Jiang Linda
Dalam pertandingan wushu kalangan etnis Tionghoa yang pertama di dunia pada 2008 lalu, para ahli wushu dan ketua perguruan berkompetisi menggalang persahabatan. Waktu itu yang menjadi ketua dewan jurinya adalah master wushu ternama yakni Li You’fu. Sejak saat itu pula banyak orang barulah mengetahui, tokoh kelas master di bidang Qigong (baca: chikung, sejenis ilmu tenaga dalam Tiongkok kuno, red.) sekaligus seorang dokter PTT (Pengobatan Tradisional Tiongkok, red.) di era 1980-an hingga 1990-an itu, telah sejak lama menemukan rahasia kultivasi (pengolahan jiwa dan raga) tingkat atas, dari yang tadinya seorang master atau guru besar ia dengan lapang dada kembali menjadi seorang murid, dan tanpa terasa ia telah berkultivasi selama 27 tahun.
Bagi banyak orang, seumur hidup Li You’fu dipenuhi dengan legenda. Namun, ia sendiri tersenyum mendengar ketenaran itu yang terasa semu baginya, karena di hadapan seorang master yang sesungguhnya, dirinya terasa sangat kerdil.
Kini ia yang telah berusia lebih dari 70 tahun, dalam memperlakukan siapa saja tetap ramah dan sopan, juga rendah hati dan ceria, terlebih gesturnya dengan sendirinya mengungkapkan karisma seorang praktisi wushu yang perkasa. Pada saat menjawab wawancara dari wartawan, ia mengungkapkan suka-cita dan rasa bersyukurnya setelah menjadi seorang “murid”.
Segala Sesuatu Dalam Kehidupan Ada Pengaturan Tuhan
Pepatah kuno mengatakan “seorang hero sejak masa mudanya sudah menunjukkan kepahlawanannya”, hal ini terlihat nyata pada diri Li You’fu. Di saat berusia 18 tahun, ia menyelamatkan teman sekolahnya yang dikeroyok dan dianiaya oleh sejumlah orang, pengalaman itu ternyata telah menjadi kisah legenda di tempat kejadian tersebut.
Ia berkata, “Saya merasa memiliki semacam sifat dasar bawaan lahir, yaitu rasa keadilan, terkadang berani maju membela kebenaran.” Sejak bertekad mendalami ilmu bela diri, ia pun setiap hari bangun pukul 5 pagi dan berlatih, serta selalu mengingat “etika wushu” yang diajarkan gurunya.
“Saat kecil, yang saya pikirkan sebenarnya adalah berkultivasi, hanya saja saat itu saya merasa wushu adalah begitu menakjubkan, dengan berlatih wushu seseorang bisa melatih kemampuan laiknya seorang berkemampuan linuwih (supernormal), sejak kecil saya berguru kemana-mana.”
Dengan mengandalkan kegigihannya itu, sambil tertawa ia mengatakan, “Dimana ada guru yang baik, saya selalu bisa membuatnya menerima saya (menjadi murid). Bagaimanapun saya diuji, saya selalu bisa membuatnya menerima saya.”
Nyatanya ia telah mewujudkannya. Sejak berusia 18 tahun, secara berturut-turut ia menjadi murid kebanggaan guru wushu nomor satu Tiongkok yakni Chen Shengfu dan juga Ketua Asosiasi Wushu Jinan Provinsi Shandong yang juga ahli jurus Taichi yakni Chen Jisheng.
“Setelah mulai berlatih ilmu bela diri, saya juga mendalami seni berperang Sun Tzu, juga mempelajari kitab kuno, ilmu Pengobatan Tradisional Tiongkok (PTT), dan lain sebagainya.” Ia mengatakan, Guru Chen Shengfu telah mewarisinya ilmu Kungfu yang sangat unik, yakni ilmu tongkat cambuk Shanxi, yang membuatnya berhasil meraih juara dalam kompetisi wushu nasional; Guru Chen Jisheng mengajarkannya jurus Taichi, bahkan berhasil mengajarinya menguasai “kemampuan supernatural”. Semua kemampuan supernatural itu pun, telah membuatnya diterima sebagai peneliti di Pusat Penelitian Sains Somatik Tiongkok di Beijing pada era 1980-an.
