6. Manusia Bukan Hasil Perubahan Dari Kera
Hipotesa Teori Evolusi beranggapan, manusia dan kera memiliki leluhur yang sama, yang disebut “kera leluhur” (Ardipithecus), dari leluhur bersama ini, setelah melalui periode sejarah yang sangat panjang, manusia dan kera masing-masing secara perlahan berevolusi menjadi dua jenis spesies yang berbeda yakni manusia modern atau kera modern.
Pernyataan mendetailnya adalah, manusia berasal dari kera purba (Australopithecus), kemudian menjadi manusia yang berdiri tegak (Homo Erectus), lalu perlahan berevolusi menjadi manusia cerdas (Homo Sapiens), dan akhirnya menjadi manusia modern. Masyarakat umumnya menyebut pandangan ini dengan ungkapan “manusia adalah hasil perubahan dari kera”.
Ahli biologi molekuler di Royal Melbourne Institute of Technology Australia yakni Prof. Dr. Ian Macreadie pernah mengatakan, “Sungguh tak habis pikir bahwa kita ini berasal dari evolusi ‘kera’⁶¹”
Berdasarkan struktur anatomi, Darwin beranggapan bahwa kera dan manusia sangat mirip, dan memiliki ciri-ciri fisik yang sama, serta beranggapan keduanya memiliki hubungan kekerabatan, yang berasal dari satu leluhur yang sama. Akan tetapi, struktur anatomi membuat penampilan yang tampak mirip, sebenarnya perbedaan gen dan protein yang menentukan semua struktur tersebut justru sangat besar.
Pertama, dalam hal etika dan moral masyarakat terdapat perbedaan yang sangat besar antara manusia dengan kera. Manusia memiliki kecerdasan, memiliki pikiran, dan merupakan “makhluk mulia di atas segala makhluk” yang dapat berkreasi; manusia memiliki pandangan moral dan etika, serta memiliki tanggung jawab sosial, bisa membuat keputusan dan pilihan berdasarkan kriteria moralitas (lihat foto).
Sementara kera hanya hewan yang bergelantungan di atas pohon dan merangkak di tanah, kecerdasan kera sangat rendah, terutama karena pengaruh naluri fisiologi dan perilaku sosial hewan, tidak memiliki etika dan moral seperti yang dimiliki oleh manusia, juga tidak memiliki kemampuan menentukan nilai, bagaimana mungkin dibandingkan dengan manusia? Dari hal ini dikatakan bila manusia dan kera dikategorikan dari jenis yang sama, berarti merupakan penghinaan terhadap umat manusia. Hal ini akan dijelaskan lebih rinci di bagian belakang.
Kedua, hanya dari sudut pandang tingkat struktural pada ilmu biologi dan ilmu fisika umum saja, antara manusia dengan kera, dalam hal struktur biologi seperti kerangka tulang, otot, otak, protein, dan gen, memiliki banyak perbedaan yang mendasar.
Dalam penelitian obat-obatan, eksperimen terhadap hewan apapun tidak dapat mewakili eksperimen tubuh manusia. Dalam eksperimen ilmu biologi sel (sitologi) dan biologi molekuler, manusia kerap mendapati, walau didapat hasil eksperimen berupa pembuktian pada model hewan, tetap saja tidak dapat dibuktikan dalam eksperimen pada tubuh manusia. Pengetahuan dasar ini, menjelaskan bahwa antara manusia dengan kera terdapat perbedaan biologis yang sangat besar.
Penelitian dari Max Planck Institute of Molecular Cell Biology and Genetics (MPI-CBG) yang dirilis pada 2016 menunjukkan, terdapat banyak sekali perbedaan⁶² pada struktur otak antara manusia dengan simpanse yang dianggap sebagai kerabat dekat manusia oleh Teori Evolusi: pertama, otak manusia tiga kali lipat lebih besar daripada simpanse (lihat foto); kedua, struktur permukaan otak manusia, yang disebut “korteks serebral”, memiliki fungsi yang krusial dalam hal ingatan, konsentrasi, kesadaran, dan pemikiran — jumlah sel yang terdapat pada korteks serebral manusia adalah dua kali lipat dibandingkan simpanse di zona yang sama, dan perilaku jaringan sel otak pada korteks serebral manusia juga sangat berbeda dengan simpanse; ketiga, lewat riset menganalisa perbandingan genom membuktikan level gen antara manusia dengan simpanse sangat berbeda, tidak dapat dijelaskan dengan evolusi secara bertahap.
