oleh Lin Yutang dan Li Yihong dari NTDTV Asia Pacific TV
Telah terjadi kerusuhan hebat di seluruh Prancis selama beberapa hari, pemicunya adalah seorang remaja ditembak mati oleh polisi beberapa hari yang lalu. Nenek almarhum mengungkapkan dalam sebuah wawancara bahwa dia berharap kerusuhan akan berakhir, dia menuduh massa hanya menggunakan cucunya sebagai alasan untuk membuat kerusuhan. Selain itu, Presiden Prancis Macron mengkritik platform sosial seperti TikTok karena memicu kerusuhan
Seorang remaja Prancis berusia 17 tahun, Nahel Merzouk ditembak dan dibunuh oleh polisi pada 27 Juni karena menolak pemeriksaan lalu lintas. Insiden terkait memicu demonstrasi dan protes nasional di Prancis. Namun, banyak massa yang membakar kendaraan, menjarah toko, dan bahkan menyerang unit pemerintah selama periode ini. Terkait hal tersebut, nenek Naher, Nadia, mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, berharap kerusuhan segera berakhir, dan mengutuk massa yang hanya menggunakan cucunya sebagai alasan untuk membuat onar.
Dalam sebuah wawancara, nenek dari almarhum mengatakan bahwa dia berharap kerusuhan akan berakhir, dan mengutuk massa karena menggunakan cucunya sebagai alasan untuk menimbulkan masalah. Selain itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengkritik platform media sosial seperti TikTok karena memicu kerusuhan.
“Saya menyalahkan polisi yang membunuh cucu saya. Ini yang membuat saya marah. Kami punya polisi, untungnya kami punya polisi. Dan mereka yang merusak barang, saya beritahu mereka: BERHENTI “BERHENTI! Mereka menggunakan Nahel sebagai alasan untuk melakukan ini. Tidak! Orang-orang ini harus berhenti. Mereka tidak boleh merusak jendela toko, mereka tidak boleh menjarah sekolah,” ujar Nenek Nahel, Nadia.
Nadia mengatakan dalam sebuah wawancara dengan TV Prancis bahwa dia tidak bisa memaafkan polisi yang membunuh cucunya, tetapi dia tidak akan menyalahkan polisi lainnya. Ia memiliki kepercayaan pada seluruh sistem peradilan, dan dia percaya kepada hukum dan keadilan. Ketika memikirkan cucunya yang terbunuh dan situasi putrinya yang menyakitkan, Nadia pernah tersedak dan tidak bisa berbicara.
Nenek Nahel juga berkata : “Nahel sudah mati, dia sudah mati. Saya kehilangan dan putri saya kehilangan putranya. Sudah berakhir, Putri saya kehilangan belahan jiwanya. Sudah berakhir dan saya bisa memahaminya . Jadi sebagai seorang nenek, saya kehilangan putri dan cucu saya. Keduanya hilang dan saya lelah dan saya tidak tahan lagi. Saya tidak bisa tidur lagi, saya mematikan TV, mematikan semuanya.”
Dan, Nadia juga menyerukan berulang kali kepadal massa untuk menghentikan vandalisme mereka.
Nenek Nahel, Nadia berucap : “Tolong jangan hancurkan mobilnya. Mobil itu tidak melakukan apapun kepadamu, sekolah tidak melakukan apapun padamu, bus tidak melakukan apapun kepadamu kamu, biarkan kami pergi!”
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan penyesalan atas penembakan beberapa hari lalu, tetapi dia juga menyatakan kecaman tegas terhadap mereka yang mengambil kesempatan hingga menyebabkan kekacauan, dan menunjukkan bahwa platform sosial seperti TikTok berkontribusi kepada kerusuhan.
Presiden Prancis Macron pada 30 Juni berkata : “Platform media sosial telah memainkan peran penting dalam peristiwa beberapa hari terakhir. Di beberapa platform ini, Snapchat, TikTok, dan lainnya, kami telah melihat pengorganisasian demonstrasi kekerasan dan peniruan kekerasan, yang menciptakan rasa keterasingan bagi kaum muda.” (Hui)