Nama dan Ketenaran Sebagai Jembatan, Hanya Demi Mencari Guru
“Sebenarnya kalau dikenang kembali seumur hidup saya, setiap hal, baik maupun yang buruk, manis pahit getir, saya rasakan semua itu telah diatur dalam takdir. Saya tahu segala pengaturan dalam hidup saya itu adalah agar saya menyadarinya, agar saya mengerti Hukum agung yang saya peroleh saat ini yakni ‘Sejati-Baik-Sabar’.”
Li You’fu mengatakan, tidak disangka dengan menjadi peneliti di Pusat Sains Somatik, dirinya telah membangun pondasi sangat baik sebagai peluang yang ditakdirkan untuk menemukan “Falun Dafa”.
Pada era 1980-an hingga 1990-an abad lalu, Li You’fu sudah menjadi tokoh ternama di bidang medis PTT dan juga kalangan Qigong, kemampuan “penyembuhan jarak jauhnya”, yakni mendiagnosa penyakit melalui telapak tangan dan metode pengobatan yang sangat unik, telah diberitakan oleh banyak media massa, membuat banyak tokoh tenar seantero negeri, termasuk petinggi PKT bahkan kepala negara pun mencarinya.
“Mereka selalu meminta saya, bertanya sejumlah masalah, menyembuhkan penyakit, berbincang soal kemampuan supernatural. Waktu itu banyak orang memuji saya,” ungkapnya. Akan tetapi ketenaran itu tidak membuat Li You’fu merasakan ketenangan hati yang sesungguhnya, baginya nama dan keuntungan yang semu itu tidak ada artinya, “Saya selalu merasakan, pada suatu hari nanti, saya akan dapat menemukan seorang guru, yang dapat membantu orang menuju kesempurnaan, dan yang dapat terbebas dari derita.” Setelah membolak-balikkan berbagai kitab kuno dan mendalami segala aliran agama, tapi tidak membuahkan hasil, ia lantas berharap dapat memanfaatkan ketenarannya dengan “mendekatkan diri pada orang yang berkemampuan tinggi, itu memudahkannya dalam mencari guru”.
Setelah Puluhan Tahun Belajar Wushu, Akhirnya Memperoleh Dharma Agung
Selama berada di Beijing, Li You’fu berkesempatan mengenal Guan Guimin yang waktu itu menyandang predikat “penyanyi top Tiongkok”. “Begitu saling mengenal kami berdua langsung cocok satu sama lain, dan banyak membicarakan soal kultivasi (pengolahan jiwa dan raga), Qigong (baca: chikung, sejenis ilmu tenaga dalam Tiongkok kuno, red.) dan lain sebagainya.” Tidak pernah terbayangkan, jodoh pertemuan itu berlanjut hingga ke luar negeri.
Sementara itu Li You’fu yang telah menetap di Los Angeles pada 1996, secara kebetulan membaca di surat kabar mengenai kedatangan Guan Guimin ke Amerika Serikat untuk menggelar pertunjukan. “Melihat kedatangannya saya sangat senang, setelah menemuinya, ia langsung berkata, ‘Kita tidak usah banyak bicara lagi soal supernatural, Qigong, atau apapun itu, tidak perlu dibahas lagi. Ada satu metode yang disebut Falun Dafa (法輪大法), yang berkultivasi Sejati-Baik-Sabar.”*); “Saya berlatih wushu sudah puluhan tahun, waktu itu saya sudah berusia 40 tahun lebih, belum juga menemukan guru untuk berkultivasi. Tapi begitu diperkenalkannya, saya ingin menemui guru.”
