EtIndonesia. Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal eLife telah memberikan wawasan menarik tentang kemampuan lebah madu dalam mengambil keputusan dan bagaimana pengetahuan ini dapat digunakan untuk membuat robot. Penelitian yang dipimpin oleh Profesor Andrew Barron dari Macquarie University di Sydney dan tim peneliti dari University of Sheffield, mengeksplorasi cara kerja kompleks otak serangga dan menyoroti evolusi kognisi manusia.
Menguraikan otak lebah
Studi ini menyajikan model pengambilan keputusan pada lebah dan menyoroti jalur saraf di otak mereka yang memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat. Meski lebih kecil dari biji wijen, otak lebah mampu mengambil keputusan dengan cepat dan akurat melebihi kemampuan manusia.
Prof. Barron menjelaskan: “Lebah madu dapat membuat keputusan lebih cepat dan akurat dibandingkan kita. Robot yang diprogram untuk melakukan pekerjaan lebah memerlukan dukungan superkomputer.”
Keterbatasan teknologi robotik saat ini
Prof. Barron melanjutkan dengan berbicara tentang keterbatasan robot otonom modern, dan mencatat bahwa mereka sangat bergantung pada dukungan komputasi jarak jauh. Misalnya, drone memerlukan komunikasi nirkabel dengan pusat data agar dapat beroperasi secara efisien. Namun, jalur teknologi ini menghalangi mereka untuk menjelajahi lingkungan yang jauh secara mandiri. Profesor Barron mengutip contoh penjelajah Mars milik NASA, yang hanya menempuh jarak 75 kilometer selama bertahun-tahun eksplorasi.
Efisiensi lebah dalam pengambilan keputusan
Untuk memahami bagaimana lebah mengambil keputusan, para peneliti melatih 20 lebah untuk mengenali “cakram bunga” dengan warna berbeda dan mengamati perilaku mereka dalam lingkungan yang terkendali. Lebah dengan cepat belajar mengasosiasikan warna tertentu dengan sirup gula atau kina, zat yang pahit bagi lebah. Ketika lebah ditawari “bunga” yang hanya berisi air sulingan, mereka direkam dalam video dan proses pengambilan keputusan dianalisis.
Hasilnya menunjukkan bahwa jika lebah yakin bunga tersebut mengandung makanan, mereka mengambil keputusan untuk mendarat di bunga tersebut rata-rata dalam waktu 0,6 detik. Demikian pula, jika lebah yakin bunga itu tidak mengandung makanan, mereka pun segera mengambil keputusan. Namun, jika tidak yakin, lebah membutuhkan waktu lebih lama untuk mengambil keputusan, rata-rata 1,4 detik, yang mencerminkan kemungkinan ditemukannya makanan pada bunga tertentu.
Implikasi untuk desain robot
Berdasarkan observasi mereka, para peneliti membangun model komputer yang mensimulasikan proses pengambilan keputusan lebah. Hebatnya, struktur model komputer ini sangat mirip dengan tata letak fisik otak lebah. Penemuan ini dapat membuka jalan bagi terciptanya robot dengan kemampuan pengambilan keputusan yang sama seperti lebah, sehingga memungkinkan mereka menavigasi lingkungan yang kompleks secara efisien dan mandiri.
Pendapat para ahli dan prospek masa depan
Dr. HaDi MaBuDi, salah satu peneliti yang terlibat dalam penelitian ini, menekankan pentingnya memahami bagaimana lebah mengambil keputusan. Dia mengatakan: “Lebah adalah makhluk luar biasa yang telah berevolusi selama jutaan tahun menjadi pengambil keputusan yang efektif. Dengan mempelajari perilaku mereka, kita dapat memperoleh wawasan berharga tentang cara meningkatkan desain robot.”
Para ahli di bidangnya juga menyuarakan pendapat mereka mengenai potensi dampak penelitian ini. Thomas Insel, mantan direktur Institut Kesehatan Mental Nasional, berkomentar: “Penelitian ini memberikan gambaran sekilas tentang kemampuan lebah madu dalam mengambil keputusan dan implikasinya terhadap kecerdasan buatan. Hal ini menekankan pentingnya mempelajari solusi alami untuk masalah yang kompleks.” (yn)
Sumber: earth-chronicles