Mengapa Angkatan Roket PKT Tidak Berani Serang Taiwan?

Di mata banyak orang, Angkatan Roket PKT (Partai Komunis Tiongkok) begitu berwibawa, dan merupakan senjata utama untuk menyerang Taiwan, begitu terompet perang berkumandang, rudal, roket akan menghujani Pulau Taiwan. Tetapi, belum lagi Taiwan diserang, jajaran komando Angkatan Roket telah disingkirkan oleh orang sendiri. Mulai dari komandan sampai komisaris politik, bahkan sampai wakil komandan, seluruhnya dilengserkan, tidak ada yang luput, tidak hanya yang menjabat sekarang, bahkan pejabat sebelumnya pun ikut terjaring.

Pada 31 Juli, Xi Jinping menaikkan pangkat menjadi jenderal terhadap Wang Houbin sebagai Komandan Angkatan Roket (AR) beserta Xu Xisheng sebagai Komisaris Politik AR. Ini juga membuktikan bahwa Komandan AR sebelumnya yakni Li Yuchao berikut Komisaris Politik sebelumnya yakni Xu Zhongbo telah dilengserkan. Media massa Hong Kong sebelumnya memberitakan, Li Yuchao beserta dua mantan Wakil Komandan Liu Guangbin dan Zhang Zhenzhong dibawa untuk disidik lebih lanjut karena terlibat korupsi. Selain itu ada berita yang menyebutkan, mantan Wakil Komandan AR yakni Wu Guohua juga dikabarkan meninggal dunia di kediamannya karena gantung diri.

Yang paling konyol adalah, Komandan AR dan Komisaris Politik AR yang baru diangkat tidak ada satupun yang berlatar belakang pasukan roket, Wang Houbin berlatar belakang AL, sedangkan Komisaris Politik Xu Xisheng sendiri berlatar belakang AU. Hal ini secara langsung menjelaskan Xi Jinping saat ini tidak bisa memercayai satu pun jenderal di Angkatan Roket.

Hingga saat ini, Komisaris Politik AR yang menjabat, berikut komandan dan tiga orang wakil komandannya semuanya sedang dalam investigasi. Ada orang mungkin akan berpikir, lalu apakah komandan sebelumnya juga ikut diinvestigasi. Sebelum Li, bernama Zhou Yaning, lalu siapa sebelum Zhou Yaning? Adalah mantan Menhan Wei Fenghe. Lalu apakah kobaran api ini akan membakar sampai Wei Fenghe, hal ini masih perlu diamati.

Alasan Dibersihkannya Angkatan Roket

Kemungkinan Alasan Pertama: Membocorkan Rahasia

Di akun X  beredar kabar Komandan AR yang paling awal bermasalah adalah mantan perwira staf AL yakni Letkol Yao Cheng. Di akun X Yao Cheng menyatakan, putra Komandan AR Li Yuchao berada di AS (Amerika Serikat), dan terlibat dalam pembocoran rahasia intelijen kepada pihak AS. Berita ini, tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Tetapi pada Agustus tahun lalu, Air University (AU) Amerika Serikat pernah melansir laporan sangat terperinci mengenai Angkatan Roket RRT. Dalam laporan itu dijabarkan secara detil susunan pada setiap kesatuan AR. Juga tertera letak dan koordinat setiap kesatuan, nama perwira komando, semuanya tertera sangat jelas.

Sebagai contoh, Brigade 613 yang dijabarkan dalam laporan itu, dijelaskan bahwa nomor seri kesatuan itu sekarang adalah 96713, sebelumnya adalah 96165, lokasi spesifik terletak di Jalan Luoyang Distrik Guangxing Kota Shangrao Provinsi Jiangxi, di bawahnya tertera lokasi GPS secara akurat. Ini terhitung alamat lokasi brigade tersebut, tapi setiap lokasi peluncuran belum tentu di tempat ini, tapi itu tidak masalah, bahkan lokasi setiap kamp peluncuran pun telah ditandainya. Misalnya brigade tersebut memiliki enam lokasi kamp militer, masing-masing terletak di Kota Shangrao Provinsi Jiangxi, Zona Pengembangan Ekonomi Kota Shaowu Provinsi Fujian, Kota Nanping Provinsi Fujian, Kota Ningde Provinsi Fujijan, dan lain sebagainya.

