Katabella Roberts – The Epoch Times
Tim astronom internasional dari University of Sydney, Australia, dan University of Hawaii Institute for Astronomy menemukan sebuah planet yang diduga sudah lama menghilang ternyata masih ada.
Dengan menggunakan dua Observatorium Maunakea di Pulau Hawaii-W. M. Keck Observatory dan Canada-France-Hawaii Telescope (CFHT), tim peneliti yang dipimpin oleh Marc Hon, seorang NASA Hubble Fellow di University of Hawaii, menemukan planet mirip Jupiter 8 UMi b yang diberi nama Hala yang diambil dari nama gunung tertinggi di Korea Selatan.
Planet ini pertama kali ditemukan pada 2015 oleh para astronom Korea Selatan dan terletak di konstelasi Ursa Minor, yang juga dikenal sebagai “Beruang Kecil”, sekitar 530 tahun cahaya dari planet Bumi.
Planet ini 1,3 kali lebih berat dan 1,22 kali lebih besar dari Jupiter dan sebagian besar terdiri dari materi gas, menurut NASA. Hala mengorbit dalam jarak yang dekat (0,49 AU, satuan astronomi) dari bintang raksasa merah Baekdu (8 UMi) yang jauh lebih besar daripada matahari kita, menurut badan tersebut.
Para astronom meyakini bahwa planet ini akan mengalami kehancuran di tangan mataharinya yang diperkirakan akan meledak, sebuah kejadian yang umum terjadi di tata surya lain.
Namun, mereka justru terkejut setelah menggunakan pengamatan osilasi bintang Baekdu dari Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) milik NASA dan menemukan bahwa bintang tersebut membakar helium di intinya, yang mengisyaratkan bahwa bintang tersebut telah mengembang sangat besar menjadi bintang raksasa merah sebelumnya.
Biasanya, hal ini akan menyebabkan planet-planet di dekatnya hancur total, tapi entah bagaimana Hala bisa lolos.
“Penelan oleh bintang biasanya membawa konsekuensi bencana bagi planet-planet yang mengorbitnya. Ketika kami menyadari bahwa Hala berhasil bertahan di sekitar bintang raksasanya, ini sungguh mengejutkan,” kata salah satu penulis studi, Dr. Dan Huber, Australian Research Council Future Fellow di University of Sydney dan profesor di Institute for Astronomy of the University of Hawaii, Manoa, dalam siaran persnya.
Kemungkinan Alasan Keberlangsungan Hala
“Ketika ia menghabiskan bahan bakar hidrogen intinya, bintang itu akan mengembang hingga 1,5 kali jarak orbit planet saat ini-sampai menelan planet itu sepenuhnya dalam prosesnya-sebelum menyusut hingga ukurannya saat ini,” tambah Huber.
Temuan para peneliti ini dipublikasikan di jurnal Nature pada 28 Juni. Mereka percaya bahwa kelangsungan planet Hala bisa bergantung pada tiga kemungkinan.
Salah satu yang mereka duga adalah bahwa planet ini tidak pernah menghadapi ancaman nyata untuk ditelan karena bintang induknya, Baekdu, pada awalnya adalah dua bintang, yang berarti bahwa penggabungan antara dua bintang akan mencegah salah satu bintang mengembang menjadi ukuran yang cukup besar untuk menelan planet ini.
Kemungkinan lain, planet gas raksasa ini memulai kehidupannya dengan mengorbit jauh dari bintangnya sebelum akhirnya bermigrasi ke dalam setelah mengembang dan mengerut, meskipun para peneliti meyakini bahwa kemungkinan terjadinya hal tersebut sangat kecil.
Kemungkinan ketiga, Halla merupakan “bayi yang baru lahir” terbentuk dari awan gas akibat tabrakan dahsyat, sehingga para peneliti menyebutnya sebagai planet “generasi kedua”.
“Penelan planet memiliki konsekuensi bencana bagi planet atau bintang itu sendiri, atau keduanya. Fakta bahwa Halla berhasil bertahan di sekitar bintang raksasa yang seharusnya menelan planet ini menunjukkan kalau planet ini merupakan planet yang luar biasa,” kata Hon, penulis utama studi ini, dari University of Hawaii.
“Sebagian besar bintang berada dalam sistem bintang ganda, tapi kita belum sepenuhnya memahami bagaimana planet bisa terbentuk di sekelilingnya. Oleh karena itu, masuk akal jika lebih banyak planet yang mungkin ada di sekitar bintang yang berevolusi tinggi berkat interaksi bintang ganda,” jelas Hon.
Para peneliti mengatakan bahwa mereka sekarang berencana untuk menggunakan temuan mereka untuk meneliti apakah planet-planet lain di tata surya juga lolos dari kehancuran seperti Halla.
“Bersama-sama, pengamatan ini mengkonfirmasi keberadaan Halla, dan menyisakan pertanyaan menarik tentang bagaimana planet ini bisa selamat,” tambah Hon.