oleh Song Tang, Yi Ru
Diplomasi Partai Komunis Tiongkok (PKT) sedang membentuk sebuah model baru yang merusak stabilitas global. Otoritas PKT berpura-pura mendukung penyelesaian konflik secara damai, namun nyatanya mereka menghasut Timur Tengah, negara yang paling tidak stabil di dunia untuk anti-Amerika Serikat.
Di satu sisi, PKT menggunakan retorika kemanusiaan yang abstrak untuk menggambarkan dirinya sebagai pembawa pesan perdamaian, tetapi di sisi lain, PKT mendorong kekuatan dalam dan luar negeri untuk menentang Israel. Di satu sisi, PKT berpura-pura menjadi pihak yang “netral”, tetapi di sisi lain, PKT mendukung Hamas. Di satu pihak, PKT menggunakan apa yang mereka sebut sebagai kolonialisme untuk menjelaskan mengenai perang Israel – Hamas yang terjadi pada beberapa puluh tahun silam, tetapi di pihak lain, PKT tidak mau menyebutkan serangan teroris yang nyata-nyata dilakukan Hamas. Di satu sisi PKT mengusulkan “rencana perdamaian” abstrak yang tidak akan pernah bisa diwujudkan, tetapi di sisi lain ia menentang rencana konkrit dan layak yang diusulkan oleh Amerika Serikat.
Para ahli mengatakan bahwa dengan bermuka dua dalam menghadapi konflik Israel – Hamas PKT sedang memperlihatkan kepada dunia tujuan sebenarnya adalah untuk menghadapi Amerika Serikat, dan ingin mengobarkan api guna memperburuk ketidakstabilan dunia dengan membentuk aliansinya sendiri.
Perilaku aneh PKT
Sejak Hamas melancarkan serangan terhadap Israel pada 7 Oktober tahun ini, PKT hanya menyampaikan pernyataan-pernyataannya yang sangat umum, seperti “menentang dan mengutuk semua kekerasan dan serangan terhadap warga sipil”, tetapi PKT dengan sengaja menghindari mengutuk langsung Hamas yang melakukan serangan teroris terhadap warga Israel. Sedangkan kekejaman inilah yang memicu perkembangan krisis yang terjadi saat ini.
Dalam beberapa pernyataan PKT, nama organisasi militan Hamas bahkan tidak disebutkan, melainkan diganti dengan “Gerakan Perlawanan Islam Palestina”.
Ketika ditanya mengapa PKT menolak untuk menyebutkan kata Hamas, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengatakan bahwa pihak PKT membela keadilan dan menentang “semua serangan kekerasan”.
Namun di internet dan media pemerintah yang sangat disensor, PKT malahan menyebarluaskan sentimen permusuhan terhadap Israel. Dan dalam pernyataan resmi Tiongkok sama sekali tidak menyebutkan Hamas, organisasi yang bertanggung jawab atas serangan mematikan terhadap Israel pada 7 Oktober itu.
Seiring dengan berlangsungnya perang, PKT semakin secara terbuka mengadopsi sikap pro-Palestina. Pada 14 Oktober tahun ini, Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi malah menyebut bahwa tindakan Israel telah melampaui lingkup pembelaan kepentingan diri.
Pada 25 Oktober tahun ini, duta besar Tiongkok untuk PBB memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan yang diusulkan oleh Amerika Serikat dengan alasan bahwa rancangan tersebut menghindari isu kenegaraan Palestina.
Pada 30 Oktober, duta besar Tiongkok meminta Israel untuk mencabut pengepungan terhadap Gaza, tetapi tidak menyebut Hamas atau meminta Hamas untuk membebaskan sandera Israel.
PKT mendukung Hamas dengan cara yang begitu menonjol, namun PKT tidak bersedia mengambil tanggung jawab apa pun untuk mencapai perdamaian dan mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Iran adalah pendukung keuangan dan pemasok senjata yang berada di belakang Hamas.
Sebenarnya PKT dapat memanfaatkan pengaruhnya mendesak Iran untuk meredakan konflik atau paling tidak mencegahnya agar tidak meruncing. Sama seperti awal tahun ini, Tiongkok menggunakan pengaruh ekonominya untuk mendorong mencairnya hubungan antara Arab Saudi dengan Iran.
Dalam konferensi pers pada 13 Oktober, Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi secara terbuka menyatakan dukungan PKT kepada Hamas. (Odd Andersen/AFP)
Pemerintah Tiongkok juga dapat bekerja sama dengan Mesir, mitra politik dan ekonomi dekat lainnya untuk meringankan krisis kemanusiaan di Gaza yang disebut-sebutkan telah menjadi perhatian besar pihaknya. Namun kecuali sebagai ungkapan basa-basi, PKT tidak berbuat apa pun.
