut sebuah analisis yang diterbitkan di Wall Street Journal pada 27 Juli, Xi Jinping telah menjadikan hubungan Tiongkok-Rusia sebagai benteng pertahanan terhadap pengaruh global AS, dan menempatkan hubungan pribadinya dengan Putin sebagai pusat benteng pertahanan. Kini, setelah Rusia mengalami gejolak, otoritas Putin tampaknya telah melemah. “Ini adalah risiko yang paling ditakuti oleh pemerintah Tiongkok terkait perang Rusia-Ukraina.” (Hui)