Kemudian disebutkan pula satu persatu nama jajaran perwira brigade tersebut mulai dari komandan, komisaris politik, wakil komandan, wakil komisaris politik, kepala staf dan lain-lain. Karena laporan Angkatan Roket yang dipublikasi AS ini begitu rinci, meliputi banyak detil, sehingga tak sedikit orang curiga, penyebabnya ini adalah orang dalam Angkatan Roket yang telah membocorkan rahasia.

Menurut penulis, sangat ada kemungkinan AR membocorkan rahasia, tetapi PKT mengganti semua petinggi AR, bukan hanya karena membocorkan rahasia tersebut. Perlu diketahui, membocorkan rahasia mungkin dilakukan oleh satu orang, atau keluarga dari satu orang yang membocorkannya, tetapi tidak mungkin dilakukan secara berjemaah oleh komandan, atau komisaris politik, atau wakil komandan AR, tidak mungkin setiap orang tersebut ada kontak dengan badan intelijen AS, lalu membocorkan rahasia pada mereka. Jika benar orang-orang itu telah membocorkannya kepada CIA, maka penulis merasa PKT lebih baik mengurungkan niatnya menyerang Taiwan, karena pada saat menembak, ke arah mana laras senapan itu akan membidik akan sulit ditebak.

Tentu, penulis berpendapat sangat kecil kemungkinan komandan AR dan wakil komandannya adalah mata-mata AS. Jadi, jika satu orang ditangkap ada kemungkinan karena membocorkan rahasia, tapi bila yang ditangkap lingkupnya begitu luas, maka alasannya tidak hanya sekedar membocorkan rahasia. Pembocoran rahasia kemungkinan hanya sebagai salah satu sumbu pemicunya saja. 

Tahun lalu setelah AS mempublikasikan laporan rinci mengenai pasukan AR ini, Xi Jinping jelas sudah sangat tidak senang dengan para petinggi AR. Maka Xi Jinping pun mengutus biro keamanan nasional diam-diam menginvestigasi, hasilnya, tidak hanya didapati persoalan pembocoran rahasia tetapi ada juga masalah lain, yang membuat Xi Jinping bertekad merombak total jajaran petinggi AR. Penulis menduga, ini adalah penjelasan yang lebih logis.

Kemungkinan Alasan Kedua: Korupsi

Selama beberapa dasawarsa terakhir, korupsi telah menjadi alasan para perwira tinggi militer RRT ditangkap dan diperiksa. Misalnya dua orang Wakil Ketua Komisi Militer yakni jenderal Xu Caihou dan Guo Boxiong (mantan wakil ketua Komisi Militer Pusat. Guo dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada 2017, sementara Xu meninggal karena kanker pada 2015 sebelum sempat diadili. Redaksi), Komisaris Politik Zhang Yang, termasuk Kepala Staf Gabungan Fang Fenghui, semuanya bernasib serupa. Tentunya naas yang menimpa orang-orang ini dikarenakan dua alasan utama, alasan yang paling utama adalah karena mereka bukan orang-orang dekat Xi Jinping, mereka adalah orang-orang dari kubu Jiang Zemin dan Bo Xilai, mereka adalah korban dari konflik politik internal PKT.

Namun korupsi yang dilakukan orang-orang itu memang di luar nalar. Kita melihat, di situs Xinhua News ada berita yang berjudul seorang mayor jenderal mengungkap Xu Caihou yang memperjual-belikan jabatan, komandan wilayah militer besar menyuap dirinya 20 juta yuan (42 miliar rupiah, kurs per 03/09). Mayor Jenderal Luo Yuan dari Chinese Academy of Sciences Ketika diwawancarai mengatakan, jika kami tidak menangkap fenomena korupsi di tubuh Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), apa jadinya militer kami ini, saya pun merasa ngeri setelah mendengarnya.

Korupnya militer PKT sudah bukan masalah satu dua hari ini saja, sejak Deng Xiaoping melakukan reformasi keterbukaan dan mendorong suatu kebijakan yang disebut militer juga harus berbisnis, pemerintah pusat tidak lagi menyediakan anggaran sepenuhnya, 50% diberikan oleh pusat, selebihnya diupayakan oleh militer sendiri. Militer bukan ahli sihir yang bisa mengubah batu menjadi emas, kalau pemerintah tidak memberikan dana untuk berbisnis, apa yang harus dilakukan?

