Wang He
15 Agustus, pada konferensi pers Biro Statistik Nasional RRT (Republik Rakyat Tiongkok), masih ber-soprano: “Perekonomian nasional terus pulih, dan perkembangan berkualitas tinggi terus berlanjut”, tetapi serangkaian data ekonomi yang dirilis malah menunjukkan sebaliknya. Dunia luar beranggapan: “Data hari ini (15/08) menunjukkan bahwa ekonomi Tiongkok sangat sulit untuk berlayar melawan angin, dan hampir semua aspek menghadapi tantangan, sementara dukungan kebijakan yang efektif sangat sedikit.”
Pasar valuta asing dan pasar saham merespons dengan cepat. Pada hari yang sama (15/08), nilai tukar RMB turun tajam, sementara USD/CNH (Chinese Yuan traded in the offshore market) naik lebih dari 350 poin pada satu titik, mencapai puncak 7,3124, mendekati titik terendah historis yang diciptakan pada Oktober 2022. Saat itu, turun di bawah 7,38 per USD/RMB selama satu sesi. Perlu diketahui bahwa pada 2022, surplus perdagangan barang berdasarkan neraca pembayaran adalah US$685,6 miliar, meningkat 22% dibandingkan 2021, skala surplus mencapai rekor tertinggi sejarah; mulai Januari hingga Juli tahun ini, surplus perdagangan adalah US$489,57 miliar, meningkat sebesar 3,5%; sedangkan nilai tukar RMB berfluktuasi begitu tajam menunjukkan bahwa masyarakat internasional memiliki kegamangan super berat terhadap arah Tiongkok dan fundamental ekonomi Tiongkok.
Berbicara tentang pasar saham. Hingga pukul 13:21 per 15 Agustus, penjualan bersih Dana Utara yang dikenal sebagai “uang pintar” mencapai 10 miliar yuan, di antaranya, penjualan bersih saluran Shanghai Stock Connect adalah 3,374 miliar yuan, dan penjualan bersih saluran Shenzhen Stock Connect adalah 6,634 miliar yuan.
Menengok kembali aliran modal ke arah utara dari Januari hingga Juli tahun ini, dapat dilihat potret keragu-raguan dan pengulangan: Pada Januari, jumlah pembelian bersih mencapai 141,29 miliar yuan, mencetak rekor sejarah sejak pembukaan, hal ini menunjukkan bahwa “dynamic zero covid” setelah berakhir secara tiba-tiba pada akhir 2022, dana internasional dengan penuh harapan sangat menantikan pasar saham Tiongkok; namun, arus masuk bersih pada Februari turun tajam menjadi 9,258 miliar yuan; Maret, jumlah pembelian bersih kembali naik menjadi 35,44 miliar yuan; April, Kinerja ekonomi Tiongkok tidak sebaik yang diharapkan, dan arus keluar bersih dana ke utara adalah 4,6 miliar yuan; Mei, penjualan bersih terus menjadi 12,139 miliar yuan; Juni, arus masuk bersih berlanjut, dengan pembelian bersih 14,026 miliar yuan; pada Juli, arus masuk bersih adalah 47,012 miliar yuan.
Pada Agustus, muncul lagi penjualan bersih. Ini menunjukkan bahwa penarikan dana keuangan internasional dari Tiongkok telah menjadi tren umum (lihat tabel di bawah), namun beberapa dana masih memiliki ilusi tentang saham A.
Sebenarnya, sejak 2014, setiap tahun selalu terjadi arus masuk bersih Dana (ke) Utara. Diantaranya, pada 2019: 351,743 miliar yuan, pada 2020: 208,932 miliar yuan, dan pada 2021: 432,2 miliar yuan mencapai rekor tertinggi sejarah.
Hanya saja, titik balik yang besar pada 2022, penurunan tahun ke tahun sebesar 79,17%, hanya 90,02 miliar yuan, level terendah baru sejak 2017. Pengulangan sejak 2023 lebih seperti peronta-rontaan sebelum berpisah.
Disini perlu dibahas suatu kasus terkait: Warren Buffett menjual saham BYD 12 kali berturut-turut.
Pada 2008, Berkshire Hathaway milik Buffett membeli 225 juta saham H – BYD dengan harga 8 dolar Hong Kong per saham, dengan total harga 1,8 miliar dolar Hong Kong, dan jadilah dia pemegang saham asing terbesar dari BYD. Pada 3 Maret 2021, Wang Chuanfu, bos BYD, mengingat detailnya saat itu dalam suatu acara bincang-bincang bertajuk “Sampai jumpa” dengan Yu Minhong, pembahasan tentang niat awal Buffett untuk menginvestasikan 500 juta dolar AS, tetapi setelah mengevaluasi rencana investasi tersebut, Wang Chuanfu mengatakan kepada Buffett “Nafsu makan Anda terlalu besar” dan menolak Buffett. Ini juga untuk pertama kalinya Buffett ditolak setelah ia menjadi terkenal selama beberapa dekade ini.
Namun, setelah memegang selama 14 tahun, Buffett mulai mengurangi kepemilikannya. Dari Agustus 2022 hingga 19 Juni tahun ini, Bursa Efek Hong Kong telah mengungkapkan sebanyak 12 kali bahwa Buffett telah mengurangi kepemilikannya atas saham H – BYD, dan rasio kepemilikan saham Buffett telah turun menjadi 8,98% (sekitar 98,6031 juta saham). Beberapa orang berkomentar, “Keputusan Buffett untuk mengurangi kepemilikan (BYD) memiliki banyak alasan, termasuk pengambilan keuntungan setelah keuntungan mengambang yang besar, dan pertimbangan penghindaran risiko.” Ini ada relevansinya.
Namun, yang menarik adalah, apa “pertimbangan penghindaran risiko” dari Buffett? Singkatnya, itu adalah ketidakpercayaan terhadap PKT. Ini diam-diam juga sesuai dengan apa yang dikatakan politisi AS dan Eropa tentang “mengurangi risiko dan bukan melepas keterkaitan (decoupling).” Akan tetapi, ini masih terdengar sebagai eufemisme.
Pada 10 Agustus, Biden berkata tanpa tedeng aling-aling: Tiongkok sedang berjuang untuk menghadapi tingginya pengangguran dan tenaga kerja yang menua, dan menjadikan negara itu sebuah “bom waktu” di pusat ekonomi dunia dan berpotensi menjadi ancaman bagi negara lain. Dia juga menambahkan: “Ketika orang jahat memiliki masalah, maka mereka akan melakukan hal-hal buruk.”
Bukankah tindakan Buffett adalah sedia payung sebelum hujan sebelum PKT ‘melakukan hal-hal buruk’ ? Jika benar demikian, bukankah dana internasional harus mengikuti jejaknya? (Lin/Whs)