EtIndonesia. Bu Linda melihat Reni, putrinya itu sudah menginjak usia 24 tahun, tapi belum pernah pacaran, Bu Linda pun menjadi cemas melihatnya. Reni, orang yang sangat teratur hidupnya, setiap pagi berangkat kerja dan pulang pada sore tepat waktu, kemudian jalan-jalan santai bersama anjingnya setelah makan malam. Setelah itu, membaca buku, atau menemani orangtuanya menonton TV, dan pasti akan tidur sebelum jam sepuluh malam.
Pada akhir pekan, Reni akan membantu ibunya, memasak atau pekerjaan rumah tangga lainnya. Waktu luangnya lebih banyak dihabiskan membaca buku atau nonton drama TV di kamar, atau kalau tidak diajak sahabatnya keluar jalan-jalan.
Seiring dengan bertambahnya usia, orangtua Reni selalu menyinggung tentang pacar dan pernikahan, baik pada saat makan maupun menonton TV. Kedua orangtuanya selalu mendesak Reni agar secepatnya mencari pacar, apalagi Reni sudah memasuki usia nikah, harus segera mencari pacar dan menikah, tidak bisa ditunda lagi.
Namun, Reni selalu beralasan belum ada yang cocok, dan pasti akan menikah kalau sudah bertemu dengan calon yang cocok.
Awalnya, orangtua Reni berpikir putrinya sedang menanti sosok pria yang cocok, dan yang penting Reni sendiri punya niat untuk berumah tangga. Namun, sementara tanpa terasa Reni sudah berusia 27 tahun, tetapi tidak tampak bayangan pacarnya.
Reni adalah putri tunggal dalam keluarganya, putri yang paling disayangi orangtuanya. Orangtua Reni tidak mau putri semata wayangnya itu selalu sendirian, apalagi mereka sudah memasuki usia senja. Bagaimana pun, mereka harus mencari seseorang untuk menjaga Reni, putrinya.
Tak lama setelah itu, ada kenalan yang memperkenalkan seorang calon, bukan main senangnya kedua orangtua Reni, mereka pun segera mengatur pertemuan keduanya. Pria yang akan dikenalkannya itu lebih tua satu tahun dari Reni, punya pekerjaan tetap dan orangnya juga gagah.
Namun, setelah keduanya bertemu untuk pertama kalinya, Reni langsung menolaknya, ayahnya pun bertanya kepada Reni alasan penolakannya. Reni beralasan pria yang dicalonkannya tidak suka membaca buku, dan sama sekali tidak memiliki minat yang sama, akan tampak canggung nanti saat bersama.
Beberapa waktu kemudian, seorang teman ayah Reni memiliki anak laki-laki yang sebaya dengan usia Reni, dan kebetulan juga masih sendiri, hari itu ayah Reni mengundang temannya ke rumah, sekalian mengajak putranya. Dua keluarga ini makan bersama sambil ngobrol ringan sesekali. Sementara Reni masih belum tahu maksud jamuan makan ayahnya itu.
Pria itu tampak terkesan setelah pertemuan itu, dan tertarik pada Reni. Bukan main senangnya ayah Reni mendengar kesan baik pria itu pada putrinya. Ayah Reni kemudian menceritakan tentang kesukaan Reni sehari-hari, dan akhirnya berpesan pada si pria, kalau Reni suka dengan pria kutu buku.
Pemuda itu mengangguk sesekali mendengar cerita ayah Reni. Namun, setelah dua kali kencan, akhirnya berakhir dan bubar begitu saja. Ayah Reni hanya bisa menghela napas tak tahu lagi apa yang harus dilakukan.
Beberapa waktu kemudian, seorang kenalan mengenalkan calon pada ayah Reni, meski pria itu lebih muda 2 tahun dari Reni, tetapi karena kedua orangtua Reni ingin segera menikahkan putrinya, jadi mereka pun tidak mempermasalahkan usia lagi. Kemudian mereka segera mengatur pertemuan, meski kali ini ibu Reni berpesan untuk tidak langsung menolak, berikan lebih banyak kesempatan.
Setelah kencan buta itu, ibu Reni segera bertanya bagaimana kesannya, namun, jawaban Reni membuat mereka kembali kecewa. Reni tidak tertarik, dan langsung menghapus nomor kontaknya, sambil berkata mustahil jadian dengannya.
Ibu Reni terus mendesak Reni agar secepatnya mencari pendamping hidup, usiamu sudah 27 tahun, jangan lagi pilih-pilih, nanti keburu tua, tidak ada yang mau lagi, kata ibu Reni padanya.
Ya sudah tidak usah menikah, aku sendiri juga tidak mau menikah, gumam Reni.
Untung saja, ibu Reni tidak mendengar gumamnya. Kalau tidak dia pasti pingsan saking emosinya. Karena kencan buta yang berulang-ulang selalu gagal, ibu Reni akhirnya meminta sahabat Reni untuk membantu membujuk Reni, biasanya komunikasi dengan teman sebaya akan lebih terbuka, gumam ibu Reni.
Namun, setelah dibujuk Melati, teman Reni, akhirnya Melati menceritakan kepada ibu Reni, bahwa Reni tidak mau menikah seumur hidupnya, sontak saja ibu Reni pun terkejut bukan main sambil menatap Melati. Kemudian bertanya padanya, mengapa Reni tidak mau menikah.
Melati menuturkan, karena saat Reni berusia 14 tahun, ayah Reni pernah jatuh sakit, saat itu Reni selalu menjaga dan merawat sang ayah dan berdoa untuk kesembuhan ayahnya.
Pada saat itu, Reni bersumpah tidak akan menikah bila ayahnya bisa sembuh seperti sedia kala.
Belakangan, sakit ayahnya membaik dan sembuh. Saat itu, Reni mengaggap do’a-nya didengar oleh-Nya, karena itulah dia ingin melaksanakan sumpahnya, yakni tidak menikah. Dia takut setelah menikah nanti, ayahnya akan tiada.
Kedua orangtua Reni tak kuasa meneteskan air matanya setelah mendengar cerita Melati. Dan setahun kemudian, Reni akhirnya menikah, orangtuanya tampak sangat bahagia pada hari pernikahan putrinya. Mereka sangat bahagia melihat putri mereka mendapatkan suami, dan mertua yang baik.
Setelah mengetahui alasan Reni tidak mau menikah. Ayah Reni berkata kepada Reni: “Ayah berjanji, asalkan kamu menikah, ayah pasti akan panjang umur, nak.”
Dan ternyata, sang ayah masih sehat walafiat hingga menyaksikan pernikahan Reni, putri semata wayangnya.
Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.