Kesamaan dan keterkaitan pada level molekul antar spesies yang berbeda pernah dianggap sebagai tanah pengharapan untuk ditemukannya bukti Teori Evolusi. Sejak 1975, sebuah tesis yang dipublikasikan di majalah Science yang kemudian dianggap sebagai tonggak sejarah, Mary-Claire King dan Allan Wilson berdiskusi dan menyimpulkan empat macam metode untuk membandingkan perbedaan protein atau gen pada manusia dengan simpanse berikut hasilnya: 1. Urutan asam amino pada protein; 2. Imunopresitipasi; 3. Elektroforesis protein; 4. Persilangan DNA⁶³.
Hari ini kita ketahui, hanya metode pertama-lah yang dapat secara tepat membandingkan perbedaannya. Hampir 50 tahun lalu, dua orang ilmuwan menggunakan metode estimasi dalam kondisi tak ada cara yang lebih baik bisa dibilang tidak perlu dikritik lebih jauh. Kuncinya adalah, mereka dengan kondisi hanya memiliki 8 jenis protein yang tidak berurutan, dan data imunopresitipasi dari 5 jenis protein, memperoleh kesimpulan “hingga kini urutan protein manusia dan simpanse yang ditemukan, rata-rata lebih dari 99% adalah sama”, yang ternyata itu menjadi ‘golden rule’ yang berpengaruh hingga beberapa dasawarsa kemudian, padahal kesimpulan ini bukan kesimpulan utama yang diperoleh kedua penulis dalam tesis tersebut.
Tiga dasawarsa kemudian, dalam sebuah tesis lain yang dikutip secara luas dan dipublikasikan di jurnal Nature tahun 2005 yang dipelopori oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Harvard University, para penulisnya setelah membandingkan susunan DNA para genom manusia dan simpanse, diperoleh kesimpulan perbedaan urutan genom antara manusia dengan simpanse hanya 4% atau memiliki kemiripan mencapai 96%⁶⁴. Tesis yang diterbitkan di jurnal Nature di tahun 2005 itu juga memiliki kelemahan serius dalam metodologi, karena genom pada simpanse itu disambungkan dengan menggunakan modul genom manusia.
Walaupun memiliki kelemahan metodologi yang serius, angka perbedaan 4% yang diperoleh itu walaupun tidak besar, tapi telah mewakili perubahan pada ratusan juta nukleotida — konkritnya, terdapat perbedaan pada 35 juta nukleotida tunggal; 5 juta peristiwa penyisipan (insertion) atau penghapusan (deletion) gen, yang mewakili 90 juta variasi pasangan basa; selain itu juga terdapat fenomena penataan ulang berbagai jenis kromosom⁶⁵.
Istimewanya adalah, tim riset juga mengidentifikasi 1,66 juta perbedaan pada polimorfisme nukleotida tunggal (SNP) dan 1,9% perbedaan pada kromosom Y yang menentukan jenis kelamin, ini menandakan adanya perbedaan yang sangat mengejutkan, dan yang teramat besar. Semua ini sangat sulit dijelaskan dengan teori evolusi bertahap yang dikemukakan Darwin.
Kesimpulannya, analisa tesis semacam ini sebelumnya selalu terdapat kelemahan teknis yang sangat krusial, yang secara serius telah membesar-besarkan kesamaan gen antara simpanse dengan manusia.
Akhirnya pada 2018, sebuah tesis yang secara teknis nyaris sempurna mengurutkan dan membandingkan gen manusia dengan simpanse dipublikasikan di majalah Science. Riset yang dilakukan oleh lembaga jurusan genom fakultas kedokteran University of Washington AS ini telah menggunakan teknologi SMRT dari PacBio yang memungkinkan pembacaan urutan secara panjang, setiap fragmen DNA dapat terbaca hingga seratus ribu lebih pasangan basa, ini membuat penyambungan setiap macam genom adalah independen, dan bukan modul genom manusia.
Setelah dilakukan perbandingan pensejajaran sekuen jamak (MSA, multiple sequence alignment) pada urutan genom yang disambungkan secara independen, didapat kesimpulan bahwa “di dalam genom simpanse terdapat 83% urutan yang dapat dibandingkan dengan gen manusia”, dengan kata lain, sebanyak 17% tidak dapat dibandingkan dengan genom manusia⁶⁶.
Disini hendak dijelaskan, tingkat kemiripan dua genom kurang dari 83%, karena seberapa rendah tingkat kemiripan dari bagian genom yang tidak dapat dibandingkan dengan genom manusia, tidak diungkap dalam tesis tersebut, sedangkan tingkat kemiripan yang bisa dibandingkan juga tidak disebutkan, maka sementara kita berasumsi 96% yang disebutkan dalam tesis di jurnal Nature pada 2005, maka tingkat kemiripan genom simpanse yang dapat dibandingkan dengan genom manusia adalah: 83% x 96% = 79%, oleh karenanya tingkat kemiripan genom manusia dengan simpanse secara keseluruhan tidak lebih dari 80%.