Tiongkok yang sangat bergantung pada impor energi dari Timur Tengah, hanya memandang krisis dari sudut pandang ekonomi saja. Bisa jadi jika konflik Gaza berkembang menjadi perang regional itu dianggap sebagai bencana bagi Tiongkok.
Masih sama seperti sebelumnya, Amerika Serikat adalah target perlawanan sebenarnya dari Partai Komunis Tiongkok : Beijing berharap melemahkan status Amerika Serikat sebagai pemimpin dunia dengan menyalahkan Washington atas timbulnya konflik Israel – Hamas.
PKT memanfaatkan medianya “Global Times” untuk mengklaim bahwa kekuatan pendorong utama yang berada di balik konflik Israel – Hamas adalah akibat dari “marginalisasi isu Palestina oleh Amerika Serikat beserta negara-negara Eropa”. dan sebagian merupakan akibat dari “kolosialisasi Barat yang diperparah oleh kebijakan Timur Tengah Amerika Serikat yang berbias”.
Shen Ming-Shih Ph.D : Partai Komunis akan selalu mengejar kepentingannya sendiri
Shen Ming-Shih, peneliti dan direktur Institut Penelitian Pertahanan dan Keamanan Nasional Taiwan mengatakan kepada media “Epoch Times” bahwa netralitas, seperti yang kita semua ketahui, adalah suatu tindakan yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak atau menjaga stabilitas regional. Namun netralitas yang dianut Partai Komunis Tiongkok bukanlah menjaga stabilitas, melainkan suatu harapan yang dapat didayagunakan untuk menggapai kepentingannya sendiri.
Ia menyatakan, partai Komunis akan selalu mengejar kepentingannya sendiri, tidak akan menjaga perdamaian dunia berdasarkan moralitas dan cita-cita. Partai Komunis ingin mendapatkan kepentingannya sendiri dari konflik dan gejolak regional. Di sisi lain, PKT menharapkan hal ini didengar oleh Amerika Serikat untuk menghindari tanggung jawab atas dukungannya kepada Hamas yang bakal dituntut oleh Amerika Serikat.
Shen Ming-Shih percaya bahwa Rusia tidak berhasil memperoleh keuntungan dalam perang Eropa itu lantaran Rusia gagal membendung Amerika Serikat atau NATO, sehingga memaksa Tiongkok (PKT) mencari cara untuk menimbulkan masalah bagi Amerika Serikat, yaitu melalui isu konflik di Timur Tengah. Karena pemilihan presiden Amerika Serikat akan segera diadakan dan kelompok Yahudi mempunyai pengaruh terhadap pemilihan presiden Amerika Serikat, Partai Komunis Tiongkok beranggapan bahwa hanya konflik di Timur Tengah yang dapat mengalihkan fokus Amerika Serikat.
Shen Ming-Shih Ph.D. (disediakan oleh Shen Ming-Shih Ph.D)
Selain itu , Konflik di Timur Tengah ini jelas memberi keuntungan baik bagi Tiongkok maupun Rusia. Rusia ingin memanfaatkan fakta saat Amerika Serikat disibukkan oleh isu Timur Tengah ini untuk mengubah situasi perang dengan meningkatkan serangannya terhadap Ukraina. Sedangkan Partai Komunis Tiongkok ingin menjerumuskan Amerika Serikat ke dalam konflik yang terjadi di Timur Tengah guna mengurangi tekanannya sendiri, atau sebagai sarana untuk memaksa Amerika Serikat mengalah ketika bernegosiasi dengan Tiongkok”.
Shen Ming-Shih mengatakan bahwa ketika perang baru pertama kali pecah, PKT masih memiliki beberapa keraguan dan belum berani memberikan reaksi yang keras, mungkin itu karena belum memperoleh konsensus bersama di internal partai. Belakangan, reaksinya berangsur-angsur berubah keras, karena ia menempatkan Amerika Serikat sebagai akar penyebab konflik antara Israel dengan Hamas.
Bagi Sheng Ming-Shih, Tetapi faktanya, konflik antara Israel dengan Hamas kali ini tidak ada hubungannya dengan Amerika Serikat. Tetapi PKT menggunakan dukungan historis terhadap gerakan Zionis oleh Amerika Serikat dan Inggris sebagai alasan untuk memperuncing konflik, menciptakan tekanan terhadap Amerika Serikat.”
Dia mengatakan bahwa Tiongkok dulunya memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Israel, namun kini Tiongkok sudah terang-terangan memihak Hamas dengan mengabaikan perasaan Israel. Hal ini menunjukkan bahwa hal yang diutamakan Tiongkok adalah anti-Amerika Serikat. Demi kepentingan untuk anti-Amerika Serikat, PKT tidak lagi peduli dapat merusak hubungannya dengan Israel. Kemudian menghimbau negara-negara Islam untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Ini adalah suatu keputusan yang telah diperhitungkan dengan cermat, bukanlah suatu kontradiksi semata.
