oleh Chen Jie, Li Shanshan, dan Zhong Yuan
Insiden warga sipil Tiongkok membakar diri sebagai protes terhadap pembongkaran paksa tempat tinggal mereka oleh pihak pemerintah sering terjadi di Tiongkok. Beberapa hari yang lalu, satu lagi anggota keluarga yang tinggal di Kabupaten Donghai, Lianyungang, Provinsi Jiangsu terpaksa mengambil jalan pintas dengan membakar diri sebagai protes terhadap pembongkaran rumahnya. Opini publik percaya bahwa tragedi sosial berupa keterpaksaan yang dilakukan warga sipil Tiongkok itu merupakan akibat dari sistem totaliter Partai Komunis Tiongkok (PKT).
Video online menunjukkan, seseorang melompat dari atap sebuah bangunan yang belum selesai, orang-orang di sekitar berseru agar seseorang itu tidak berbuat nekad ketika melihatnya. Kemudian seorang lain dengan sekujur tubuhnya terbakar jatuh dari atap bangunan itu. Banyak orang yang menyaksikan keseluruhan proses tersebut.
Dalam hal ini, pejabat Kabupaten Donghai melaporkan, bahwa pada 24 Agustus pagi, pemerintah Kotapraja Anfeng melakukan pembongkaran terhadap “bangunan ilegal”. Saat itu ada seorang yang melakukan pembakaran diri di atas atap bangunan kemudian jatuh ke tanah. Saat ini korban bakar diri sudah dilarikan ke rumah sakit untuk perawatan.
Orang sekampung yang mengetahui masalah mengatakan, bahwa korban yang membakar diri itu berusia sekitar 60 tahun. Dan telah mulai membangun rumah tersebut tahun lalu. Saksi mata lain mengatakan kepada media bahwa pada 24 Agustus sekitar jam 5 pagi petugas pembongkaran dari pemda setempat datang ke TKP lalu naik ke atas bangunan untuk melakukan pembongkaran paksa, tetapi wanita tua itu menolak pembongkaran dan mengatakan bahwa jika kalian membongkar bangunan ini maka saya akan menuangkan minyak ke badan. Setelah itu ia menyalakan korek dan membiarkan dirinya terbakar.
Seorang warga Kota Lianyungang bermarga Jiang mengatakan : “Rakyat biasa yang telah bersusah payah mengumpulkan uang sepanjang hidup untuk membangun rumah tinggal di hari tua, tiba-tiba dianggap ilegal dan harus dibongkar paksa. Siapa yang jiwanya tidak terguncang ? Pembongkaran paksa di sini sering terjadi. Mendirikan bangunan di sini memang prosedur perizinannya sengaja dibuat ambigu, supaya pemilik mencari koneksi, mengeluarkan uang untuk menghindari sebutan bangunan ilegal. Tidak menutup kemungkinan developer juga ada kaki tangan yang ikut menghambat warga yang membangun sendiri rumahnya, jika tidak siapa yang membeli rumah yang dibangun developer ? Sekarang mereka mengendalikan, menghambat warga membangun sendiri. Mereka tinggal seenaknya saja membuat suatu perencanaan di suatu area lalu mengatakan bahwa Anda tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di dalam area tersebut, padahal perencanaan itu fiktif, kemudian mereka melakukan pembongkaran paksa bangunan Anda yang dianggap ilegal, terus apa yang dapat Anda lakukan ?”
Warga Jiangsu bermarga Wu mengatakan : “Hal-hal demikian telah membuat rakyat jelata tidak memiliki jalan keluar. Rakyat jelata tidak punya pilihan selain melakukan tindakan nekad itu. Inilah cara pemerintah melindungi developer lokal, karena para pengembang ini berkolusi dengan para pimpinan pemda. Mereka diberi saham secara pribadi. Itu bisa menghasilkan uang, menghasilkan bunga, itu semua disebabkan oleh sistem PKT, mereka mengabaikan kepentingan rakyat”.
Pada akhir Maret 2010, insiden bakar diri juga terjadi di Kabupaten Donghai, Lianyungang. Untuk mencegah pemerintah kota membongkar paksa lokasi peternakan babi, seorang pria berusia 90 tahun dan putranya yang berusia 70 tahun membakar diri di rumah, mengakibatkan satu kematian dan satu cedera. Kemudian putra mendiang mengatakan kepada media bahwa rumahnya sudah rata dengan tanah, sekarang menjadi tunawisma, sedangkan para saksi mati disekap oleh pihak berwenang agar tidak mengungkap kejadian ini. (sin)