Selain itu, jumlah dan struktur kromosom pada manusia dan simpanse juga terdapat perbedaan yang penting: manusia memiliki 46 batang kromosom, sedangkan simpanse memiliki 48 batang kromosom (lihat foto). Selain itu, aspek pembentukan kromosom juga terdapat banyak perbedaan, seperti pada kromosom nomor 18 pada simpanse terdapat telomer heterokromatin tambahan dalam jumlah banyak⁶⁷.
Walaupun hanya 4% perbedaan gen (bagian dari pengkodean protein), tapi telah mewakili variasi yang sangat besar secara fungsional, struktural, dan sifat-sifat. Contoh, anjing yang berbeda memiliki perbedaan urutan gen yang sangat kecil, hanya 0,15%, tapi ras anjing yang berbeda memperlihatkan perbedaan cukup besar.
Walaupun struktur primer protein gen dan protein bisa sama, tapi struktur tersier mungkin juga tidak sama. Contoh sederhana, urutan susunan karbon yang tidak sama, maka struktur molekul yang terbentuk juga tidak sama, mungkin akan menjadi grafit ataupun berlian. Di bidang gen dan materi genetik, mungkin masih terdapat banyak elemen yang belum kita ketahui hingga saat ini, dan semua elemen tersebut juga menentukan perbedaan kehidupan.
Setiap perubahan pada spesies dibutuhkan mutasi keseluruhan secara sistematis untuk dapat menghasilkan suatu spesies baru yang independen. Seandainya manusia benar adalah hasil evolusi dari kera, maka kera harus mengalami banyak mutasi gen secara bersamaan pada level gen, protein, sel dan lain-lain, perubahan yang tak terhingga pada struktur dan fungsi proteinnya, dan dibutuhkan tingkat mutasi yang cepat yang sulit dipercaya, sehingga menyebabkan terbentuknya DNA, terbentuknya ribuan jenis protein baru serta perubahan bersamaan yang tak terhitung banyaknya pada level sel, organ, dan sistem.
Ilmu biologi modern yang hendak membuktikan kebenaran suatu teori, membutuhkan sangat banyak tingkatan, tingkat gen, level protein, biokimia, fenotipe, fungsi dan berbagai aspek lainnya untuk membuktikannya, harus memberikan bukti yang solid dari berbagai aspek, sementara bukti eksperimen ilmiah yang mendukung teori bahwa manusia adalah hasil evolusi dari kera purba, satu pun tidak ada. Oleh sebab itu, “teori evolusi” yang beranggapan bahwa manusia adalah hasil evolusi dari kera, sama sekali adalah tidak mungkin.
Referensi:
61. Carl Wieland and Don Batten. An interview with leading Australian molecular biologist and microbiologist Ian Macreadie.
https://creation.com/creation-in-the-research-lab
62. Mora-Bermúdez, F., Badsha, F., Kanton, S., Camp, J. G., Vernot, B., Köhler, K., Voigt, B., Okita, K., Maricic, T., He, Z., Lachmann, R., Pääbo, S., Treutlein, B., & Huttner, W. B. (2016). Differences and similarities between human and chimpanzee neural progenitors during cerebral cortex development. eLife, 5, e18683.
https://doi.org/10.7554/eLife.18683
63. King, C., & Wilson, A. C. (1975). Evolution at Two Levels in Humans and Chimpanzees. Science.
https://doi.org/1090005; https://sci-hub.st/https://www.science.org/doi/abs/10.1126/science.1090005
64. Varki, A., & Altheide, T. K. (2005). Comparing the human and chimpanzee genomes: searching for needles in a haystack. Genome research, 15(12), 1746–1758.
https://doi.org/10.1101/gr.3737405
65. The Chimpanzee Sequencing and Analysis Consortium. (2005). Initial sequence of the chimpanzee genome and comparison with the human genome. Nature, 437(7055), 69-87.
https://doi.org/10.1038/nature04072
66. Suntsova, M.V., Buzdin, A.A. Differences between human and chimpanzee genomes and their implications in gene expression, protein functions and biochemical properties of the two species. BMC Genomics 21 (Suppl 7), 535 (2020).
https://doi.org/10.1186/s12864-020-06962-8
67. Dr. Michael Denton, Evolution: A Theory in Crisis, Published by Adler & Adler, Distributed by Woodbine House,1985.
https://alta3b.com/wp-content/uploads/2016/09/crisis1.pdf
Bersambung