“Jika Tiongkok (PKT) ingin melampaui Amerika Serikat atau melawan Amerika Serikat, Tiongkok membutuhkan dukungan Rusia, Iran, negara-negara Islam, Korea Utara, Taliban atau bahkan Afghanistan. Tentu saja PKT bermaksud menyuap dan menarik negara-negara tersebut untuk ikut bersamanya melawan Amerika Serikat, selain juga berharap kepada negara-negara tersebut untuk menyesuaikan kebijakan mereka agar seirama dengan tindakan PKT dalam membendung Amerika Serikat pada saat yang diperlukan”.
Adakah konsekuensi dari melakukan hal ini ? “Jelas !” kata Shen Ming-Shih. Pertama-tama, hal ini semakin menyoroti kerja sama antara PKT dengan negara-negara poros jahat, membuat semakin banyak negara demokratis menjadi semakin waspada dan berjaga-jaga. Sedangkan Amerika Serikat juga akan mengambil tindakan pembalasan, modal asing akan semakin deras mengalir keluar dari Tiongkok, yang pada gilirannya akan berdampak besar terhadap diplomasi dan perekonomian Tiongkok.
“Selain itu, negara-negara seperti Israel atau Ukraina yang sebelumnya berhubungan sangat baik dengan Tiongkok. Kali ini, dengan melihat PKT berdiri di pihak lawan, hal ini pasti akan mempengaruhi hubungan mereka di masa mendatang. Jika di kemudian hari PKT mengambil tindakan radikal di kawasan Indo-Pasifik, tentu saja Israel atau Ukraina juga akan berdiri di pihak Amerika Serikat”.
Song Guo-Cheng : Retorika diplomatik
Song Guo-Cheng, seorang peneliti di Pusat Penelitian Hubungan Internasional Universitas Nasional Chengchi Taiwan, mengatakan kepada media “Epoch Times” bahwa kebijakan luar negeri Tiongkok tidak pernah netral. Itu hanyalah semacam kemasan atau retorika diplomatik. Itu adalah netralitas yang bermanfaat bagi Partai Komunis Tiongkok sendiri dan tidak ada hubungannya dengan politik internasional. Padahal netralitas sebenar-benarnya adalah tindakan yang memperhatikan kepentingan semua pihak.
“Rencana yang diusulkan oleh Partai Komunis Tiongkok, baik itu solusi dua negara atau penghormatan terhadap hak kenegaraan Palestina untuk menjadi negara, untuk kelangsungan hidup, atau hak kepulangan, pada dasarnya PKT menggunakan klaim ini untuk menentang berbagai rencana dan tindakan perdamaian AS di Timur Tengah. Intinya tak lain adalah anti-Amerika Serikat. Partai Komunis Tiongkok bersedia mengambil tindakan apa pun selama itu dapat mencapai efek anti-Amerika Serikat”.
Timur Tengah telah lama anti-Amerika Serikat dan merupakan tempat peperangan. Kekerasan ini menyerang Amerika Serikat. Tentu saja, PKT akan memanfaatkan kesempatan ini sepenuhnya demi menggapai kepentingannya sendiri”.
Song Guo-Cheng. (disediakan oleh Song Guo-Cheng)
Song Guo-Cheng mengatakan bahwa dalam isu perang Rusia – Ukraina, PKT juga berpura-pura netral tetapi pada kenyataannya mendukung Rusia. Jika Rusia bisa memenangkan perang, maka di satu sisi selain berhasil menguras kekuatan negara-negara NATO, di lain sisi akan melemahkan pengaruh Amerika Serikat di negara-negara Eropa.
Dia mengatakan bahwa PKT berusaha menghalangi berbagai rencana perdamaian yang diusulkan oleh Amerika Serikat selama bertahun-tahun, termasuk Perjanjian Abraham di era Trump, dan upaya Amerika Serikat baru-baru ini untuk mempromosikan hubungan diplomatik formal antara Arab Saudi dengan Israel. Terhadap ambisi PKT, ia hanya bisa mengatakan bahwa ambisinya adalah jurang yang berkedalaman tanpa batas, sesuatunya dapat terjadi di luar dugaan sehat Anda.
“PKT yang begitu gencarnya menentang Amerika Serikat tentunya akan menghabiskan banyak kekuatan nasionalnya. Karena pertempuran dan pelatihan juga membutuhkan dana, konfrontasi saja sangat mahal. Uni Soviet adalah contoh paling sederhana. Setelah lama memperjuangkan hegemoni dengan Amerika Serikat, perekonomiannya merosot. kemudian jatuh pailit. Terlihat besar tetapi ompong. PKT telah menghabiskan begitu banyak kekuatan nasionalnya dalam konfrontasinya dengan negara-negara Barat. Sekarang PKT kehilangan devisanya USD. 30 miliar setiap tahunnya”.