Itu sebabnya sejak saat itu setiap angkatan bersenjata RRT, AL maupun AU, mulai mendirikan berbagai jenis usaha. Ada yang menyelundup, ada yang menjual persenjataan, ada yang mendirikan bisnis hotel, semuanya ada. Sejak itu pulalah, pekerjaan militer RRT bukan lagi berperang, melainkan mencari keuntungan. Disinilah muncul masalah korupsi yang sangat serius, yang menyebabkan kedua orang Wakil Ketua Komisi Militer RRT (Komisi Militer membawahi seluruh angkatan perang RRT di bawah komando ketua komisi yang saat ini dijabat oleh Xi. Redaksi) menjadi koruptor besar.

Korupsi di tubuh militer mendatangkan suatu masalah yang sangat signifikan, yaitu militer tidak bisa berperang, tidak berani berperang, dan tidak akan berperang.

Pejabat yang dipromosikan bukan dinilai dari kapasitas operasionalnya, melainkan dinilai siapa yang pandai menjilat dan menyodorkan uang, orang-orang seperti ini pasti tidak berani berperang. Selain itu, anggaran untuk perlengkapan masuk ke pundi-pundi kekayaan pribadi, dan banyak perlengkapan tidak bisa digunakan, inilah yang disebut tidak bisa berperang.

Namun setelah Xi Jinping menjabat, yang dipikirkannya adalah satu hal, yaitu mencaplok Taiwan. Keinginannya untuk menyerang Taiwan sudah bisa diikuti dari begitu banyak tindakan Xi Jinping, misalnya beberapa kali meminta militer agar membuat persiapan perang sebelum 2027, intonasi pernyataannya terhadap Taiwan juga kian hari kian keras.

Xi Jinping berniat menyerang Taiwan, tetapi mampukah militernya menyerang Taiwan adalah masalah besar. Besar kemungkinan para petinggi mendapati, para pemimpin Angkatan Roket sebelumnya, tidak hanya korupsi, tapi juga menyebabkan munculnya masalah besar pada perlengkapan AR, dan inilah yang tak bisa ditolerir oleh Xi Jinping. Misalnya setelah timbul masalah pada AR, pada 30 Juli lalu kantor berita Xinhua News memberitakan, Xi Jinping melakukan inspeksi terhadap Angkatan Udara di Komando Palagan Barat Tiongkok, dan disampaikan dua pandangan, yang pertama adalah mendorong modernisasi militer, dan yang kedua adalah menekankan pemberantasan korupsi di tubuh militer.

Kemungkinan Alasan Ketiga: Takut Berperang

Kemungkinan alasan ketiga timbulnya masalah kali ini adalah alasan politik. Birokrasi PKT adalah suatu tempat dimana nyaris tidak seorang pun pejabat yang tidak korupsi. 

Hampir dipastikan selama ada satu saja pejabat pasti akan ada masalah korupsi, tapi ditangkap atau tidak, itu adalah masalah politik. Dibersihkannya Angkatan Roket (AR), jika muncul masalah politik, semestinya bukanlah secara diam-diam menentang Xi Jinping, besar kemungkinan karena takut untuk berperang.

Setelah membersihkan setiap sesepuh mantan pejabat sebelumnya dari militer, Xi Jinping sekarang sebenarnya telah memiliki kuasa kendali sangat tinggi terhadap militer. Komandan AR yang sekarang, bisa dipromosikan karena Xi Jinping sendiri yang mempromosikannya. Dulu Xu Caihou dan Guo Boxiong adalah antek-antek Jiang Zemin, serta memiliki hubungan sangat dekat dengan Bo Xilai dan Zhou Yongkang di politburo, dan para petinggi AR yang bermasalah kali ini, tanpa adanya dukungan dari petinggi politik PKT, tidak akan berani mendua hati pada Xi Jinping. Jadi secara politik menurut penulis sangat kecil kemungkinan mereka berniat menentang.

