Ning Haizhong dan Hong Ning
Pada 9 Juli 2015, otoritas Partai Komunis Tiongkok (PKT) meluncurkan tindakan keras menyeluruh terhadap ratusan pengacara dan pembela hak asasi manusia. Delapan tahun telah berlalu, dan penganiayaan yang dimulai sejak insiden “Penindasan 709″ masih berlangsung hingga hari ini, entah sampai kapan masa kegelapan itu akan berlangsung? Tetapi orang-orang juga menyaksikan makna positif dan arah terang dari para pengacara hak asasi manusia Tiongkok yang bersikeras di malam yang gelap.
Satu Lagi Malam Gelap
Beberapa bulan terakhir ini sekali lagi menjadi waktu yang sangat kelam bagi para pengacara Tiongkok.
Wang Quanzhang (dibaca: wang chüèn cang) kemungkinan adalah salah satu pengacara paling awal di Tiongkok yang membela perkara Falun Gong, ia adalah pengacara terakhir yang dihukum secara ilegal dalam kasus 709 dan dibebaskan pada 5 April 2020. Namun, penganiayaan pihak penguasa tidak berakhir hanya karena ia telah dibebaskan dari penjara.
The Epoch Times melaporkan pada Juni lalu bahwa keluarga Wang terpaksa berpindah-pindah sebanyak 13 kali dalam dua bulan terakhir, karena tempat tinggal mereka terputus dari listrik, gas dan air.
Li Heping (dibaca: li he bing) adalah salah satu pengacara HAM (hak asasi manusia) terkenal yang ditangkap dalam Insiden 709 dan disiksa dengan kejam di balik dinding penjara. Setelah Li dibebaskan pada 9 Mei 2017, seluruh keluarganya mengalami kesulitan karena tidak ada tempat tinggal menetap di Beijing. Baru-baru ini, Li Heping dan keluarganya tidak punya pilihan lain selain meninggalkan Beijing setelah dipaksa berpindah berkali-kali.
Pada 9 Juni, ketika Li dan istri serta putrinya bersiap untuk naik pesawat ke Thailand dari Bandara Tianfu Chengdu, polisi melarang mereka meninggalkan negara dengan alasan “kemungkinan membahayakan keamanan nasional”.
Xie Yanyi (dibaca: sié yèn i) Pengacara 709 juga dipaksa pindah beberapa kali. Pada Juli 2022, anak perempuan Xie yang berusia 6 tahun sudah berusia masuk sekolah, tetapi ditolak karena dia tinggal di rumah kontrakan dan memiliki registrasi rumah tangga non-Beijing.
Xie Yang Pengacara 709 kembali ditangkap oleh pihak berwenang dan ditahan secara anonim selama lebih dari setahun. Pada bulan lalu, ayahnya yang berusia 92 tahun tiba-tiba sakit kritis, dan anggota keluarga mempercayakan seorang pengacara untuk mengajukan permohonan rapat video ke pengadilan dan ditolak.
Pada pertengahan April tahun ini, beberapa pemimpin Eropa, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, silih berganti mengunjungi Tiongkok. Pada 13 April, pihak kepolisian Beijing menangkap pengacara HAM Yu Wensheng (dibaca: yü wen sheng) dan istrinya Xu Yan (dibaca: sü yèn) yang diundang ke delegasi Uni Eropa yang ditempatkan di Tiongkok.
Yu Wensheng dan Xu Yan didakwa pada Mei lalu itu “memprovokasi masalah dan menghasut penggulingan kekuasaan negara”. Putra mereka yang duduk di bangku SMA diawasi melekat oleh personil polisi di rumah, dan kedua pengacara itu berkehendak menandatangani perjanjian perwalian dengan putra mereka, tetapi dihalangi oleh polisi.
Selain pengacara yang terkait dalam kasus Insiden 709, sarjana hukum terkenal Xu Zhiyong dan pengacara HAM Ding Jiaxi, yang berpartisipasi dalam “Pertemuan Xiamen” pada 2019 juga ditahan selama lebih dari dua tahun, pada 10 April lalu masing-masing dijatuhi hukuman 14 dan 12 tahun penjara oleh PKT.
Pengacara Gao Zhisheng, yang dikenal sebagai “hati nurani Tiongkok”, dihilangkan secara misterius dari rumahnya di Yulin, Provinsi Shaanxi pada 13 Agustus 2017, dan hingga saat ini hidup atau matinya masih belum diketahui.
Seiring dengan penerapan Undang-Undang Keamanan Nasional versi Hong Kong, kekuasaan totaliter PKT dengan cepat meluas dari daratan ke Hong Kong, HAM dan kebebasan pengacara setempat juga telah dirampas.