“Jika PKT masih memilih untuk menghadapi negara-negara Barat dengan cara demikian, itu berarti PKT ingin menghancurkan diri sendiri. Karena hanya perdamaian yang mampu mendatangkan kesejahteraan, konfrontasi pasti akan menguras kekuatan nasional, sehingga perilaku seperti ini selain merugikan orang lain juga merugikan diri sendiri. Tentu saja. ini tidak baik bagi Tiongkok.”.
Mengenai tuduhan PKT bahwa Amerika Serikat adalah sumber konflik, Song Guo-Cheng menjelaskan bahwa PKT memutarbalikkan sejarah dengan menuduh kolonialisme dan mendorong alasan sebenarnya dari kenyataan jauh ke dalam sejarah. Ini adalah cara Partai Komunis Tiongkok mempermainkan sejarah demi menutupi realitas konflik regional.
Zhong Zhi-dong : Mikrokosmos persaingan global antara Amerika Serikat dengan Tiongkok
Zhong Zhi-dong dari Institut Penelitian Pertahanan dan Keamanan Nasional Taiwan mengatakan kepada media “Epoch Times”, bahwa kecenderungan PKT mendukung Hamas kali ini tidak berarti PKT mempunyai strategi Timur Tengah yang baru. Ketika KTT Tiongkok – Arab pada tahun 2022, Tiongkok (PKT) telah menekankan bahwa ia akan membantu negara-negara Timur Tengah dalam mencapai kemerdekaan strategis, dan menentang intervensi kekuatan eksternal. Sesungguhnya yang dimaksudkan dalam ucapannya itu adalah Amerika Serikat meskipun tanpa menyebutkan namanya.
“Partai Komunis Tiongkok menggunakan sikap kemanusiaan terselubung untuk mengutuk serangan Israel terhadap warga sipil Palestina. Ini jelas bukan sikap kemanusiaan yang baik. Ini murni merupakan reaksi yang muncul berdasarkan pemikiran persaingannya dengan Amerika Serikat, kemudian berharap dengan ini untuk menarik simpati dari negara-negara Muslim”.
Dia mengatakan bahwa dalam situasi konfrontasi dengan Amerika Serikat saat ini, Partai Komunis Tiongkok pasti akan dengan segala upaya menentang Amerika Serikat. Di tempat yang terjadi konflik, ia akan berdiri di pihak yang berlawanan dengan Amerika Serikat untuk menonjolkan pengaruh internasionalnya.
Zhong Zhi-dong. (disediakan oleh Zhong Zhi-dong)
“Hal ini juga dapat dilihat dari laporan PBB bahwa Tiongkok pada dasarnya secara aktif merayu beberapa negara berkembang sebagai cara untuk menantang Amerika Serikat dan Eropa”.
“Operasi semacam ini dapat dilihat dalam konflik Israel – Palestina dan perang Rusia – Ukraina. Dengan merayu negara-negara berkembang, melalui Inisiatif Belt and Road, BRICS, dan Shanghai Cooperation Council, mereka telah membentuk panggungnya sendiri untuk bersaing dengan Amerika Serikat. Dan hingga batas tertentu, konflik Israel – Hamas merupakan mikrokosmos dari persaingan global antara Amerika Serikat dengan Tiongkok”.
Zhong Zhi-dong mengatakan bahwa saat ini Tiongkok jelas-jelas berpihak kepada Hamas, yang pasti akan merugikan hubungan Tiongkok – Israel. Tapi Tiongkok pasti sudah melakukan pertimbangannya. Meskipun hubungannya dengan Israel akan rusak, tetapi citra dan pengaruhnya terhadap sebagian besar negara-negara Arab pasti akan bertambah baik. PKT pasti sudah mempertimbangkan bahwa dirinya bisa mendapat dukungan yang lebih besar dari dunia Arab sebelum membuat pilihan tersebut.
Zhong Zhi-dong mengatakan bahwa salah satu masalah terbesar antara Amerika Serikat dan dunia Arab adalah dukungan Amerika Serikat terhadap Israel, yang dapat membatasi perkembangan hubungannya dengan negara-negara di dunia Arab. Hal ini jelas merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh peluang untuk menggapai kepentingannya.
Namun negara-negara Arab masih bisa tetap bersatu dengan Amerika Serikat, karena di negara-negara Arab terdapat persaingan antara Sunni dan Syiah. Syiah didominasi oleh Iran. Negara-negara Arab di Timur Tengah memiliki kontradiksi dan konflik dengan Iran. Sedangkan Amerika Serikat menempatkan Iran sebagai penantang keamanan utama di Timur Tengah. Hal ini juga memberikan peluang bagi Amerika Serikat untuk melakukan intervensi dalam persaingan antar negara di Timur Tengah. (sin)