oleh Li Haoyue
Pada Senin (13 November), Presiden AS Joe Biden dan Presiden RI Joko Widodo bertemu di Gedung Putih untuk menyepakati peningkatan hubungan antara keduanya negara dengan menjalin kemitraan strategis yang komprehensif. Ini merupakan level tertinggi dalam hubungan diplomatik Indonesia dan kerja sama di berbagai bidang seperti mineral, iklim, energi, jaringan digital, pendidikan, dan pertahanan dengan Amerika Serikat.
Biden dan Jokowi mengadakan diskusi awal mengenai satu kesepakatan pertambangan besar untuk kerjasama dalam bidang energi dan mineral berkelanjutan dan menandatangani Memorandum of Understanding (MOU). Demi mengekang ketergantungannya pada Tiongkok, pemerintahan Biden terus berupaya memperluas perdagangan mineral dengan negara-negara Asia Tenggara.
“Sebagai negara yang kaya akan sumber daya “Critical Minerals” dan potensi energi hijau, Indonesia dapat menjadi mitra penting bagi Amerika Serikat”, kata Widodo dalam pidatonya di Universitas Georgetown di Washington sebelum bertemu Joe Biden.
Jokowi mengatakan : “Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Potensi energi hijau mencapai 3.600 gigawatt, merupakan potensi yang sangat besar yang dapat dikembangkan oleh Indonesia bersama Amerika Serikat”.
Media “Nikkei Asia” yang mengutip ungkapan dari seorang pejabat senior AS memberitakan bahwa diskusi mengenai “Critical Minerals” hanyalah tahap pertama dan akan memerlukan waktu sebelum menegosiasikan perjanjian perdagangan bebas terbatas yang memungkinkan penggunaan kendaraan listrik berbahan nikel Indonesia dan menikmati subsidi yang diberikan. di bawah IRA.
Undang-Undang Pengurangan Inflasi (Inflation Reduction Act. IRA) Amerika Serikat memberikan subsidi tertinggi hingga USD. 7.500,- untuk pembelian setiap kendaraan energi ramah lingkungan baru. Namun tawaran tersebut bergantung pada apakah mineral berkelanjutan tersebut berasal dari Amerika Serikat atau dari negara-negara yang memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan Amerika Serikat, seperti Kanada dan Australia.
Indonesia telah berupaya untuk menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Amerika Serikat untuk memenuhi persyaratan tersebut.
Pejabat pemerintah AS mengatakan : “Indonesia memiliki banyak sumber daya penting seperti kemampuan daur ulang, baterai, semikonduktor yang sangat dibutuhkan bagi perekonomian otomotif abad ke-21”. Pejabat tersebut juga menambahkan : “Kami sangat berharap dapat memulai proses kerjasama dengan Indonesia yang akan membawa kita pada pembentukan kemitraan penting di bidang ini”.
Gedung Putih menyatakan bahwa Amerika Serikat dan Indonesia berencana bekerja sama untuk menciptakan rantai nilai semikonduktor global yang lebih tangguh, aman, dan berkelanjutan serta mendiversifikasi ekosistem semikonduktor global. Amerika Serikat juga bermaksud menggandeng asosiasi industri untuk memimpin delegasi perdagangan dan perusahaan semikonduktor Amerika Serikat ke Indonesia.
Namun, sejumlah anggota parlemen AS telah menyatakan keprihatinan mereka mengenai isu-isu termasuk ketergantungan industri pertambangan Indonesia dari investasi Tiongkok. (sin)