oleh Xia Yu
Sebuah kelompok bipartisan yang ditunjuk oleh Kongres AS menyatakan pada Kamis (12/10/2023) bahwa Amerika Serikat perlu memperluas kekuatan konvensional, memperkuat aliansi, dan memperkuat program modernisasi senjata nuklir untuk mempersiapkan potensi perang simultan dengan Rusia dan Tiongkok.
Sebuah laporan baru yang dikeluarkan oleh Komisi Postur Strategis Kongres (Congressional Strategic Posture Commission), sebuah komite yang diberi mandat oleh Kongres dan bertanggung jawab untuk meninjau kebijakan strategis AS, mengatakan bahwa AS perlu memperluas atau mengatur ulang persenjataan nuklirnya untuk menghadapi peningkatan ancaman nuklir dari Tiongkok, dan “tantangan eksistensial” yang ditimbulkan oleh risiko-risiko dari Rusia.
Laporan ini muncul di tengah ketegangan antara AS dan Tiongkok mengenai Taiwan dan isu-isu lainnya, serta memburuknya hubungan AS – Rusia akibat invasi Rusia ke Ukraina. Komisi Postur Strategis mengatakan : “Amerika Serikat dan sekutunya wajib bersiap untuk menghalangi dan mengalahkan kedua musuh secara bersamaan”. “Tatanan internasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan nilai-nilai yang dijunjungnya saat ini sedang menghadapi ancaman dari rezim otoriter Tiongkok dan Rusia.”
Tertulis dalam laporan itu : “Bahkan pada hari-hari tergelap selama Perang Dingin, lingkungan global yang baru juga sangat berbeda dengan situasi apapun yang terjadi di masa lalu.”
“Amerika Serikat akan menghadapi bukan hanya satu, tapi dua musuh bersenjata nuklir, yang keduanya itu mempunyai ambisi untuk mengubah status quo internasional, dan dapat menggunakan kekuatan senjata jika diperlukan,” tulis laporan.
Setelah mendengarkan lebih dari 100 pengarahan dari pejabat keamanan dan intelijen, komisi bipartisan yang beranggotakan 10 orang tersebut mengatakan dalam laporan setebal 150 halaman, bahwa Amerika Serikat harus segera merestrukturisasi kekuatan nuklirnya untuk menghadapi ancaman yang semakin meningkat.
“Karena strategi pertahanan AS harus menghadapi ancaman nuklir dari 2 negara yang menuntut AS untuk memiliki kekuatan nuklir yang lebih besar, dengan komposisi yang berbeda, atau keduanya”, kata Komisi Postur Stategis tersebut. Laporan juga menambahkan, bahwa saat ini Amerika Serikat belum memiliki strategi komprehensif untuk menghadapi ancaman yang akan terjadi dari dua negara yang bersaing dalam bidang senjata nuklir.
Madelyn Creedon, seorang Demokrat dan mantan wakil direktur badan pengawas senjata nuklir AS, bersama Jon Kyl, Wakil Ketua Komite Postur Strategis yang mantan senator dari Partai Republik, mengatakan dalam kata pengantar laporan tersebut : “Kami mengakui realitas anggaran, namun kami juga percaya bahwa negara harus melakukan investasi ini.”
Kongres telah membentuk panel yang terdiri dari Partai Demokrat dan Republik ini pada 2022 untuk menilai ancaman terhadap Amerika Serikat, juga membuat rekomendasi untuk reformasi pada kekuatan konvensional dan nuklir AS. Laporan tersebut mengatakan bahwa ancaman Tiongkok dan Rusia akan menjadi lebih serius antara 2027 hingga 2035, sehingga “keputusan perlu diambil sekarang agar negara dapat melakukan persiapan”.
Ambisi Partai Komunis Tiongkok untuk mengembangkan persenjataan nuklirnya dengan cepat telah menarik perhatian masyarakat internasional. Laporan bipartisan tersebut menyatakan bahwa pengembangan senjata nuklir oleh PKT berada pada skala dan kecepatan yang belum pernah terlihat sejak perlombaan senjata nuklir AS – Soviet pada akhir 1980an.
Pentagon mengatakan tahun lalu bahwa Tiongkok memiliki 400 buah hulu ledak nuklir dan dapat menambah persediaannya menjadi 1.500 pada pertengahan dekade berikutnya.
Laporan menyebutkan bahwa rencana modernisasi senjata nuklir AS selama 30 tahun telah dimulai pada 2010, dan diperkirakan dapat menelan biaya sebesar USD. 400 miliar pada 2017 hingga 2046. Dana yang cukup harus diperoleh untuk meningkatkan semua hulu ledak, sistem pengiriman, dan infrastruktur. Masa pakai kapal selam rudal balistik juga perlu diperpanjang dan lebih banyak senjata nuklir taktis dikerahkan ke Asia dan Eropa.
Laporan tersebut juga memberikan lusinan rekomendasi dan mengidentifikasi perlunya Amerika Serikat mengatasi peningkatan jumlah target terkait nuklir di Tiongkok, juga mempertimbangkan fakta bahwa Beijing mungkin saja akan melakukan penyebaran rudal jarak jauh secara besar-besaran yang dapat mengancam senjata nuklir di dalam negeri AS.
Kelompok bipartisan tersebut mengatakan Amerika Serikat harus meningkatkan produksi pesawat pengebom strategis B-21 dan melakukan hal yang sama terhadap rudal jelajah bersenjata nuklir yang diluncurkan dari udara. Laporan tersebut juga menyerukan peningkatan rencana produksi kapal selam bersenjata nuklir kelas Columbia.
Kolompok bipartisan tersebut juga merekomendasikan agar Amerika Serikat mengatasi kebutuhan untuk menyebarkan kekuatan nuklirnya di kawasan Asia – Pasifik. Kekuatan ini akan digunakan untuk menekan konflik regional.
Para anggota kelompok tersebut juga meminta Amerika Serikat meningkatkan investasi dalam pertahanan rudal, termasuk sistem yang dapat “mencegah dan mengalahkan serangan koersif yang dilakukan Tiongkok maupun Rusia”. Mereka juga mendesak pemerintah AS untuk mempelajari kelayakan pengembangan sistem untuk menghadapi serangan rudal hipersonik. (sin)