Zhou Xiaohui
Baru saja melihat cuplikan video menyedihkan dari kota Bazhou Kabupaten Langfang Provinsi Hebei: Di tengah banjir berdiri tegak satu persatu desa, satu persatu rumah, dan puluhan ribu hektar sawah yang tergenang air… berapa banyak keluarga mengalami kerugian sedemikian besar! Berapa banyak hasil jerih payah mereka tersapu arus banjir! Berapa banyak pula orang menangis?
Dikabarkan, hujan deras kali ini dan pelepasan debit banjir secara disengaja telah menyebabkan bencana banjir di Zhuozhou dan Bazhou sangat parah, dan satu alasan utamanya adalah untuk melindungi kawasan Xiong’an yang terletak di hilir danau air tawar terbesar yakni Danau Baiyangdian, sehingga yang dipilih adalah Zhuozhou di bagian tengah aliran untuk melepaskan debit banjir.
Ada warganet yang mengunggah ketinggian Zhuozhou dan Xiong’an. Ketinggian Zhuozhou antara 20 hingga 70 meter di atas permukaan laut (mdpl), sedangkan ketinggian Xiong’an hanya antara 7 sampai 19 mdpl. Jika kawasan Zhuozhou dan lain-lain tidak melepas debit banjir, maka Danau Baiyangdian akan menjadi kawasan pelepasan debit banjir, Xiong’an pasti akan tenggelam. Sekarang Xiong’an memang telah berhasil dilindungi, tetapi yang menjadi korban adalah warga Zhuozhou dan Bazhou.
Lewat propaganda media massa pemerintah banyak warga telah mengetahui yang mendorong dibangunnya Kawasan Baru Xiong’an adalah Xi Jinping, pemerintah menyebutkan harus menganggarkan 30 triliun yuan RMB untuk membangun sebuah kota baru, yang digunakan untuk meredakan fungsi non-kapital Beijing seperti perguruan tinggi, rumah sakit, BUMN, dan lain-lain, sasarannya adalah menjadi “ibukota kedua” Tiongkok. Pihak pemerintah memposisikannya sebagai “proyek milenium, program nasional”.
Pada Oktober 2022, dalam konferensi pers pertama Kongres Nasional ke-20 PKT Wakil Sekprov Hebei Lian Yimin mengatakan, dalam 5 tahun Kawasan Baru Xiong’an telah mengakumulasi investasi sebesar 460 miliar yuan RMB. Data pemerintah menunjukkan, hingga akhir November 2022, Kawasan Baru Xiong’an mengakumulasi 240 buah proyek utama. Informasi dari Komisi Pengawas dan Administrasi Aset Negara pada Dewan Negara menunjukkan, sebanyak 63 perusahaan BUMN telah berinvestasi Pembangunan di kawasan baru Xiong’an, kantor pusat dari 4 BUMN dan lebih dari 150 unit usahanya telah ditempatkan di Xiong’an, 4 perguruan tinggi yakni China University of Geosciences, Beijing Jiaotong University, University of Science and Technology Beijing, dan Beijing Forestry University juga telah memilih tempat untuk mendirikan kampusnya, ada orang yang bahkan mengatakan pihak akademisi tidak lagi akan mempertahankan kampusnya di Beijing dan di daerah asal.
Akan tetapi, karena letaknya yang rendah, lokasi geografisnya tak memiliki keunggulan, selama beberapa tahun terakhir pekerjaan pemindahan kesana terus mengalami penolakan dari berbagai perusahaan dan perguruan tinggi. 4 perguruan tinggi yang berencana pindah kesana juga menyatakan, mereka tidak akan meninggalkan kampus asal dan kampusnya di Beijing, walaupun kampus telah didirikan di Xiong’an, juga tidak mungkin semua dipindahkan kesana. Saat ini, keempat perguruan tinggi masih dalam tahap observasi. Bayangkan, ada berapa banyak staf dan pengajar yang bersedia meninggalkan Beijing?
Untuk itu, Xi Jinping memimpin PM Li Qiang beserta sekelompok pejabat tinggi menampakkan diri di Xiong’an pada 10 Mei lalu, dan memuji prestasi yang diraih Xiong’an, “Hanya dalam waktu 6 tahun, kawasan Xiong’an dari nol sampai terwujud, dari cetak blueprint sampai nyata, sebuah kota modern berstandar tinggi sedang mencuat, bisa dibilang ini adalah keajaiban.” Serta memuji “keputusan pemerintah pusat membangun kawasan baru Xiong’an adalah sepenuhnya tepat”. Ia juga menginstruksikan pejabat di bawahnya, untuk berupaya menciptakan sebuah kota masa depan yang tidak memiliki “penyakit perkotaan”.
Namun faktanya, Xiong’an saat ini sangat menyerupai “kota hantu” yang kosong melompong, tidak banyak terlihat jejak manusia, banyak rumah dan properti yang menganggur, harga jual rumah dan harga sewa terus merosot turun, dan diragukan oleh kalangan luar sebagai “proyek mangkrak”. Yang terlihat oleh Xi Jinping, kemungkinan adalah “kemakmuran” yang direkayasa oleh sejumlah pejabat yang hendak mengambil hatinya.
