Alasan di Balik Perombakan Jajaran Pemimpin Angkatan Roket PLA Tiongkok

oleh Cheng Jing

Hampir seluruh pemimpin atas di Angkatan Roket Tentara Pembebasan Tiongkok (PLA) diganti oleh Xi Jinping. Ada pun alasan yang beredar luas dikatakan menyangkut kasus korupsi, membocorkan rahasia, merancang kudeta, pembunuhan dan sebagainya. Namun media “Epoch Times” dari sumber terpercaya memperoleh informasi yang tak jauh dari : Xi Jinping sangat percaya pada ramalan dan sangat takut dengan kematian.

Dalam ramalan ada gambar seorang yang dengan busur di tangan yang sedang memanah seorang yang tampaknya adalah raja, dia yakin itu berhubungan dengan roket, maka dia merombak pimpinan angkatan roket dan menangkap mereka. Inilah alasan utamanya. Belakangan ini Xi Jinping semakin sering menghilang dari mata publik lantaran demi memperkuat pencegahan, meskipun terpaksa mengabaikan dampaknya di masyarakat  internasional. Kemudian ditambah lagi dengan upaya pembersihan yang dilakukan terhadap angkatan koket, Itu semua tidak terlepas dari kuatnya Xi Jinping meyakini nubuat yang bakal menimpa dirinya.  

Perombakan total para pemimpin Angkatan Roket 

Sumber mengungkapkan bahwa Xi Jinping memiliki seorang pembimbing supranatural yang berada di sekelilingnya. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang digambarkan dalam ramalan, maka Xi mengambil banyak tindakan pencegahan, terlepas dari apakah tidak merusak citra dirinya di mata masyarakat internasional. Contohnya seperti melakukan perombakan di jajaran pemimpin angkatan roket kali ini, memiliki kaitan yang erat dengan ramalan.

Pada 31 Juli tahun ini, Xi Jinping baru menunjuk komandan baru dan komisaris politik baru Angkatan Roket PLA yang secara tidak langsung membenarkan dugaan “hilangnya” selama beberapa bulan mantan komandan Angkatan Roket Jenderal Li Yuchao, dan komisaris politik Jenderal Xu Zhongbo itu adalah karena dilengserkan oleh Xi Jinping. 

Begitu pula dengan Wei Fenghe, mantan Menteri Pertahanan Tiongkok yang telah “hilang” selama beberapa bulan, tidak terlihat lagi sejak digantikan saat reorganisasi Dewan Negara pada Maret tahun ini. Wei Fenghe menjabat sebagai Komandan Angkatan Roket pertama dari tahun 2015 hingga 2017.

Media Hongkong “South China Morning Post” di awal bulan Juli tahun ini telah mengungkapkan, bahwa Li Yuchao telah ditahan oleh badan antikorupsi militer untuk menjalani interogasi. Begitu pula “nasib” yang menimpa wakil komandan Liu Guangbin dan mantan wakil komandan Zhang Zhenzhong.

Selain itu, mantan wakil komandan Angkatan Roket lainnya, Wu Guohua dicurigai meninggal dunia karena bunuh diri. Sebuah berita kematian yang ditandatangani oleh “Kantor Pemakaman Kamerad Wu Guohua” dan diterbitkan pada 25 Juli menyebutkan, bahwa Wu Guohua meninggal di Beijing pada 4 Juli dalam usia 66 tahun. Media “The Paper” mengonfirmasi berita tersebut pada 27 Juli tetapi segera menghapusnya. Zhang Xiaoyang, atasan lama Wu Guohua, dalam sebuah pesannya mengungkapkan bahwa Wu Guohua meninggal karena gantung diri.

Angkatan Roket PLA yang didirikan, diberi nama dan dikendalikan oleh Xi Jinping pada akhir tahun 2015 memiliki kekuasaan untuk mengendalikan rudal nuklir dan kekuatan pencegah lainnya. Xi berharap dapat memanfaatkan angkatan strategis ini untuk mengejutkan dunia, bersaing dengan Amerika Serikat, dan mewujudkan “Impian negara yang besar dengan militer yang kuat” yang ia canangkan. Jadi para petinggi angkatan roket berada di bawah tekanan yang sangat besar.

Sangat tidak biasa jika petinggi Angkatan Roket PLA dirombak total oleh Xi Jinping. Selain itu, pada periode yang sama, Menteri Luar Negeri Qin Gang diberhentikan dari jabatan setelah sempat beberapa lama menghilang. Kematian mantan kepala Biro Keamanan Pusat Wang Shaojun tidak diumumkan secara resmi sampai tiga bulan setelah kematiannya. Analis bingung karena beredar rumor masalah korupsi, kebocoran, kudeta, dan pembunuhan. Namun informasi terpercaya yang diperoleh “Epoch Times” menyebutkan bahwa alasan utama di balik itu semua adalah karena Xi Jinping yakin terhadap kesesuaian antara profetik dengan kenyataan.

Xi Jinping dan Angkatan Roket PLA akan “bernasib” seperti yang dilukiskan dalam nubuat ? 

Sejak berkuasa Xi Jinping selalu menekankan “keamanan” dan sering menghilang tanpa sebab, ini semua terkait dengan kekhawatirannya terhadap keselamatan dirinya, ketakutan terhadap kudeta dan pembunuhan. Xi Jinping suka meniru Mao Zedong dalam banyak hal, dan keduanya juga punya keyakinan yang sama. Di depan publik mereka mengaku sebagai pengikut Marxisme – Leninisme yang tidak percaya adalah Tuhan, namun jauh dalam lubuk hati mereka yang memiliki pemahaman dan ketakutan yang besar terhadap budaya tradisional Tiongkok yang percaya adanya Pencipta Alam Semesta.

