oleh Xia Yu
Pada Minggu (10 September), KTT G20 India berakhir. Presiden AS Biden mengungkapkan bahwa dirinya sempat melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang di sela KTT tersebut. Pertemuan ini merupakan pertemuan tingkat tertinggi yang dilakukan kedua belah pihak dalam 10 bulan sejak pertemuan Biden dengan Xi Jinping pada KTT G20 di Indonesia tahun lalu.
Presiden Tiongkok Xi Jinping tidak hadir dalam KTT G20, dan pihak berwenang Beijing tidak menjelaskan alasan ketidakhadiran Xi Jinping, kecuali mengutus Li Qiang menggantikan Xi Jinping di KTT G20.
Biden mengonfirmasi pertemuan dengan Li Qiang kepada wartawan pada konferensi pers di Hanoi. “Tim saya, staf saya masih bertemu dengan utusan dari Presiden Xi dan kabinetnya”. “Hari ini, di India saya telah bertemu dengan orang nomor 2 di Tiongkok”.
“Tidak berarti akan ada krisis jika saya tidak berbicara dengan dia (Xi) secara langsung”, kata Biden, “tetapi akan lebih baik jika saya berbicara dan dapat bertemu lagi dengannya dalam waktu dekat.”
Berbicara tentang isi pertemuan dengan Li Qiang, Biden mengatakan : “Kami berbicara soal stabilitas”, dan (situasi) global di belahan selatan, dan pertemuan itu tidak konfrontatif sama sekali. Biden menambahkan bahwa mereka membicarakan masalah untuk memastikan agar negara-negara berkembang mampu melaksanakan perubahan.
Biden tidak mengungkapkan format pertemuan tersebut, namun dia mengatakan : “Dia (Li Qiang) berjalan menghampiri saya”. Namun Gedung Putih mengatakan pada hari Minggu bahwa Biden telah bertemu dengan seorang pemimpin Tiongkok di pertemuan puncak tersebut.
Menjelang pertemuan puncak, penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan kepada wartawan bahwa Gedung Putih “saat ini tidak memiliki rencana bagi presiden untuk berhubungan dengan perdana menteri Tiongkok”.
Berbicara pada konferensi pers di Vietnam, Biden memuji perekonomian AS sebagai yang “terkuat” di dunia. Dia mengatakan kepada wartawan bahwa pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat karena melemahnya ekonomi global dan kebijakan Tiongkok, namun dia tidak merinci kebijakan apa.
Biden menyebut situasi ekonomi Tiongkok sebagai sebuah “krisis” dan menyinggung adanya masalah dalam industri real estate dan tingginya pengangguran kaum muda.
Ketika berbicara tentang Xi Jinping dia mengatakan : “Ini bukan kritik, tetapi hasil sebuah pengamatan”.
Tetapi Biden tidak menjelaskan lebih lanjut. “Dia sedang sibuk luar biasa sekarang,” katanya.
“Dia (Xi) menghadapi tingginya pengangguran kaum muda yang sulit diatasi. Salah satu kebijakan ekonomi utama yang dia canangkan sekarang tampaknya mengalami kegagalan”, kata Biden.
Biden mengatakan : “Saya tidak ingin mengekang (pertumbuhan ekonomi Tiongkok). Saya ingin melihat Tiongkok berhasil secara ekonomi, namun saya lebih menghendaki dapat melihat mereka berhasil berdasarkan norma-norma internasional”.
Biden juga mengatakan bahwa masalah ekonomi Tiongkok telah melemahkan kemampuan PKT untuk menyerang Taiwan. “Saya tidak berpikir dalam situasi demikian Tiongkok (PKT) akan menginvasi Taiwan”. “Bahkan, sebaliknya, (PKT) mungkin tidak lagi memiliki kemampuan (invasi) seperti sebelumnya”.
Biden menekankan bahwa Amerika Serikat adalah negara besar di Pasifik yang tidak berniat menarik pasukannya dari wilayah tersebut. Dia juga mengatakan bahwa langkah untuk membatasi penggunaan iPhone Apple oleh pegawai negeri yang diusung pemerintah Tiongkok baru-baru ini merupakan upaya untuk “mengubah beberapa aturan permainan perdagangan”.
“Saya dengan tulus berharap PKT bersedia memperbaiki hal ini”, katanya. (sin)