Lin Yi
Baru-baru ini, kudeta militer di Niger, sebuah negara Afrika dikutuk secara luas. Pada 30 Juli, Masyarakat Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) menggelar pertemuan darurat untuk menekan pemerintah militer Niger agar memulihkan kekuasaan Presiden Mohamed Bazoum secepat mungkin, tetapi junta militer menolak
Pada Minggu 30 Juli, sebanyak 15 anggota Masyarakat Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) menggelar pertemuan darurat, menuntut agar pemimpin kudeta militer di Nigeria mengembalikan kekuasaan Presiden Bazoum.
Presiden ECOWAS Omar Touray berkata : “Jika tuntutan ECOWAS tidak dipenuhi dalam waktu seminggu, (kami) akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memulihkan tatanan konstitusional di Republik Niger”
ECOWAS mengatakan sanksi tidak akan mengecualikan “penggunaan kekuatan” dan akan mencakup sanksi ekonomi dan perjalanan.
Namun junta Niger segera menolak permintaan ECOWAS dan memperingatkan organisasi tersebut untuk tidak merencanakan “rencana agresif”.
Abdullamane, juru bicara pemimpin kudeta di Niger berkata: “Kami mengingatkan ECOWAS sekali lagi tentang tekad kuat kami untuk mempertahankan negara kami dari segala bentuk petualangan.”
Junta militer Niger melancarkan kudeta pada 26 Juli, menggulingkan Presiden Bazoum dan membubarkan lembaga pemerintah. Kudeta itu dikecam secara luas oleh negara-negara tetangga dan negara-negara Barat.
Menurut Bank Dunia, Niger adalah negara miskin di Afrika dan membutuhkan bantuan hampir US$2 miliar setiap tahun. Saat ini, Uni Eropa dan Prancis telah menghentikan bantuan ke Niger dan Amerika Serikat m akan mengikutinya.
Uni Afrika juga mengeluarkan ultimatum 15 hari setelah kudeta meletus, menuntut pemerintah militer memulihkan pemerintahan negara yang terpilih secara demokratis. (Hui)