oleh Yi Ru
Pemerintah Tiongkok akan memberlakukan pembatasan ekspor produk grafit (timbal hitam) mulai 1 Desember. Beberapa komentator percaya bahwa tindakan pengendalian yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok tersebut akan membuat Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara lain mempercepat pemisahan rantai pasokan mineral dari Tiongkok.
Kementerian Perdagangan Tiongkok pada Oktober tahun ini mengumumkan bahwa pihaknya akan membatasi ekspor beberapa produk grafit yang awalnya berada dalam pengawasan sementara mulai 1 Desember 2023.
Pemerintah Tiongkok mengklaim bahwa tindakan pengendalian tersebut “tidak menargetkan negara atau wilayah tertentu” dan bertujuan untuk “menjamin keamanan dan stabilitas rantai pasokan global dan rantai industri”. Selain itu, pemerintah Tiongkok juga mengklaim bahwa langkah ini dimaksudkan untuk menjaga keamanan dan kepentingan nasional.
Ye Yaoyuan, ketua profesor studi internasional di Universitas St. Thomas Amerika Serikat mengatakan : “Amerika Serikat semestinya adalah negara yang paling terkena dampaknya, karena Amerika Serikat sedang memproduksi kendaraan listrik dalam jumlah besar. Konsekuensinya dari pembatasan ini adalah perlambatan kecepatan produksi kendaraan listrik negara asing. Di sisi lain, hal ini juga mengartikan bahwa di masa lalu AS mungkin sangat bergantung pada grafit yang diproduksi Tiongkok. Jadi pembatasan ekspor grafit ini otomatis dapat berpengaruh terhadap kapasitas produksi kendaraan listrik AS.”
Tiongkok adalah produsen dan eksportir grafit terbesar di dunia, menyediakan 67% grafit alam dunia. Grafit adalah salah satu bahan baku utama pembuatan baterai litium untuk kendaraan listrik, lebih dari 90% di antaranya dimurnikan di Tiongkok.
Su Tzu-yun, Direktur Institut Strategi dan Sumber Daya Institut Penelitian Pertahanan dan Keamanan Nasional Taiwan mengatakan : “Bahan grafit ini memiliki banyak kegunaan, termasuk untuk industri chip berteknologi tinggi dan industri tenaga listrik. Bahkan bahan pun dapat menggunakan grafit. Yang kedua, pemerintah Tiongkok kini menganggap produk ini sebagai produk ekspor yang dikendalikan, artinya, ini adalah salah satu tanggapan pemerintah Tiongkok terhadap kendali teknologi AS. Jadi ini sama juga dengan serangan balik Tiongkok terhadap pemberlakuan pembatasan ekspar chip canggih AS, juga pengaturan tentang teknologi tinggi lainnya”.
Data bea cukai Tiongkok menunjukkan bahwa Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, dan India merupakan pembeli terbesar grafit Tiongkok. Serangkaian tindakan pengendalian ekspor yang dilakukan Tiongkok tidak diragukan lagi akan berdampak negatif terhadap output perusahaan-perusahaan terkait dan pasar internasional.
Ye Yaoyuan mengatakan : “Konflik perdagangan berpotensi meningkat. Saat ini, beberapa bahan mentah dari Tiongkok mungkin masih dapat diekspor ke Amerika Serikat. Namun, jika Amerika Serikat nantinya menganggap bahwa mereka memiliki cara untuk mengendalikannya, atau masih bisa bertahan meski tidak membeli produk dari Tiongkok, maka bukan tidak mungkin dalam waktu singkat AS langsung menjatuhkan sanksi dalam jumlah besar terhadap Tiongkok”.
Para ahli menunjukkan bahwa langkah-langkah pengendalian yang dilakukan pemerintah Tiongkok juga akan mendorong industri untuk mempercepat pencarian bahan alternatif pengganti grafit.
“Di sektor tanah jarang, misalnya, ternyata Vietnam langsung naik menjadi pengganti Tiongkok dalam ekspor tanah jarang. Sama halnya di sektor grafit, negara-negara lain juga memiliki bahan mentah atau produk setengah jadi dari bahan tersebut, memang kontrol ekspor grafit Tiongkok dalam jangka pendek pasti berdampak terhadap pasar internasional termasuk Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa, bahkan Taiwan, namun efektivitasnya tidak besar,” kata Su Tzu-yun.
Jepang saat ini mengimpor sebagian besar grafitnya dari Tiongkok. Pemerintah Jepang mengatakan bahwa pihaknya sedang mempelajari sejauh mana dampak tindakan pengendalian ekspor grafit terhadap perusahaan-perusahaan Jepang. Selain itu, Jepang berusaha mendorong diversifikasi rantai pasokan.
Su Tzu-yun mengatakan : “PKT sudah mulai mengontrol ekspor tanah jarang sejak tahun 2012. Negara-negara Barat telah memperhatikan bahwa PKT mungkin menganggap tanah jarang atau logam langka ini sebagai senjata strategis. Jadi hal pertama yang dilakukan adalah negara-negara ini bekerja sama dalam teknologi daur ulang ini untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya. Hal kedua adalah mencari negara mitra baru, ternyata negara-negara seperti Vietnam, Indonesia, India, bahkan beberapa negara Afrika juga memiliki tambang tanah jarang.”
Pemerintah Korea Selatan juga melakukan penelitian dan penilaian terhadap kontrol ekspor grafit Tiongkok untuk menghindari gangguan pada rantai industri baterai litium.
Pemerintah Korea Selatan juga telah merumuskan rencana jangka menengah dan panjang untuk mencari sumber daya alternatif di daerah penghasil grafit seperti Tanzania dan Mozambik, yang memiliki tambang grafit, dan untuk mengembangkan alternatif seperti bahan anoda berbasis silikon.
Ye Yaoyuan mengatakan : “Menanggapi larangan ekspor grafit Tiongkok ini, Amerika Serikat mungkin akan mengusulkan sanksi terhadap beberapa teknologi lainnya yang dibutuhkan Tiongkok. Sama seperti jika Anda melarang ekspor barang-barang yang kami butuhkan, maka kami juga akan melarang ekspor barang-barang yang Anda perlukan. Jadi AS juga dapat menolak memberikan bantuan pada industri yang dibutuhkan Tiongkok. Saya pikir AS akan mengambil tindakan yang sesuai.”
Su Tzu-yun mengatakan bahwa rantai pasokan internasional saat ini tidak seimbang, dan PKT adalah pemrakarsa sebenarnya. (sin)