NTD
Di wilayah Nagorno-Karabakh Azerbaijan, penduduk Armenia sedang mengantre mengisi bahan bakar kendaraan mereka di SPBU untuk meninggalkan daerah itu pada 24 September malam. Akan tetapi, secara tiba-tiba terjadi ledakan yang menyebabkan 20 orang tewas dan hampir 300 orang luka-luka. Saat ini, karena keterbatasan kapasitas medis, bantuan medis dari luar sangat dibutuhkan.
Azerbaijan melancarkan serangan kilat pada 19 September untuk menguasai wilayah Nagorno-Karabakh. Keesokan harinya, melalui mediasi pasukan penjaga perdamaian Rusia, kedua pihak mencapai kesepakatan gencatan senjata. Ribuan pengungsi mengalir ke Armenia setelah separatis Nagorno-Karabakh menyerah sesuai dengan perjanjian gencatan senjata yang dicapai keesokan harinya.
Pada 24 September malam, warga sedang mengantri di depo bahan bakar untuk mengisi bahan bakar mobilnya agar dapat meninggalkan kawasan Nagorno-Karabakh, ketika tiba-tiba terjadi ledakan.
Otoritas pemerintah separatis mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “13 mayat tak dikenal ditemukan di tempat kejadian, dan tujuh lainnya meninggal di rumah sakit,” menurut laporan dari Kantor Berita Pusat, Agence France-Presse dan surat kabar Inggris The Guardian.
Pihak berwenang di Armenia mengatakan bahwa 290 orang telah dilarikan ke rumah sakit setelah ledakan di sebuah fasilitas dekat Stepanakert, ibu kota wilayah Nagorno-Karabakh. Kini puluhan dari mereka “masih dalam kondisi kritis.” Belum diketahui pasti apa penyebab ledakan di depo bahan bakar tersebut.
Kantor berita Agence France-Presse melaporkan bahwa Gegham Stepanyan, seorang pejabat separatis di wilayah Nagorno-Karabakh, sebelumnya memposting di media sosial: “Akibat ledakan di depo bahan bakar, lebih dari 200 orang terluka. Sebagian besar cederanya serius atau sangat parah. “
Ia juga menyebutkan bahwa “kapasitas medis setempat tidak mencukupi” dan menyerukan agar helikopter medis diizinkan mendarat di wilayah setempat.
Dalam 30 tahun terakhir, perang telah terjadi dua kali antara Armenia dan Azerbaijan terkait wilayah Nagorno-Karabakh, dan orang-orang di kedua pihak terpaksa mengungsi. Wilayah Nagorno-Karabakh secara internasional diakui sebagai wilayah Azerbaijan, namun penduduk setempat sebagian besar adalah orang Armenia.
Pemerintah Armenia menyatakan: “Pada 26 September pukul 08.00 pagi, 13.350 orang pengungsi paksa dari wilayah Nagorno-Karabakh telah memasuki Armenia.”
Tim wawancara AFP mengatakan di lokasi “Koridor Lachin” satu-satunya jalur darat yang menghubungkan Nagorno-Karabakh dan Armenia, ratusan kendaraan melaju dari Nagorno-Karabakh ke Armenia.
Menghadapi situasi terkini di Transkaukasus, Uni Eropa (UE) telah mengumumkan bahwa Brussel akan menerima utusan tingkat tinggi dari Azerbaijan dan Armenia pada 25 September. Selain itu, negara-negara besar UE, Jerman dan Prancis, juga akan mengirimkan penasihat keamanan nasional ke menghadiri pertemuan tersebut.
Pertemuan di Brussels pada 25 September akan menjadi pertemuan pertama setelah pecahnya konflik di wilayah Nagorno-Karabakh. (Hui)