oleh Zhang Ting
Perang Rusia – Ukraina, Israel – Hamas dan inflasi adalah faktor-faktor yang berdampak langsung pada pemulihan ekonomi setelah epidemi COVID-19, yang membuat perekonomian dunia terpaksa berjalan dengan terhuyung-huyung. Tahun depan akan ada 40 pemilu di negara dan wilayah dunia. Apakah hasil pemilu nanti tidak akan menambah gejolak di era yang sudah penuh dengan berbagai krisis ini, atau mungkin ikut menentukan perubahan geopolitik ?
Dimulai dari pemilu Taiwan yang akan berlangsung pada bulan Januari dan berlanjut hingga pemilu presiden AS pada bulan November 2024. Tahun depan ini akan ada pemilu di 40 negara. Menurut perhitungan Bloomberg Economics, bahwa para pemilih di negara yang mencakup 41% populasi dunia dan 42% PDB negara bersangkutan akan memiliki kesempatan untuk memilih pemimpin baru negara mereka tahun depan.
Tahun 2024 akan menjadi tahun yang sangat penting
Dalam pemilihan umum suatu negara, jika partai yang berkuasa kalah dalam pemilu, hal itu berarti kemungkinan bisa terjadi perubahan kebijakan luar negeri negara tersebut. Sedangkan hasil pemilu nasional akan menentukan bagaimana roda geopolitik berputar.
Amy Zegart, seorang ilmuwan politik dari Universitas Stanford yang pernah memberikan nasihat keamanan nasional kepada pemerintah AS mengatakan, bahwa tahun 2024 adalah tahun yang sangat penting.
“Semakin banyak ketidakpastian mengenai aturan main, suku bunga, tren pasar, peraturan pemerintah, kebijakan, dan apa pun. Jadi dari sudut pandang bisnis, situasi akan semakin sulit untuk diramalkan”, kata Amy Zegart.
Jennifer Welch, Kepala Analis Geoekonomi Bloomberg Economics, mengatakan bahwa dari perspektif geopolitik, dunia mungkin menghadapi tahun yang paling bergejolak dalam satu generasi.
Di negara-negara yang akan mengadakan pemilu, partai-partai akan meningkatkan taruhan geopolitik mereka. Misalnya, Amerika Serikat akan mengambil sikap keras terhadap Partai Komunis Tiongkok kemungkinan besar akan dipandang oleh kedua partai sebagai salah satu strategi untuk memenangkan suara. Hal ini juga dapat menyebabkan lahirnya beberapa kebijakan baru mengenai Tiongkok, yang pada gilirannya dapat menimbulkan ketidakpastian bagi pemerintah lain dan perusahaan multinasional.
Negara dan wilayah yang menyelenggarakan pemilu pada tahun 2024 memiliki ukuran dan pengaruh yang berbeda-beda. Hal ini tidak hanya mencakup negara-negara kaya sumber daya seperti Indonesia dan Venezuela, tetapi juga Sudan Selatan yang secara politik tidak stabil dan hotspot geopolitik Taiwan dan Pakistan. Tunisia, tempat lahirnya Gerakan Arab Spring tahun 2011, mungkin juga akan mengadakan pemilihan presiden sekitar Oktober 2024. sedangkan Amerika Serikat dan beberapa sekutu tradisionalnya di Eropa (Austria, Belgia, Inggris, dan lain-lain) juga akan mengadakan pemilihan umum. Selain itu, Meksiko juga akan mengadakan pemilu tahun depan.
Beberapa pemilu yang menarik banyak perhatian
Pentingnya pemilu AS sudah jelas karena ia dapat mempengaruhi kebijakan AS terhadap Tiongkok, strategi AS di Timur Tengah, dan kebijakan imigrasi AS. Jika presiden dari Partai Republik yang terpilih, kemungkinan besar sejumlah kebijakan pemerintahan Biden akan diganti.
Pemilihan presiden Taiwan dapat menentukan arah hubungan AS – Tiongkok di tahun-tahun mendatang, dan ketegangan AS – Tiongkok bisa semakin meningkat jika Wakil Presiden saat ini William Lai atau Lai Ching-te yang memenangkan pemilu.
Indonesia akan menggelar pemungutan suara pada Februari 2024. Calon urutan pertama versi lembaga survei adalah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang sebelumnya pernah ditolak visanya oleh Amerika Serikat karena dugaan pelanggaran hak asasi manusia. Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo juga siap bertarung pada Pilpres ini.
Untuk pertama kalinya sejak berakhirnya apartheid pada awal tahun 1990an, Kongres Nasional Afrika yang berkuasa di Afrika Selatan menghadapi kemungkinan kehilangan mayoritas dalam pemilihan umum tahun depan. Hal tersebut dapat memaksa mereka untuk membentuk koalisi dengan partai-partai lain.
India juga akan mengadakan pemilihan umum tahun depan. PM. Narendra Modi yang menjabat sejak tahun 2014, semakin dekat dengan Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir, menjadikan India sebagai mitra regional yang penting dalam perjuangan Amerika Serikat melawan Partai Komunis Tiongkok. Apakah Narendra Modi dapat terpilih kembali telah menarik banyak perhatian negara Barat.
Dalam pemilu mana pun, jika partai oposisi menang, selain risiko gangguan terhadap beberapa kebijakan pemerintah yang sudah berjalan, investor juga perlu mencermati perubahan kepemimpinan yang dapat menyebabkan perselisihan baru antar negara atau menghidupkan kembali perselisihan lama.
Dalam pemilu mana pun, banyak hal yang bergantung pada seberapa jauh perbedaan dalam bidang-bidang sensitif seperti keamanan nasional, perdagangan dan imigrasi dari partai-partai yang dominan. Menurut Sarah Bauerle Danzman, seorang pakar ekonomi politik investasi dan keuangan internasional dari Universitas Indiana, bahwa jika partai-partai dapat mencapai konsensus mengenai isu-isu tersebut, maka risiko politik setelah pemilu dapat berkurang.
Pemilu Rusia akan berlangsung Maret 2024. Meskipun besar kemungkinan bahwa Presiden Vladimir Putin tidak menghadapi tantangan yang serius, tetapi dunia tetap akan mengamati tanda-tanda bahwa para pemilih menjadi tidak nyaman dengan perang Ukraina yang dikobarkan oleh Putin.
Eswar Prasad, seorang profesor dari Cornell University yang juga pakar perdagangan mengatakan : “Sejumlah pemilu tahun depan ini berpotensi memperburuk ketidakpastian dan volatilitas yang telah mengganggu perekonomian dunia, yang tentunya berpotensi mengurangi investasi swasta di seluruh dunia”. (sin)