oleh Xia Yu
Sebuah studi baru menunjukkan bahwa ketidakpuasan publik Tiongkok terhadap pemerintah menunjukkan peningkatan akibat kemerosotan ekonomi dan anjloknya pasar real estat. Ketika Xi Jinping mengutamakan keamanan, Meskipun Xi Jinping lebih mementingkan keamanan rezim, masyarakat Tiongkok lebih mengharap perkembangan ekonomi.
Menurut laporan perusahaan konsultan AS “Morning Consult” berjudul “Keadaan Hubungan AS – Tiongkok” yang dirilis pada Rabu (8 November), bahwa tingkat kepuasan warga sipil dewasa Tiongkok terhadap jalur pembangunan negaranya telah jatuh ke bawah level terburuk yang tercatat selama lockdown ketat COVID-19. Pada tahun 2022, ketidakpuasan masyarakat Tiongkok itu telah meningkat menjadi protes luas terhadap rezim Beijing.
Pada paruh kedua tahun 2022, karena ketidakpuasan terhadap pemerintah Tiongkok yang menerapkan kebijakan ketat epidemi, Gerakan Kertas Putih muncul di berbagai tempat di Tiongkok. Ini merupakan protes langsung terhadap rezim PKT dan menarik perhatian luas dari komunitas internasional.
Tantangan terhadap pemerintahan Xi Jinping yang timbul akibat kematian Li Keqiang
“Tren ini patut mendapat perhatian, sebagai tanda peringatan potensial, terutama mengingat kematian mantan Perdana Menteri Li Keqiang baru-baru ini”, tulis para peneliti.
Kematian Li Keqiang tetap menjadi momen sensitif bagi Xi Jinping. Xi Jinping sedang bergulat dengan perekonomian yang lesu, tingginya angka pengangguran di kalangan generasi muda, dan kemerosotan parah di pasar real estate.
Li Keqiang dipandang sebagai politisi reformis yang bisa menyaingi Xi Jinping, meski ia selalu konsisten dengan agenda politik Xi Jinping. Selama 1 dekade menjabat sebagai perdana menteri, Li Keqiang tidak dimungkinkan untuk mencapai prestasi ekonomi atau kemajuan politik yang signifikan di bawah bayang-bayang Xi Jinping. Namun Alfred Wu, seorang profesor di Universitas Nasional Singapura kepada reporter “Newsweek” mengatakan : “Jika terjadi masalah dengan perekonomian Tiongkok di masa mendatang, publik mungkin akan teringat dengan pendirian Li Keqiang mengenai perekonomian dan kesejahteraan masyarakat”.
Di masa lalu, kematian pejabat pemerintah yang populer telah memicu derasnya dukungan masyarakat dan bahkan demonstrasi besar-besaran, meskipun protes baru tampaknya tidak mungkin terjadi pada tahap ini, kata para peneliti.
Dibandingkan dengan Xi Jinping yang lebih mementingkan isu keamanan rezim, masyarakat Tiongkok lebih mengharap perkembangan ekonomi
Survei “Morning Consult” menunjukkan, warga Tiongkok dewasa percaya bahwa masyarakat tempat mereka tinggal saat ini sudah penuh dengan ketidakpuasan dan kelelahan mental. Kegelisahan tersebut menyebabkan masyarakat memprioritaskan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sosial dibandingkan dengan pertahanan nasional.
Laporan “Morning Consult” yang diterbitkan bulan lalu menyebutkan bahwa selama 5 bulan terakhir ini, persaingan dengan para pesaing asing yang selalu dijadikan prioritas kebijakan oleh rezim, justru merupakan hal yang paling tidak dianggap penting oleh warga sipil Tiongkok.
Pertumbuhan ekonomi telah lama menjadi prioritas kebijakan utama rezim Beijing, namun ketika perekonomian melambat, Xi Jinping justru menunjukkan perubahan dalam pemikiran strategis partai, yang memprioritaskan otonomi ekonomi dan “keamanan nasional” dibanding dengan kebutuhan untuk menumbuhkan ekonomi murni.
Di bawah kepemimpinan Xi Jinping, “roh” keamanan nasional menjadi seakan berada di mana-mana dan menjadi prinsip panduan pihak berwenang dalam pengambilan keputusan. Dalam pertemuan pertama Komite Keamanan Nasional pada 30 Mei tahun ini, Xi Jinping menyatakan bahwa masalah keamanan nasional yang dihadapi pemerintah sekarang menjadi jauh lebih kompleks dan sulit. Jadi semua pihak perlu bersiap-siap untuk menghadapi ujian besar bahkan ganas.
Media internasional sering menggunakan istilah “Obsesi Keamanan” (Security Obsession) untuk menggambarkan serangkaian tindakan keamanan yang dilakukan Xi Jinping akhir-akhir ini. “Obsesi keamanan” ini telah menjadi suatu trauma psikis Xi Jinping sejak ia mengambil alih kekuasaan penuh lewat Kongres Nasional ke-20.
“Morning Consult” menemukan bahwa permasalahan dalam negeri Tiongkok dan pengaruhnya yang ditimbulkan juga berdampak terhadap sikap PKT yang melemah terhadap Barat.
Hasil jajak pendapat “Morning Consult” menunjukkan bahwa dari bulan April hingga Oktober tahun ini, proporsi warga dewasa Tiongkok yang menganggap Amerika Serikat adalah musuh atau negara yang tidak bersahabat terhadap Tiongkok telah turun sebesar 9 poin persentase, sementara proporsi dari warga yang tertarik dengan penyelesaian ketegangan militer antara Amerika Serikat dengan Tiongkok justru meningkat sebesar 6 poin persentase.
Laporan tersebut meyakini bahwa perubahan pandangan warga sipil Tiongkok dari keras menjadi lemah terhadap Amerika Serikat lebih disebabkan oleh kecemasan masyarakat terhadap kemerosotan ekonomi Tiongkok ketimbang soal perubahan geopolitik.
“Morning Consult” cukup rajin untuk melacak sentimen geopolitik dan sikap politik di seluruh dunia, melakukan survei bulanan terhadap sekitar 1.000 orang dewasa di Amerika Serikat dan Tiongkok dari pertengahan bulan Februari hingga awal Oktober tahun ini.
Posibilitas untuk meredakan situasi ketegangan AS – Tiongkok dalam jangka pendek terbatas
“Morning Consult” juga melaporkan hasil yang mereka buat berdasarkan penilaian terhadap risiko dan peluang yang dihadapi oleh perusahaan multinasional, investor, manajer aset, dan pembuat kebijakan di tengah berlanjutnya ketegangan antara AS dengan Tiongkok, juga dengan memanfaatkan analisis sentimen publik di kalangan pemilih Partai Demokrat dan Republik untuk memprediksi apa yang akan terjadi ketika AS semakin dekat menghadapi pemilu tahun 2024 untuk memprediksi arah yang mungkin ditempuh oleh kedua negara tersebut.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa posibilitas untuk meredakan situasi ketegangan AS – Tiongkok dalam jangka pendek sangat terbatas, terutama menjelang pemilihan presiden AS pada tahun 2024. Setelah tahun depan, Jika Partai Republik berhasil merebut banyak kursi di Kongres apalagi kalau kembali mendapatkan kursi presiden, maka hubungan ini sangat mungkin memburuk karena kepentingan politik dalam negeri. (sin)