“Penghargaan Pengacara Hak Asasi Manusia Tiongkok” VII diubah namanya menjadi “Penghargaan Pengacara Hak Asasi Manusia 709”, yang diberi penghargaan bukan hanya pengacara HAM Tiongkok, tetapi juga mereka yang telah ditindas di Hong Kong dan di tempat lain. Penerima penghargaan tahun ini termasuk pengacara Yu Wensheng yang telah ditangkap sebelumnya, dan pengacara Zhou Shifeng yang masih dalam pengawasan setelah pembebasannya, serta pengacara besar Hong Kong dan mantan wakil ketua Aliansi Hong Kong dalam Mendukung Gerakan Demokrat Patriotik Tiongkok Zou Xingtong yang masih meringkuk di dalam penjara.
Meskipun pemerintah Barat telah berulang kali mengutuk penganiayaan PKT terhadap para pengacara HAM dan pembangkang, namun PKT bersilat lidah bahwa masalah ini adalah “urusan dalam negeri” Tiongkok.
Pengacara Domestik: Tiga Titik Waktu Ketika Lingkungan Sulit Permanen
Pengacara HAM di Tiongkok sebagian besar terlibat dalam sejumlah besar kasus sensitif mewakili tahanan politik, tahanan hati nurani, dan praktisi Falun Gong. Keberanian mereka menuai respek, tetapi penanganan kasus mereka sekarang tampaknya berada dalam situasi kondisi yang jauh lebih sulit.
Tianliang (nama samaran), pengacara yang mewakili kasus 709 di Tiongkok, mengatakan pada 6 Juli bahwa otoritas PKT sekarang memiliki kontrol yang lebih ketat terhadap pengacara, tak peduli apakah itu pidato di luar pengadilan atau pembatasan di pengadilan.
“Di pengadilan, terutama untuk mewakili kasus perlindungan iman dan hak, seperti kasus yang melibatkan Falun Gong dan apa yang disebut subversi kekuasaan negara, pada dasarnya tidak diperbolehkan untuk mengaku tidak bersalah. Meskipun tidak ada dokumen yang secara jelas menyatakan, Biro Kehakiman, Asosiasi Pengacara, dan hakim pengadilan semuanya memiliki batasan seperti itu sebelum persidangan,” ujarnya.
Dia memberitahukan keapda The Epoch Times dalam satu tarikan napas tiga titik waktu dari “lingkungan yang lebih sulit” : 709 hingga saat ini, tiga tahun sejak epidemi, dan masa jabatan ketiga Xi Jinping.
Dia berkata : “Sejak insiden 709, peradilan PKT semakin mundur, ditambah dengan situasi ekonomi yang semakin mundur, memperburuk lingkungan. Sejak tiga tahun epidemi, lingkungan peradilan semakin mundur. Sangat sangat sulit, dan saya selalu di bawah pengawasan Asosiasi Pengacara Keamanan Nasional. Jika ringan, diundang minum teh, jika parah, akan dihukum dengan inspeksi tahunan. Seharusnya setelah masa jabatan ketiga Xi Jinping, lingkungan menjadi lebih keras.”
Sun Lijun, mantan Wakil Menteri Kementerian Keamanan Publik, dan Fu Zhenghua, mantan Menteri Kehakiman, dianggap sebagai perwakilan dari penindasan PKT terhadap pengacara hak asasi manusia ketika mereka menjabat. Pemecatan mereka sempat menuai tepuk tangan dari masyarakat, termasuk para pengacara. Tetapi pihak berwenang masih terus menindak pengacara hak asasi manusia.
Chen Jiangang, seorang pengacara hak asasi manusia yang berbasis di Amerika Serikat, mengatakan kepada The Epoch Times pada 8 Juli bahwa penindasan terhadap pengacara hak asasi manusia ditentukan oleh watak hakiki PKT, Meskipun Sun Lijun dan Fu Zhenghua telah jatuh, namun selama PKT masih berkuasa, dia pasti akan terus menindas para pengacara HAM. “Watak hakiki PKT adalah menolak hak asasi manusia, dan tugas wajib pengacara hak asasi manusia adalah melindungi hak asasi manusia. Keduanya ini ada kontradiksi DNA, yang tidak dapat didamaikan.”
“Sekalipun Xi Jinping tumbang, Partai Komunis akan tetap menindas pengacara HAM, hal Ini tidak ada hubungan langsung dengan kekuatan faksi manapun dalam Partai Komunis. Selama Partai Komunis tidak tumbang, pengacara HAM akan selalu menjadi musuh abadi Partai Komunis,” katanya.
Meskipun banyak orang yang pesimis tentang masa depan pengacara hak asasi manusia di Tiongkok, namun masih ada yang percaya bahwa pemerintah PKT tidak dapat sepenuhnya menghilangkan perbedaan pendapat di dalam negeri.
Wang Yu, pengacara pertama yang ditangkap dalam insiden 709, mengatakan kepada VOA, “Meskipun sebagian besar pengacara hak asasi manusia tidak lagi berani mengkritik pemerintah ketika mereka melihat bahwa kami menghadapi tindasan terus-menerus, tetapi masih ada bentuk-bentuk penentangan lainnya, misalnya seperti “gerakan kertas putih” yang menyebabkan berakhirnya kebijakan “Hapus ke nol”.”
