Belakangan ini Ukraina terus melakukan penyerangan ke wilayah dalam Rusia dari udara, hasilnya sangat di luar dugaan. Selain berhasil menghancurkan pesawat angkut Ilyushin IL-76 dan bomber Tupolev Tu-22, bahkan secara eksepsional menggunakan pesawat kertas karton (kardus) yang diimpor dari Australia untuk melakukan serangan udara berskala besar terhadap bandara Rusia di kawasan Kursk, yang mengakibatkan kerusakan pada banyak pesawat Sukhoi Su-30 dan Mikoyan MiG-29.
Senjata anti udara yang ditempatkan Rusia di sini tidak hanya tak berfungsi sama sekali, tapi juga dihancurkan. Ukraina berhasil menghancurkan dua unit Pantsir S-1, dan menghancurkan seperangkat radar S-300.
Serangan Mendadak Pesawat Kardus Terhadap Kursk
Pesawat nirawak Ukraina ini sebenarnya terbuat dari kardus, yakni kertas karton yang kerap kita jumpai, dan ia sebenarnya adalah produk asal Australia, biaya produksi keseluruhan pesawat itu sangat rendah, hanya sekitar 1.000 dolar AS, komposisi utama biayanya adalah pada bagian elektronik dan kameranya.
Walaupun pesawat nirawak ini terbuat dari kardus, tapi segala komponen yang seharusnya dimilikinya cukup lengkap. Waktu jelajah pesawat nirawak tersebut bisa mencapai 1 hingga 3 jam lamanya, radius tempurnya sekitar 120 km, dari Ukraina terbang hingga Kursk, sama sekali tidak mengalami kendala.
Hulu ledaknya menggunakan desain modular, bisa dipasangkan dengan hulu ledak yang berbeda, misalnya dipasang hulu ledak anti-tank berdaya ledak tinggi (HEAT), hulu ledak serbaguna dan lain sebagainya. Berat hulu ledaknya sekitar 3.000~5.000 gram, atau sekitar 10 pon, bobot ini tidak begitu besar, mungkin tidak bisa menembus benteng pertahanan yang keras dan kokoh, tapi untuk mengebom pesawat yang sedang parkir di landasan sudah lebih dari cukup. Selain itu pesawat kardus ini juga memiliki GPS, dan dibandingkan dengan pesawat nirawak pada umumnya, secara fungsi bisa dikatakan sama.
Justru karena memiliki sistem ini, membuatnya berhasil menyerang pangkalan udara Rusia secara mendadak. Serangan udara dadakan kali ini terjadi pada 27 Agustus lalu, dan Ukraina mengerahkan 16 unit drone bunuh diri untuk menyerang, serta berhasil merusak 4 unit pesawat Su-30 berikut 1 unit MiG-29 milik Rusia, bahkan radar pada sistem anti udara S-300 yang berada di dekat bandara juga turut dihancurkannya.
Bagi Ukraina, transaksi ini boleh dibilang sangat menguntungkan, karena 1 unit drone hanya senilai 1.000 dolar AS (15,4 juta rupiah, kurs per 12/09), sedangkan 1 unit pesawat tempur Sukhoi Su-30 Rusia bernilai lebih dari 30 juta dolar AS (461 miliar rupiah).
Pesawat Kardus Menyelinap Mengelabui Radar Rusia
Pesawat nirawak ini memiliki jarak terbang lebih pendek, kecepatan terbang juga lebih perlahan, lalu berikutnya ada satu lagi masalah, bagaimana dia bisa menembus sistem pertahanan udara Rusia.
Pangkalan militer itu berada di Kursk yang merupakan garis depan pertempuran, jaraknya tidak sampai 100 km dari perbatasan Ukraina, di tempat ini Rusia telah menempatkan sistem radar S-300 dan sistem pertahanan udara Pantsir-S1, khusus untuk mengantisipasi serangan drone Ukraina.
Lalu, pesawat yang kecepatan terbangnya pelan, dan jarak terbangnya juga pendek, apalagi badan pesawat terbuat dari kardus, bagaimana dapat menerobos garis pertahanan Rusia?
