oleh Zhang Ting
Pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT) Xi Jinping berencana untuk menyelenggarakan sebuah forum berprofil tinggi untuk mempromosikan inisiatif “One Belt One Road” yang ia gagaskan beberapa tahun silam, tetapi menghadapi satu masalah yang memusingkan kepala, yaitu pejabat asing yang mau berpartisipasi tidak banyak, terutama beberapa negara Eropa tidak ingin hadir. “Wall Street Journal” menyebutkan bahwa ini mencerminkan hubungan yang tidak lagi harmonis antara Eropa dengan Tiongkok.
Partai Komunis Tiongkok berencana mengadakan forum tingkat tinggi OBOR pada pertengahan bulan Oktober mendatang. Sumber yang mengetahui masalah ini memberitakan Wall Street Journal bahwa pejabat Tiongkok masih sedang gencar mengupayakan kehadiran para pejabat negara asing. Minggu ini, hanya Kremlin yang mengatakan bahwa Putin bersedia hadir. Namun partisipasi Putin semakin mendorong para pemimpin Eropa untuk menghindari forum tersebut.
Sejak pecahnya perang Rusia – Ukraina, Xi Jinping telah menolak untuk menyebut perang tersebut sebagai invasi Rusia ke Ukraina, bahkan meningkatkan hubungan perdagangan dengan Rusia untuk memberi Moskow jalur ekonomi pada saat Barat memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia. Hal mana menambah ketidakpuasan Barat terhadap Beijing.
Pemerintah Tiongkok telah lama menginginkan Eropa bergabung dengan inisiatif infrastruktur OBOR, tetapi para pemimpin Eropa, seperti Amerika Serikat, telah mewaspadai peningkatan ketergantungan pada ekonomi Tiongkok.
Forum tingkat tinggi OBOR tahun ini merupakan yang pertama sejak epidemi melanda dunia, forum ini akan menguji sejauh mana daya tarik platform diplomatik ekonomi khas Xi Jinping tersebut. Diplomat Tiongkok tentunya akan berusaha sekuat tenaga untuk “mendatangkan” pejabat asing.
Pejabat senior pemerintah mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz saat ini tidak memiliki rencana untuk menghadiri Forum OBOR tahun ini. Menurut seseorang yang mengkoordinasikan rencana perjalanan Perdana Menteri Italia, bahwa Georgia Meloni, Perdana Menteri Italia, juga tidak ada rencana untuk hadir. Meskipun Italia adalah satu-satunya negara di antara tujuh kelompok industri besar (G7) yang telah menandatangani perjanjian Inisiatif OBOR dengan Beijing.
Meloni telah berulang kali mengisyaratkan rencanabya untuk menghentikan perjanjian OBOR. Dia mengatakan kesepakatan tersebut adalah sebuah “kesalahan besar” yang dilakukan oleh pemerintah sebelumnya, dan ia berjanji mau meninjau kembali kerja sama tersebut.
Seorang juru bicara kementerian luar negeri Swiss mengatakan, bahwa Swiss juga sedang mempertimbangkan apakah akan menghadiri forum tingkat tinggi OBOR tahun ini. Swiss, yang secara historis tergolong negara netral, telah 2 kali mengirim presidennya ke 2 KTT OBOR di waktu lalu. Sedangkan Yunani, yang bergabung dengan Inisiatif OBOR pada 2018, telah memberi tahu Beijing bahwa perdana menterinya tidak akan hadir. Seorang juru bicara pemerintah Ceko mengatakan tidak ada presiden atau pejabat senior yang diharapkan hadir di forum Oktober nanti. Republik Ceko bergabung dengan inisiatif tersebut pada 2015.
Wall Street Journal mengatakan bahwa tingkat kehadiran forum tingkat tinggi OBOR yang rendah akan melemahkan upaya Beijing dalam menciptakan “citra pengaruh globalnya yang terus berkembang”.
Sekarang, seiring dengan Eropa berusaha mengurangi pengaruh ekonomi Tiongkok di Eropa, jadi banyak negara sedang menjauhkan diri dari proyek infrastruktur PKT itu. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan pada Maret, bahwa tujuan eksplisit PKT adalah untuk secara sistematis mengubah tatanan internasional sehingga kelak berpusat di Tiongkok. Von der Leyen mengusulkan strategi “mengurangi risiko” Tiongkok. Strategi ini diterima secara luas oleh negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, tetapi menimbulkan kegusaran PKT. Sampai-sampai Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang dalam pidatonya di Forum Davos Musim Panas yang diadakan di Tianjin menentang “de-risking” Barat.
Noah Barkin, seorang ahli yang berfokus pada urusan Eropa dan Tiongkok di firma riset Rhodium Group, mengatakan bahwa selama beberapa tahun terakhir, negara-negara Eropa telah bersifat terbuka terhadap inisiatif OBOR Tiongkok. Sekarang, persepsi telah bergeser, mereka umumnya menganggap program tersebut sebagai “alat untuk menyebarkan pengaruh Tiongkok (PKT) ke luar negeri”.
Wall Street Journal mengatakan, bahwa sejauh ini, respons Eropa yang lesu terhadap inisiatif tersebut menunjukkan, bahwa lanskap global kini semakin menantang bagi Xi Jinping yang memiliki ambisi diplomatik. Jika di masa lalu negara-negara Eropa pernah mempertimbangkan untuk bergabung dengan OBOR, sekarang mereka malahan ingin bersaing dengannya.
Pada akhir Oktober nanti, pemerintah Eropa akan mengundang para pemimpin bisnis, pejabat, dan kepala negara dari Afrika, Amerika Latin, dan Asia (tidak termasuk Tiongkok) ke forum mereka sendiri untuk mempromosikan rencana infrastruktur “Global Gateway” Uni Eropa senilai USD. 333 miliar. “Global Gateway” ini mencakup dunia, terutama proyek pembangunan infrastruktur di Afrika, Asia, dan Amerika Latin, dan dirancang untuk melawan inisiatif OBOR dari PKT yang pelunasannya “mencekik”.
Para pejabat Barat menuduh inisiatif OBOR membebani negara-negara miskin dengan utang besar, tentunya tuduhan ini dibantah Tiongkok. (sin)