Sumber mengatakan kepada “Epoch Times” bahwa Xi Jinping sangat khawatir dengan beberapa ramalan Tiongkok kuno tentang kudeta dan pembunuhan yang akan menimpa dirinya, dan dia akan mati saat masih menjabat.

Gambar terakhir dalam buku esoterik rakyat berjudul “Tie ban tu” terdapat lukisan yang merupakan ramalan nasib PKT. Gambarannya sangat sederhana, yakni di langit antara 2 puncak gunung terlihat ada 4 ekor burung berbulu hitam yang sedang terbang, tetapi ada seekor burung yang berbulu putih terlihat jatuh dan mati sampai darahnya berceceran di bukit gunung sebelah kanan.

Gambar dalam buku esoterik rakyat berjudul “Tie ban tu”. (zhengjian.com)

Komentator urusan internasional Tang Hao mengatakan kepada New Tang Dynasty TV : “Bulu dalam bahasa Mandarin adalah (ç¾½, baca yu), putih (白, baca bai), bulu putih adalah (白羽, baca bai yu) yang sama dengan tulisan (ç¿’, baca xi) yang merupakan marga Xi Jinping.  Seperti yang kita ketahui bahwa Xi Jinping disebut sebagai pemimpin generasi kelima Partai Komunis Tiongkok, yang pendahulunya adalah Mao Zedong, Deng Xiaoping, Jiang Zemin dan Hu Jintao. Apakah 4 ekor burung berbulu hitam dalam “Tie ban tu” itu merupakan gambaran dari keempat orang pemimpin partai terdahulu, sedangkan burung kelima berbulu putih yang mati di bukit gunung itu adalah gambaran dari pemimpin generasi kelima Xi Jinping ?”

Tang Qing, seorang komentator berita kepada “Epoch Times” menjelaskan bahwa dalam gambar “Tie ban tu” itu memperlihatkan bahwa hanya 4 ekor burung berbulu hitam yang dapat terbang melewati kedua puncak gunung, sedangkan burung berbulu putih itu menemui ajal di bukit gunung mungkin karena terkena anak panah. Kedua gambar dalam buku ramalan “Tui bei tu” tentang pemanah dan kudeta sebenarnya memberitakan hal yang sama, dan keduanya merefleksikan apa yang dialami Xi Jinping saat ini.

Tang Qing mengatakan bahwa penerus Mao Zedong, Lin Biao dan Prigozhin, pemimpin angkatan bersenjata pribadi Putin, semuanya menemui ajal karena pesawat yang mereka tumpangi itu jatuh oleh serangan rudal. Sedangkan pemegang kendali “anak panah” atau “rudal” ini adalah angkatan roket. Jadi begitu ada hal terjadi dalam tubuh angkatan roket, akan dibesar-besarkan oleh Xi yang ketakutan karena ramalan. Seperti angkatan roket terlibat dalam upaya kudeta, konspirasi anti-Xi dengan para tetua PKT, dan upaya pembunuhan terhadap Xi Jinping ini adalah rumor yang beredar. Ditambah lagi dengan Xi Jinping yang begitu percaya pada ramalan Tiongkok kuno. Jadi jika Xi  Jinping lebih memilih untuk merombak pimpinan tertinggi angkatan roket, itu tidak sulit untuk kita pahami.

Nubuat yang berkaitan dengan busur dan anak panah muncul pada gambar ke-46 dari buku ramalan terkenal “Tui Bei Tu”. “Puisi”-nya berbunyi : “Ada seorang prajurit yang membawa alat pemanah, hanya mengatakan bahwa dirinya adalah seorang berkepala putih. Di pintu sebelah timur tersembunyi pedang emas, prajurit pemberani masuk istana kekaisaran melalui pintu belakang”. 

Gambar ke-46 dan teks dari “Tui bei tu”. (Epoch Times)

Tang Qing percaya bahwa dalam budaya tradisional Tiongkok, sangat sulit untuk mengubah nasib orang yang selalu melakukan perbuatan yang bertentangan dengan keinginan alam, kecuali terhadap orang-orang yang memiliki kebajikan yang besar, berbuat baik atau berkultivasi. Tetapi hal ini mungkin sulit dilakukan oleh Xi Jinping.

Tang Hao mengatakan : “Jika Xi Jinping ingin membalikkan situasi krisis dan kesulitan yang dihadapinya saat ini, serta menghindari pembunuhan atau kudeta seperti yang diramalkan, maka menurut pendapat saya, hanya ada satu cara, yaitu dengan membubarkan Partai Komunis Tiongkok dan menjadikan Tiongkok sebagai negara yang bebas dan demokratis, untuk mendapatkan simpati rakyat Tiongkok serta memenangkan pengakuan dan bantuan komunitas internasional. Bahkan, gambar no. 53 dalam “Tui bei tu” juga telah mengingatkannya : “Ikuti perintah Langit, jadilah pemimpin yang baik”. Jika ia bersedia menyerahkan nasib Partai Komunis Tiongkok dan tidak menghambat kehendak Langit, maka ia akan menjadi pemimpin baik, yang mampu membuat damai dan aman bagi rakyat seantero. (sin)