Jawabannya sederhana, membuat pesawat dari cangkang kertas karton, tidak hanya untuk menekan biaya produksi, yang lebih penting lagi adalah agar tidak bisa terdeteksi oleh radar. Yang disebut radar adalah, alat yang memancarkan gelombang elektromagnetik, yang akan memantul saat mengenai sasaran, lalu radar menangkap gelombang elektromagnetik yang terpantul kembali, untuk memastikan besar kecilnya dan posisi sasaran tersebut. Tetapi jika sasaran musuh itu tidak mampu memantulkan gelombang elektromagnetik, maka radar pun akan menjadi buta. Tak mampu mendeteksi apapun.
Mayoritas pesawat terbang terbuat dari logam, ketika gelombang elektromagnetik radar mengenai logam akan memantul, tetapi jika mengenai kardus atau kayu, maka gelombang radar tersebut akan terserap, dan hanya akan memantulkan gelombang yang sangat kecil, dengan kata lain, kardus dan kayu tidak terdeteksi di hadapan radar. Seandainya pesawat di masa PD-I dan PD-II menggunakan pesawat dari kayu, maka juga tidak akan dapat terdeteksi oleh radar.
Walaupun badan pesawat sepenuhnya terbuat dari kardus, komponen di dalam pesawat tetap menggunakan logam, beberapa bagian dari mesin penggerak, kamera, juga terbuat dari logam, tetapi ukuran logam dari suku cadang tersebut sangat kecil, walaupun dapat memantulkan radar, di mata radar tersebut tak lebih dari seekor burung yang terbang di udara.
Jadi kali ini Ukraina mengirimkan 16 unit drone menyerang pangkalan militer di daerah Kursk, radar Rusia telah sepenuhnya buta, sama sekali tidak melihat kedatangannya, drone Ukraina bebas menyerang kemana saja.
Pesawat Kardus Mungkin Arah Perkembangan Perang Masa Depan
Pesawat ini adalah hasil pengembangan bersama antara AD (Angkatan Darat) Australia dengan perusahaan Melbourne yakni SYPAQ, bantuan tersebut mulai diberikan sejak Maret tahun ini, setiap bulannya Australia memberikan 100 unit pesawat kepada Ukraina.
Ini adalah drone konsumsi berbiaya rendah, tidak masalah jika tertembak jatuh begitu saja. Drone jenis ini menggunakan kertas karton yang tebal sebagai konstruksinya, untuk mengukuhkan sayap digunakan karet yang tahan lama, ia bisa diluncurkan hanya dengan tangan atau alat peluncur sejenis ketapel dan lain sebagainya, ukurannya sangat kecil, tidak ada persyaratan khusus untuk lokasi lepas landasnya, ia setara dengan drone individu taktis. Tetapi di saat yang sama juga dipasangkan dengan sistem pandu kelas militer, begitu diluncurkan bisa terbang secara mandiri.
Biaya produksi pesawat ini hanya 1.000 hingga 5.000 dolar Australia, atau sekitar 600 hingga 3.000 dolar AS. Sementara yang dihancurkannya adalah pesawat tempur Su-30 bernilai 30 juta dolar AS, “jual beli” seperti ini bisa dibilang sangat menguntungkan. Kuncinya adalah, sistem pertahanan udara Rusia saat ini, sama sekali tak berdaya terhadap drone yang terbuat dari kardus seperti ini. Ini berarti, pangkalan AU Rusia yang berjarak 100 km dari perbatasan Ukraina itu, akan selalu terpapar dalam serangan drone bunuh diri semacam ini dari Ukraina.
Setelah melihat kasus Perang Ukraina ini, juga akan memberikan semacam inspirasi bagi perang di masa mendatang, drone berbiaya rendah, yang bisa dibuat hanya dengan kertas karton atau kayu, tidak hanya murah biaya produksinya, juga bisa terhindar dari deteksi radar.
Pada Perang Ukraina kali ini, para prajurit di garis depan Ukraina telah menciptakan berbagai macam taktik perang dan inovasi perang untuk menghadang invasi Rusia, mulai dari speed boat nirawak, hingga drone dari kardus, entah kejutan apa lagi yang akan dibawakan Ukraina bagi kita di esok hari. (sud/whs)