EtIndonesia. Kebanyakan ibu mertua ingin menantunya berbakti dan berbudi luhur. Jika suatu saat ibu mertua melihat putranya mencuci piring sedangkan menantu perempuannya hanya duduk di sofa dan bermain dengan ponselnya, saya pikir ibu mertua pasti akan memiliki pendapat yang negatif.
Aku dan suamiku adalah teman sekelas sekolah menengah sampai di perguruan tinggi. Kami menikah tidak lama setelah lulus. Kami telah menikah selama lebih dari dua tahun, dan kami tidak pernah berselisih, dan hubungan kami cukup baik.
Tidak lama setelah kami menikah, kami hidup terpisah dengan mertua. Mertuaku dan kakak ipar perempuan tertuaku tinggal di timur kota, dan kami tinggal di utara kota. Pada akhir pekan, kami mengunjungi kakak ipar dan berkumpul bersama.
Ketika berbicara tentang kakak perempuan tertua, aku selalu memikirkannya, mengapa aku mengatakan itu? Karena kakak perempuan tertua sudah berusia tiga puluh lima atau enam tahun, tapi dia belum menikah. Aku mendengar dari suamiku bahwa kakak iparku telah menjalin hubungan dengan seorang pria, tetapi putus karena campur tangan ibu mertua. Sejak saat itu, kakak iparku tidak berbicara dengannya.
Aku selalu merasa bahwa seorang wanita tidak dapat memiliki kehidupan tanpa keluarga hanya karena dia mengalami trauma emosional? Jelas tidak realistis.
Dalam kesanku, ibu mertua sangat menyayangi kakak ipar perempuanku, mereka tidak pernah melakukan pekerjaan rumah tangga di rumah, apalagi memasak, dan pada dasarnya menjalani kehidupan yang santai.
Tiga hari yang lalu, mertuaku tiba-tiba mengatakan bahwa dia ingin berkunjung dan tinggal di rumahku selama beberapa hari. Tetangganya sedang melakukan renovasi, yang menyebabkan mertuaku kurang tidur, jadi mereka ingin datang dan tinggal bersama kami untuk waktu yang agak lama.
Sehari setelah mertuaku datang, aku merasa sedikit tidak sehat. Hari itu, aku meminta izin kerja untuk istirahat di rumah, dan ketika suamiku kembali, ibu mertua sudah menyiapkan makanan.
Saat itu, aku sedang tidak nafsu makan, jadi suamiku memotongkan apel untukku, lalu suamiku makan.
Kemudian, ketika aku pergi untuk membersihkan meja, suami melarangku dan memintaku untuk beristirahat.
Setelah itu suamiku mencuci piring, dan aku duduk di sofa dan bermain dengan teleponku.
Ibu mertua melihat suamiku mencuci piring dan aku hanya bermain ponsel, dan wajahnya langsung berubah.
Ibu mertua berkata dengan keras: “Nak, apa yang telah kamu lakukan kepada istrimu? Apakah kamu ingin mencuci piring kotor ini? Biarkan istrimu yang mencucinya.”
Suamiku menjelaskan kepada ibu mertua bahwa aku sedang tidak enak badan, jadi dia meminta aku beristirahat dan dia yang mencuci piring, tetapi ibu mertuaku tidak mau mengerti.
Ibu mertua melanjutkan: “Pria sukses mana yang melakukan pekerjaan rumah? Aku katakan, pria yang mencuci piring tidak berguna.”
Kemudian suamiku berkata: “Bukankah ayah juga mencuci piring sepanjang hidupnya? Jadi apa ayah tidak berguna?”
Ibu mertua tidak menyangka putranya yang dulunya selalu patuh akan membantahnya. Dia semakin marah. Dia menunjuk padaku dan mengatakan bahwa aku malas, dan mengatakan bahwa aku telah mangajari buruk pada suamiku.
Sebelumnya, putranya sangat patuh, tapi setelah menikah denganku, anaknya sudah mulai berani membantah, dan mengatakan bahwa ini adalah hasil dari hasutanku.
Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Aku biasanya melakukan pekerjaan rumah, tetapi pada hari itu merasa tidak enak badan, dan suamiku sendiri yang berinisiatif untuk mencuci piring. Apakah aku salah?
Setelah pertengkaran hari itu, ibu mertua dan ayah mertua kembali ke rumahnya.
Aku tidak paham dengan pemikiran ibu mertua: apakah pekerjaan rumah harus dilakukan oleh wanita? Apakah pria yang mencuci piring benar-benar tidak berguna?
Sumber: uos.news