Saat berbicara soal banyaknya instansi Beijing dan jutaan warga yang menentang pemindahan ke Xiong’an, Xi Jinping berkata, “Tidak bisa memikirkan kebaikan dan keburukan diri sendiri, kalau perlu pindah maka harus pindah. Tidak bisa hanya ‘meredakan di atas kertas’ lalu ‘berbalik arah’, di mulut bilang meredakan, kemudian kembali lagi.
Terlebih lagi tidak bisa dengan cara membangun instansi level dua dari Beijing sambil meredakan sembari menambah yang baru.” Pasca pidato Xi, pemerintah kota Beijing, sejumlah BUMN dan perguruan tinggi mulai belajar kelompok Pemikiran Xi, bagaimana agar segera merealisasikan pemindahan tersebut, sebagai wujud kesetiaan pada Xi.
Tidak ada yang menyangka, hujan lebat yang turun mendadak kembali menampakkan permasalahan besar kawasan Xiong’an ke hadapan semua orang. Ada warganet menemukan artikel yang ditulis pada 2019 oleh seorang pakar geografi ekonomi yakni Lu Dadao yang berjudul “Dimana Letak Kesulitan Membangun Kawasan Baru Xiong’an”. Kesulitan pengembangan Kawasan Baru Xiong’an selain karena “tren” perkembangan di Beijing, Shenzhen, dan Pudong, juga sulit untuk menarik elemen penting perekonomian khususnya mengumpulkan elemen baru inovasi teknologi, juga secara khusus disebutkan beberapa kesulitan yang dialami.
Pertama, kawasan baru Xiong’an baik secara makro maupun mikro tidak memiliki keunggulan apapun, kondisi fundamental untuk lingkungan tempat tinggal sangat buruk, daya dukung sumber daya dan lingkungan sangat rendah, sistem transportasi sekarang juga tidak memudahkan.
Walaupun dampak besarnya bisa diatasi dengan serangkaian proyek besar, tapi harga yang harus dibayar sangat mahal, fungsi pada aspek tertentu sulit untuk dipertahankan. Memang demikian, sekarang pemerintah Beijing telah menggelontorkan 800 milyar yuan untuk Xiong’an, dikabarkan investasi mendatang akan mencapai 30 triliun yuan, investasi sebesar itu, tapi efeknya belum tentu sesuai harapan.
Kawasan Baru Otomotif memilih “lereng” tanah depresi di dataran utara Provinsi Hebei, bagian tengah dari tanah depresi itu adalah Danau Baiyangdian, rata-rata ketinggiannya 10 mdpl. Sepanjang sejarah kawasan tersebut sering dilanda banjir. Di masa mendatang Kawasan Baru Xiong’an mungkin harus dibangun benteng standar banjir yang sangat tinggi. Saat terjadi banjir parah, Baiyangdian ada kemungkinan harus melepas debit banjir, yang mungkin akan menenggelamkan kota. Dalam sejarah, termasuk selama periode Musim Semi dan Gugur, serta masa Dinasti Yuan, Ming, dan Qing, kota-kota penting yang dibangun di Provinsi Hebei pada dasarnya dibangun di lereng timur Gunung Taihang dan di lereng Selatan Gunung Yanshan pada ketinggian 50 mdpl. Jalur KA cepat Beijing-Guangzhou juga berada pada ketinggian ini pondasi relnya.
Pakar konservasi Jerman yakni Wang Weiluo sejak awal juga telah menjelaskan, Danau Baiyangdian telah kehilangan kemampuan kelangsungan hidup alami dan pemurnian alami, pencemaran airnya sangat parah; dan “tempat yang menjadi lokasi kawasan baru Xiong’an itu sama sekali tidak cocok untuk dibangun kota besar, karena tempat itu adalah tempat yang posisinya paling rendah di seluruh dataran kawasan utara Tiongkok. Jika Sungai Haihe yang mengaliri Baiyangdian mengalami satu kali banjir saja, maka 90% kawasan baru Xiong’an itu akan tenggelam.”
Hujan lebat yang melanda tiba-tiba ini telah membuktikan kebenaran pandangan pakar, saat mempertanyakan para petinggi Zhongnanhai, juga semakin memperdalam kekhawatiran perusahaan dan perguruan tinggi. Orang pun bertanya-tanya: Jika di masa mendatang Beijing dan Hebei kembali dilanda hujan deras, apakah Xiong’an juga akan terus mengorbankan Zhuozhou dan Bazhou untuk melindungi keselamatan kawasan itu? Apakah Zhongnanhai tidak takut akan terjadi kudeta warga? Jika di kawasan Baiyangdian terjadi hujan lebat dan dilanda banjir, apa yang akan dilakukan Xiong’an? Lalu, petinggi Zhongnanhai yang dilematis itu akan memetik pelajaran dari bencana banjir kali ini, dan akankah membatalkan “proyek milenium” tersebut? (sud/whs)