EtIndonesia. Banyak orang mungkin sejak kecil telah diminta oleh orangtuanya untuk melipat selimut, merapikan bantal guling dan sprei di tempat tidur segera setelah bangun tidur, sehingga mereka mengembangkan kebiasaan ini sampai saat ini. Namun, beberapa pakar mengungkapkan bahwa demi kesehatan, sebaiknya jangan merapikan tempat tidur dalam waktu 30 menit setelah bangun tidur.
Menurut laporan media Inggris “Daily Mirror”, Martin Seeley, seorang kepala eksekutif perusahaan bedding retailer “MattressNextDay” dan pakar tidur, yang menyarankan agar kita tidak melakukan hal-hal ini dalam waktu 30 menit setelah bangun tidur, meskipun secara tradisional, melipat selimut dan merapikan tempat tidur setelah bangun tidur itu ada hubungannya dengan kebersihan dan disiplin pribadi.
Namun, jika melakukan hal itu, kita justru memerangkap tungau debu di dalam kasur kita yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Tungau debu kecil yang merupakan alergen itu berkembang biak dari memakan bulu dan rambut kita.
Martin Seeley mengatakan bahwa dirinya berpendirian, tempat tidur yang tidak dirapikan tidak terlalu rentan terhadap tungau debu. Tungau debu dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk asma dan alergi.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa merapikan tempat tidur segera setelah bangun tidur akan membuat tempat tidur menjadi pengap, dan lingkungan seperti itu akan menarik lebih banyak tungau debu. Jika jumlahnya menjadi banyak, maka protein alergennya juga akan bertambah.
“Ini karena tungau debu cenderung berkembang biak di lingkungan bersuhu hangat dan lembap. Jadi, dengan asumsi bahwa rata-rata orang berkeringat secara alami sebanyak 500 mililiter setiap malam, maka tempat tidur kita adalah tempat yang asyik bagi tungau debu untuk berkembang biak di pagi hari,” kata Seeley.
“Itulah alasannya mengapa penting untuk membiarkan tempat tidur berantakan setidaknya selama 30 menit setelah kita bangun tidur, karena ini akan memungkinkan terjadinya pertukaran udara atau ventilasi yang lebih baik, membantu menghilangkan kelembapan di tempat tidur kita secara keseluruhan,” katanya.
Selain itu, sinar Matahari alami juga berperan penting dalam akumulasi tungau debu.
“Membiarkan tempat tidur kita berantakan dalam jangka waktu tertentu dapat membuat tempat tidur kita terpapar sinar Matahari alami,” kata Seeley. “Sinar Matahari memiliki sifat desinfektan dan membantu membunuh beberapa bakteri dan tungau debu, sehingga semakin mengurangi potensi risiko kesehatan.”
Perlu dicatat bahwa suhu yang paling cocok bagi manusia untuk tidur juga merupakan suhu yang paling cocok bagi tungau debu untuk berkembang biak.
Seeley mengatakan, banyak penelitian yang telah menunjukkan bahwa suhu ruangan yang paling cocok untuk manusia tidur adalah 18,3°C, dan ini juga merupakan suhu yang sangat baik bagi pertumbuhan tungau debu.
Tungau debu tumbuh subur di iklim lembab pada musim panas. Jadi penting untuk membiarkan tempat tidur kita bernapas selama beberapa bulan hingga kelembapannya menurun di musim dingin.
Ia juga menyebutkan, meskipun tungau debu berukuran kecil, namun dampaknya terhadap kesehatan tidak kecil, dan sudah menjadi masalah internasional, lho.
Diperkirakan 10% populasi dunia alergi terhadap tungau debu, katanya.
Gejala umum alergi tungau debu antara lain bersin, pilek, hidung tersumbat, batuk, mata gatal, juga kulit menjadi gatal.(sin/yn)
Sumber: the epochtimes