Li You’fu berkata, “Sewaktu saya membaca ‘Zhuan Fa Lun (轉法輪)’, semakin dibaca semakin tidak ingin saya lepaskan. Menurut saya, ajaran guru ini sungguh luar biasa baik, maka saya pun bertekad, saya tidak akan mencari apapun lagi, dan hanya akan berkultivasi Falun Dafa.”; “Karena yang diberikan oleh Dharma Agung ini bukan sekedar pengetahuan, bukan kemampuan, dan juga bukan teknik, melainkan adalah kebijaksaan”, imbuhnya.
Dari Guru Menjadi Murid, Terharu dan Bersyukur Seperti Saat Awal
Berkultivasi Falun Dafa hingga sekarang, tanpa terasa 27 tahun telah berlalu, namun Li You’fu masih merasakan haru, syukur, dan sulit dipercaya, serta berbagai perasaan bercampur aduk seperti kala pertama dulu. “Selama 27 tahun saya tidak merasa waktu ini lama, saya merasa seakan-akan baru kejadian kemarin”, kenangnya.
Sejak saat itu pula, dia yang tadinya seorang guru besar di mata masyarakat luas, telah berubah menjadi seorang pengikut biasa Falun Dafa. “Saya merasa setelah memiliki sebuah Dharma Agung yang dapat membebaskan manusia dari penderitaan, serta yang dapat membuat manusia berkultivasi menuju kesempurnaan, ada seorang guru pembimbing, maka apapun dapat saya lepaskan”, tandas Li Youfu.
“Kitab dari “Laozi” dan “Sutra Intan” (Diamond Sutra dari sang Buddha Sakyamuni, red.), bisa saya hapalkan dengan baik.” Namun sejak berkultivasi Dafa, ia berkata, “Bagaimanapun Anda membayangkan Dafa ini tidak akan ada habisnya, ia begitu berharga, begitu luas, begitu dalam, dan tidak dapat dibayangkan, semakin dipelajari semakin dirasakan betapa banyaknya hal-hal yang terkandung di dalam Fa ini.”
“Sekarang jika menoleh kembali ke masa lalu, dulunya saya menyukai wushu, dan ilmu medis PTT, maka saya sekarang tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana asal muasal wushu ini, dan bisa dilatih sampai tahap seperti apa, semua itu sebenarnya sudah dijelaskan di dalam ‘Zhuan Fa Lun’ ini.” Ia mengatakan, perolehan dirinya yang paling besar adalah, “Saat melihat semua persoalan dari sudut pandang “Fa (Dharma)” ini, akan bisa melompat keluar serta bisa melihat tembus segala hal sampai tuntas, dapat dengan mudah melihat suatu persoalan yang begitu runyam, akan menjadi hal yang baik.”
Mengenang Jasa Guru
Mengenang kembali pemandangan saat pertama kali bertemu guru Li Hongzhi, itu adalah kejadian lebih dari 20 tahun lalu. Ia berkata waktu itu di Houston, dan guru untuk pertama kalinya memberikan ceramah Fa secara terbuka di AS, waktu itu guru pernah mengatakan, secara garis besarnya: “Kalian semua, dulunya (di kehidupan masa lalu) demi mendapatkan Fa ini, ada yang pernah kepalanya dipenggal”, perkataan ini membuatnya sangat terharu, “Waktu itu saya bertanya pada diri sendiri: layakkah? Jawabannya: sangat layak.”
“Dulu saya pernah bertemu guru dalam agama, termasuk guru wushu, semuanya juga memiliki tuntutannya masing-masing.” Li You’fu berkata, “Tapi guru yang satu ini sangat ramah dan bersahabat, berbincang dengan semua muridnya, sama sekali tidak ada kesan menjaga jarak. Tapi segala hal yang dikatakan guru, tidak terpikirkan oleh kami, kami sebagai orang biasa tidak bisa mengutarakannya. Pada ceramah Fa kala itu guru mewejangkan banyak sekali ‘rahasia langit’.”
Ia mengenang kembali, dari sejumlah kesempatan lain para praktisi berkesempatan mendekat dengan guru, mereka merasakan guru selalu memberikan teladan dengan perbuatan, sedikit hal kecil selalu mempertimbangkan orang lain terlebih dahulu, seperti yang guru ajarkan dalam ceramah Fa “bercita-cita besar dan mengabaikan hal sepele” (Gigih Maju: “Sang Suci”) dan “tidak ada ego tidak ada aku, mementingkan dia daripada aku” (Gigih Maju: “Sifat Buddha Tanpa Kebocoran”).
