EtIndonesia. Sebuah penelitian inovatif yang dilakukan oleh Norwegian University of Science and Technology (NTNU) telah membantah anggapan umum bahwa peningkatan penggunaan media sosial menyebabkan tingkat depresi yang lebih tinggi di kalangan anak muda. Dalam penelitian tersebut, melibatkan 800 anak selama enam tahun untuk mengetahui hubungan potensial antara penggunaan media sosial dan perkembangan gejala penyakit mental.
Bertentangan dengan anggapan umum, penelitian ini tidak menemukan bukti jelas mengenai hubungan antara peningkatan penggunaan media sosial dan gejala kecemasan dan depresi. Yang lebih mengejutkan lagi, mereka yang memiliki lebih banyak gejala kecemasan dan depresi tidak mengubah kebiasaan media sosial mereka seiring berjalannya waktu. Hasil ini diperoleh tanpa memandang jenis kelamin dan apakah anak-anak tersebut merupakan peserta aktif di media sosial atau sekadar menelusuri postingan orang lain.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian terbaru lainnya yang memberikan hasil beragam mengenai dampak media sosial terhadap kesehatan mental. Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa media sosial dapat meningkatkan kesejahteraan mental, penelitian lain menemukan efek negatifnya. Namun, seperti yang dicatat oleh profesor NTNU Silje Steinsbeck, banyak dari korelasi ini lemah dan tidak memberikan pemahaman penuh mengenai masalah ini.
Salah satu kekuatan utama Trondheim Early Secure Study adalah fokusnya pada pengumpulan data jangka panjang dan wawancara mendalam untuk menilai gejala penyakit mental. Pendekatan ini memungkinkan para peneliti untuk melihat lebih dekat hubungan antara penggunaan media sosial dan kesehatan mental.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh tim peneliti yang sama menunjukkan bahwa sekitar lima persen anak muda di Norwegia menderita depresi, dan angkanya bahkan lebih rendah lagi pada anak-anak. Selain itu, satu dari sepuluh anak berusia antara 4 dan 14 tahun memenuhi kriteria gangguan kecemasan.
Topik penggunaan media sosial oleh remaja merupakan perhatian utama orangtua dan profesional. Namun, penelitian ini dirancang untuk memberikan pengetahuan tambahan tentang bagaimana media sosial sebenarnya memengaruhi perkembangan dan fungsi generasi muda di masyarakat.
Steinsbeck dan rekan-rekannya berharap untuk mengetahui siapa yang paling rentan terhadap potensi dampak negatif media sosial dan siapa yang benar-benar dapat memperoleh manfaat darinya. Mereka juga berupaya memahami apakah cara penggunaan media sosial memainkan peran penting.
Meskipun studi ini memberikan wawasan yang berharga, penting untuk dicatat bahwa studi ini terbatas pada populasi tertentu dan tidak dapat digeneralisasikan sepenuhnya pada konteks lain. Namun demikian, hal ini menantang pandangan umum mengenai media sosial dan kesehatan mental, sehingga memaksa kita untuk memikirkan kembali asumsi mengenai dampak teknologi terhadap kesejahteraan generasi muda.(yn)
Sumber: earth-chronicles