oleh Ren Hao
Sebuah dokumen internal Hebei, Tiongkok yang terungkap pada 20 Agustus mengungkapkan bahwa banjir yang direncana pejabat Partai Komunis Tiongkok (PKT) didasarkan pada rencana terperinci. Pada saat yang sama, terungkap bahwa para pejabat mengetahui tentang debit banjir akan menimbulkan banyak korban jiwa. Akan tetapi, mereka tidak menginformasikannya kepada masyarakat agar mengungsi terlebih dahulu karena pihak berwenang menuntut kerahasiaan situasi bencana.
Seorang korban bencana di Hebei berkata: “Rumah ini telah runtuh seperti ini, berapa parahnya bencana ini?”
Korban banjir : “Setelah banjir, rumah roboh.”
Korban banjir : “Rumah saya, ini tidak bisa diperbaiki.”
Korban banjir : “Setelah menunggu tiga setengah jam, (menerima) dua bungkus mie instan, air, 4 sosis kecil, dan 2 roti kecil.”
Sekitar tanggal 31 Juli, banjir terjadi tanpa peringatan di banyak tempat, langsung membanjiri jalan-jalan, gang-gang, lahan pertanian dan pondok-pondok di banyak kota di Hebei. Dikarenakan diterjang banjir besar, banyak desa dan kota terendam seluruhnya.
Saat banjir surut, banyak mayat bermunculan di berbagai tempat. Warga yang selamat hanya bisa menyaksikan rumah-rumah yang roboh. Lebih miris lagi, banyak masyarakat dalam jangka panjang tanpa pasokan air, listrik, makanan, atau tempat berteduh.
Sedangkan dokumen internal yang baru terungkap di Provinsi Hebei menegaskan bahwa ini memang bencana buatan manusia yang direncanakan oleh pihak berwenang.Tujuannya, demi melindungi Beijing dan Xiongan, tetapi caranya terlalu kejam.
Pada 29 Juli, dokumen pemerintah Kota Zhuozhou di Provinsi Hebei yang berkepala merah dengan jelas menargetkan delapan distrik di bawah yurisdiksinya, termasuk Jalan Taoyuan, Kota Yihezhuang, dan Kota Dermaga, dan melakukan inspeksi banjir sebelum pembuangan air banjir.
Pada 30 Juli, Markas Besar Pengendalian Banjir dan Bantuan Kekeringan Provinsi Hebei mengeluarkan dua dokumen. Mereka juga mengadakan pertemuan untuk mengingatkan Langfang, Baoding, Xingtai dan tempat-tempat lain bahwa daerah penyimpanan dan penahanan banjir akan diaktifkan dan banjir akan dilepaskan ke daerah-daerah tersebut.
Dokumen tersebut dengan jelas mensyaratkan agar situasi bencana dirahasiakan dan tidak ada pejabat yang diizinkan untuk mengungkapkan isi pertemuan dan dokumen ke dunia luar, “untuk mencegah terjadinya kebocoran .”
Zhao Lanjian, seorang reporter investigasi Tiongkok yang tinggal di Amerika Serikat, dalam unggahan di X pada 28 Agustus bahwa seorang pejabat Hebei secara pribadi mengungkapkan bahwa banjir yang akan datang “mungkin lebih besar dari banjir Agustus 1996. Hebei untuk sementara bersiap menghadapi banjir yang lebih besar dari Agustu tahun 1996.” .
Di Zhuozhou, 38 desa terendam banjir tahun 1996. Sumber Zhao Lanjian menegaskan bahwa pejabat Hebei sangat menyadari perlunya mengevakuasi penduduk terlebih dahulu.
Namun, dokumen pada 29 Agustus menyatakan bahwa jika pejabat lokal gagal mengelola banjir, mereka akan “dipertanggungjawabkan secara serius”. Oleh karena itu, hingga sebagian besar desa dan wilayah perkotaan Zhuozhou terendam seluruhnya pada 1 Agustus, pihak berwenang tidak menyuruh penduduk untuk mengungsi, jangan sampai warga memblokir debit banjir untuk melindungi rumah mereka.
Yang lebih kejam lagi, ketika sejumlah besar korban masih terjebak dalam banjir dan tidak diselamatkan, pihak berwenang melepaskan debit banjir kedua ke Zhuozhou, menyebabkan ketinggian air banjir tertinggi melonjak hingga lebih dari 12 meter.
Pejabat di Hebei mempertahankan pekerjaan mereka dengan mengorbankan nyawa penduduk desa dan keluarga mereka yang tak terhitung jumlahnya.
Yideng, seorang korban bencana di Hebei berkata : “Sebanyak empat orang hilang (dibanjiri banjir) dan meninggal. Beberapa jenazah tidak ditemukan.” (Hui)