Jika demikian, maka hanya tersisa satu kemungkinan, yakni para jenderal ini dalam pikirannya mungkin takut untuk berperang. Jika perang berkobar, Angkatan Roket adalah pasukan pertama yang melakukan tembakan, juga merupakan barisan pertama yang akan ditembak. Pasukan AD RRT ada kesempatan menembak atau tidak masih belum bisa dipastikan, jika PKT tidak mampu menguasai supremasi udara dan supremasi laut, maka AD mungkin selamanya tidak akan bisa diterjunkan di medan perang. Tapi diserbunya AR, itu adalah pasti, semua koordinat AR sudah dikuasai oleh AS. Berdasarkan pemikiran diplomasi militer Xi Jinping saat ini, jangankan perang terhadap Taiwan, perang melawan Jepang dan AS sekalipun tidak jadi masalah. Jika pangkalan militer AS di Okinawa, Jepang, ditembak rudal, maka balasan militer AS yang mungkin berupa sebuah rudal akan mengenai kesatuannya.

Apalagi, jika hasil investigasi petinggi PKT secara kuat membuktikan fakta korupsi di kalangan petinggi militer ini, sebagai prajurit, dari mana uang yang bisa dikorupsi? Hanya bisa dari perlengkapannya, lalu bagaimana standar teknis dan kualitas perlengkapan tersebut, bagaimana tingkat kelayakannya, semua ini sangat dipahami oleh para komandannya.

Jika tidak berperang, maka AR tidak akan bermasalah, kalau hanya sekedar menembakkan beberapa buah rudal ke sekitar Selat Taiwan saja, tak akan ada yang tahu persis yang ditembak tepat sasaran atau tidak, hanya untuk menipu orang lain, dan menipu orang/rakyat sendiri, semua orang senang, tahun depan akan ada anggaran baru. Tapi setelah dikorupsi sedemikian parah, bila benar terjadi perang, dikhawatirkan tak akan berhasil baik. Korupsi yang menyebabkan takut berperang, inilah yang tidak bisa ditolerir oleh Xi Jinping.

Dari Pembersihan AR Terlihat PKT Tidak Berani Serang Taiwan

Secara sederhana alasan bermasalahnya para petinggi AR, yang tak lain adalah karena 3 hal ini, kalau bukan karena membocorkan rahasia, maka adalah karena korupsi, atau karena takut berperang. Tidak mungkin lepas dari ke-3 alasan ini, ada kemungkinan karena salah satunya, tapi besar kemungkinan, karena adanya ketiga alasan tersebut. 

Beberapa alasan ini, jika Anda bayangkan akan sangat menakutkan, jika benar karena membocorkan rahasia, itu berarti rahasia seluruh petinggi AR telah diketahui AS, baik buruknya perlengkapannya, tingkat akurasinya, dimana lokasi orangnya berada, semua itu telah dikuasai oleh pihak AS, bagaimana perang ini bisa diteruskan?

Kalau itu lantaran korupsi, akan lebih menakutkan lagi, mulai dari komandan, sampai komisaris politik, sampai wakil komandan, di atas sana telah sedemikian korup, bagaimana dengan yang di bawah? Sebagai prajurit yang berniat korupsi, dari mana uang korupsi berasal, bukankah harus diambil dari biaya perlengkapan, dari biaya hidup sehari-hari para prajurit? Tanpa harus berpikir sudah tahu, perlengkapan seperti itu apakah layak untuk berperang, mampukah memenangkan pertempuran? Kalau karena takut berperang, sehingga melanggar kesalahan pada jalur politik, masalah akan semakin jelas, bahkan petinggi AR pun tidak mau bentrok dengan AS, tidak mau menyerang Taiwan, sungguh sulit dipahami mengapa begitu banyak Buzzer Merah yang setiap hari berkoar-koar hendak membersihkan Taiwan dengan rudal, dan dengan roket.

Menengok kembali Perang Ukraina, prinsipnya juga sama. Sebelum Rusia menyerang Ukraina, banyak orang mengatakan, Putin adalah sosok bijaksana dan dewa perang, serta militer Rusia adalah nomor dua di dunia, jangankan Ukraina, perang melawan AS pun mereka tidak akan takut. Akhirnya ketika perang benar-benar meletus, seketika itu juga boroknya terbongkar. Ada semacam ungkapan mengatakan: Keledai atau kuda, ditarik keluar jalan-jalan akan langsung ketahuan. Jika yang Anda miliki hanyalah seekor keledai, sebaiknya tidak Anda keluarkan agar tidak menjadi bahan tertawaan. (sud/whs)