EtIndonesia. Tumbuh dewasa juga berarti memahami realitas yang dihadapi, “bagaimana dunia berjalan”. Sayangnya, seiring bertambahnya usia dan semakin sadar, seseorang cenderung menjadi lebih dingin dan sinis. Pengalaman kita sendiri, “bekas luka emosional” yang kurang lebih kita semua bawa, merupakan guru kehidupan yang berat. Tapi tidak selalu seperti itu, bukan?
Karena sebagai seorang anak Anda memiliki kebaikan dan kepolosan yang sangat istimewa dalam diri Anda: Anda melihat segala sesuatu dengan mata yang berbeda, Anda hidup dengan hati Anda dan bukan dengan pikiran Anda. Buktinya adalah kisah mengharukan yang berfokus pada seorang pria yang sangat muda.
Namanya Nathan Simons, dia berumur sembilan tahun dan duduk di kelas empat. Usia yang sulit ketika masa kanak-kanak dan remaja, dengan segala perbedaannya, mulai saling terkait.
Seperti kebanyakan anak laki-laki, Nathan biasanya menghabiskan banyak waktunya di depan komputer: ia sering menonton video online untuk menghibur dirinya sendiri dan menemukan jawaban atas banyak hal yang membuatnya penasaran. Ayahnya tentu tidak senang dengan hal ini: dia lebih memilih anaknya menekuni aktivitas lain, seperti belajar.
Namun suatu hari, sebuah video mengubah sudut pandang Nathan dengan cara yang tidak pernah ia bayangkan. Sebuah klip telah sangat memukulnya.
Dia telah melihat beberapa selebritas internet menyumbangkan sejumlah besar uang kepada orang-orang yang kurang beruntung dan membutuhkan: para tunawisma.
Para influencer terkenal menyumbangkan uang dan barang ke tempat penampungan tunawisma di kota mereka.
Jadi anak berusia sembilan tahun itu berpikir sejenak, dan pada hari yang sama dia menoleh ke ayahnya. Dia memberitahunya bahwa dia ingin menarik semua uang, setiap sen, dari rekening tabungannya.
Ayahnya menanyakan alasan putranya, dan ketika mengetahuinya, dia tidak langsung setuju. Kemudian dia berpikir dalam hati: “Contoh apa yang akan kuberikan pada putraku jika aku mencegahnya bersikap tidak mementingkan diri sendiri?”
Akhirnya dia menemani putranya ke bank terdekat dan membantunya menarik uang. Kemudian bersama-sama mereka menghubungi beberapa tempat penampungan tunawisma setempat dan membuat daftar perbekalan penting yang akan mereka sediakan. Mereka segera pergi ke supermarket untuk berbelanja kebutuhan para tunawisma!
Nathan kecil membayar semua bahan makanan dan produk “dari sakunya” dan akhirnya ayah dan anak pergi ke tempat penampungan tunawisma yang dihubungi untuk mendistribusikan “barang” tersebut kepada mereka yang membutuhkan.
Apa pendapat Anda tentang cerita yang luar biasa ini?(yn)
Sumber: stimmung