Pembela Hak Asasi Manusia, yang telah lama mengkhawatirkan hak dan kepentingan pengacara di daratan, baru-baru ini menerbitkan sebuah artikel komentator khusus pada peringatan 8 tahun 709, menunjukkan bahwa penindasan pihak berwenang terhadap pengacara hak asasi manusia masih tetap “seperti biasa”, para pengacara masih tetap “pantang menyerah”, dan mereka tidak berhenti karena ini. Banyak pengacara muda tampil untuk mewakili kasus hak asasi manusia yang “sensitif”. Dan orang-orang yang berhati nurani dan masyarakat internasional juga terus mendukung dan menyerukan untuk pengacara hak asasi manusia Tiongkok.
Chen Jiangang: 3 Makna Utama Keberadaan dan Kegigihan Pengacara HAM Tiongkok
Chen Jiangang pernah berpraktik hukum di Beijing dan pernah mewakili kasus pengacara 709 Xie Yang. Dia menyinggung pihak berwenang karena mengungkapkan bahwa Xie Yang disiksa, dan kemudian pergi ke Amerika Serikat. Dia mengatakan kepada The Epoch Times bahwa di permukaan, pengacara hak asasi manusia Tiongkok membela hak asasi manusia di bawah sistem PKT dan memberikan bantuan sesuai kemampuan mereka kepada mereka yang dianiaya oleh PKT, upaya ini tampaknya telah gagal. Namun setidaknya ada tiga makna positif dalam proses tersebut :
Salah satunya adalah para pengacara secara efektif mengungkap kebohongan PKT dan mengungkap tirani PKT yang diktator. Chen Jiangang berkata : “Kami mengandalkan energi individu kami dan menggunakan kecerdasan pribadi kami. Ini adalah profesi yang beradab, kami menggunakan aturan beradab untuk bekerja dan menangani masalah, menggunakan fakta, hukum dan logika untuk menjelaskan benar dan salah. Dengan cara yang beradab ini, PKT tidak akan pernah menjadi lawan. Ini bukan keahlian PKT. Esensinya adalah kekerasan ditambah kebohongan, dan pengacara hak asasi manusia sedang mengungkap kebohongan mereka sedikit demi sedikit.”
Chen Jiangang mengatakan bahwa ketika PKT menyadari bahwa kebohongannya tidak lagi efektif, pada akhirnya akan menggunakan kekerasan terhadap pengacara hak asasi manusia. Namun hal ini menunjukkan bahwa arah PKT dan peradaban berlawanan, yang merupakan makna kedua.
“Kekuasaan PKT akhirnya diterapkan pada kekerasan. Kami jelas bukan lawan dalam menghadapi kekerasan. Terutama poin ini dapat memberikan bukti kepada pengamat, dunia yang beradab, dan orang-orang yang selalu peduli dengan Tiongkok yakni arah PKT kontradiktif dengan peradaban, selama kediktatoran satu partai PKT masih eksis maka perlindungan hak asasi manusia, pengejaran supremasi hukum, pengejaran keadilan yang adil, dan nilai-nilai universal lainnya tidak akan terwujud dan akan dihancurkan oleh kediktatoran satu partai PKT,” katanya.
Dia percaya bahwa upaya para pengacara hak asasi manusia juga dapat menjadi konfirmasi positif ketiga, yaitu untuk mengejar keadilan yang adil dan nilai-nilai universal, mutlak diperlukan untuk menghilangkan hambatan kediktatoran PKT.
“Jika kita menginginkan hak asasi manusia maka kita harus menggulingkan PKT. Meskipun kemampuan kita sangat terbatas, itu tergantung bagaimana Tuhan mengatur. Melihat situasi dunia, saya tidak tahu kapan hari seperti itu akan datang, tetapi saya yakin ini adalah suatu jalan yang harus dilewati. Selama PKT masih ada, nilai-nilai universal seperti hak asasi manusia, supremasi hukum dan konstitusionalisme tidak dapat diwujudkan di Tiongkok.”
Chen Jiangang menyimpulkan bahwa PKT pada dasarnya tidak berubah selama lebih dari 40 tahun, dan bahkan telah melangkah lebih jauh dalam hal kediktatoran, anti-hak asasi manusia dan anti-aturan hukum.
“Meskipun PKT telah menerapkan strategi reformasi dan keterbukaan untuk memungkinkan keberadaan profesi pengacara, selama profesi pengacara ada, pada akhirnya akan berkembang menjadi perlawanan terhadap penyalahgunaan kekuasaan dan despotisme menurut hukum, dan PKT pasti akan berpikir bahwa profesi pengacara mengancam kekuasaannya. Jadi saya pikir semua orang dapat melihat kebenaran ini, yang merupakan makna yang sangat besar,” katanya. (Lin/whs)