oleh Li Xin
Pada Jumat (21 Juli) Perserikatan Bangsa-Bangsa mendesak Rusia untuk segera menghentikan gangguannya agar Ukraina dapat melanjutkan pengiriman biji-bijiannya di Laut Hitam demi menghindari krisis pangan global
Hari Jumat 21 Juli, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan anggota Dewan Keamanannya mengkritik Rusia yang menyerang pelabuhan Ukraina dan menghancurkan infrastruktur pelabuhannya setelah menarik diri dari kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam pada Senin. Hal mana merupakan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional, yang menyangkut larangan untuk menyerang infrastruktur sipil.
Rusia menyerang fasilitas ekspor biji-bijian Ukraina selama 4 hari berturut-turut dan melakukan latihan menyita kapal di Laut Hitam, setelah menyatakan bahwa pengiriman di sebagian besar Laut Hitam berbahaya. Para pemimpin Barat menyebutnya sebagai tindakan yang bertujuan untuk menghindari sanksi Barat melalui cara agar terjadi krisis pangan global.
Biji-bijian Ukraina adalah bagian utama dari rantai pangan global, dan blokade angkatan laut Rusia terhadap pelabuhan ekspor Ukraina di Laut Hitam dapat menyebabkan harga pangan global melonjak. PBB telah memperingatkan bahwa efek lanjutan dari kenaikan harga dapat mengakibatkan jutaan orang di negara-negara miskin menghadapi risiko kelaparan.
“Akibat dari keputusan ini, ada orang akan kelaparan, dan ada yang mati kelaparan, banyak orang mungkin akan mati”, kata Martin Griffiths, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat kepada Dewan Keamanan.
Rusia mengklaim bahwa alasan mengapa ia menangguhkan Inisiatif Butir Laut Hitam (Black Sea Grain Initiative), karena Perserikatan Bangsa-Bangsa gagal mengatasi rintangan dalam membawa biji-bijian dan pupuknya ke pasar global, sedangkan ini adalah bagian lain dari kesepakatan ekspor biji-bijian Ukraina. Rusia juga mengatakan bahwa jika kemajuan dalam mengatasi hambatan, termasuk juga pengaturannya di perbankan bisa tercapai, maka pihaknya akan mempertimbangkan agar Ukraina dapat melanjutkan pengiriman biji-bijiannya.
Linda Thomas-Greenfield, Dubes AS untuk PBB menuduh Rusia menggunakan Laut Hitam untuk “pemerasan” dan permainan politik, Rusia juga memanfaatkan kesempatan itu untuk mengekspor lebih banyak biji-bijian negaranya dengan harga yang lebih tinggi daripada harga sebelumnya, Linda meminta Dewan Keamanan dan 193 anggota PBB untuk bersatu untuk mendesak Rusia melanjutkan negosiasi dengan itikad baik.
Beberapa negara berkembang telah memperingatkan bahwa gangguan dalam pengiriman biji-bijian Ukraina telah mendorong naiknya harga gandum global.
Rosemary DiCarlo, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk urusan politik, mengutuk keras serangan Rusia ke pelabuhan Ukraina di Laut Hitam, dan mendesak Rusia segera menghentikan serangan. Dia mengatakan bahwa ancaman yang ditargetkan kepada kapal sipil “tidak dapat diterima”.
“Kami sangat mendesak para pihak untuk menahan diri dan menghindari penerbitan pernyataan atau tindakan lebih lanjut yang dapat memperburuk situasi yang sudah serius. Karena setiap risiko dapat menyebabkan konflik di Laut Hitam meluas — baik disengaja atau tidak – harus dihindari dengan cara apa pun, karena itu dapat menimbulkan konsekuensi bencana bagi semua manusia”.