Li You’fu juga mengenang suatu kejadian, “Waktu itu pada Maret 1999, guru pertama kalinya datang ke Los Angeles. Saya mengemudikan mobil pergi (menemui guru), sepanjang jalan air mata terus mengalir tanpa henti, saya berpikir bagaimana bisa menemui guru dalam kondisi seperti ini, kalau begini saya tak akan bisa menemui guru, lalu saya berusaha menguasai diri di luar cukup lama baru kemudian masuk ke ruangan, dan begitulah perasaan yang saya alami.”
Ia mengakui, kini usianya semakin lanjut, juga telah cukup lama berkultivasi, tentu tidak lagi menangis seperti waktu itu, tetapi setiap kali bertemu dengan guru, perasaan hati masih saja begitu terharu seperti dulu.
Mengingat Wejangan Guru “Berkultivasi Seperti Awal”
“Siapa pun orang yang memiliki akal sehat akan berpikir, bila warga Tiongkok yang berkultivasi Sejati-Baik-Sabar pada waktu itu (sebelum 1999) semuanya akan mengalami peningkatan moralitas, apa yang akan terjadi pada negara tersebut? Hal ini benar-benar akan mendatangkan ‘kebahagiaan dan kemuliaan bagi seluruh bangsa dan negara’, ini juga dikatakan guru dalam ‘Lun Yu’, sangat jelas dikatakan, dan sungguh benar akan demikian.”
Li You’fu mengatakan, di Daratan Tiongkok Falun Dafa hanya mengandalkan cara “dari mulut ke mulut”, dalam waktu singkat hanya beberapa tahun saja seratus juta orang sudah berkultivasi, begitu pula di luar negeri, banyak orang telah memilih ‘kebajikan’. Di Amerika Serikat ia direkrut oleh beberapa perguruan tinggi PTT untuk menjadi dosen ilmu medis PTT dan dosen wushu, selama itu pula ia menyebarkan Falun Dafa kepada banyak siswanya.
Sejak memperoleh Fa pada Mei 1996 hingga kini, ia berkata : “Sejujurnya, yang dikatakan guru kepada saya, yang paling melekat dalam ingatan saya adalah ‘berkultivasi seperti awal, pasti akan meraih buah sejati’ (Ceramah Fa di Berbagai Tempat: Ceramah Fa Pada Konferensi Fa Internasional di New York 2009).” (sud/whs)
*) Falun Gong merupakan kultivasi (pengolahan) ganda jiwa dan raga. Latihan raga terdiri dari gerakan-gerakan lembut yang menyerupai senam, dan juga meditasi. Latihan gerakan tersebut berfungsi mengolah potensi tubuh, membangkitkan energi dalam tubuh dan menyerap energi alam semesta, juga untuk memperkuat sistem mekanisme energi yang kuat di sekujur tubuh.
Sedangkan kultivasi jiwa bertujuan meningkatkan Xinxing (dibaca: sin sing = watak, kualitas moral), dengan jalan menyelaraskan diri dengan karakteristik alam semesta yakni: Zhen-Shan-Ren (Sejati-Baik-Sabar). Pengertian kata “Sejati” adalah benar, lurus dan jujur; “Baik” adalah kebajikan, suka menolong, dan tidak mementingkan diri sendiri; “Sabar” adalah penuh toleransi, meringankan beban pikiran, pengendalian emosi, tahan uji serta mampu melepaskan keterikatan hati. Terus menerus meningkatkan standar Xinxing di dalam kehidupan sehari-hari, harus dengan kondisi ini mematut tingkah lakunya, di dalam rumah tangga, di tempat kerja, dalam masyarakat, harus menjadi seseorang yang bermoral tinggi serta bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan kewajibannya.
Untuk lebih jelasnya silahkan klik: https://belajarfalundafa.com/