Zhong Yuan
Baik perekonomian Korsel maupun Jerman keduanya terjebak dalam kesulitan yang sama. Pakar mengatakan, itu karena kedua negara ini terlalu bergantung pada ekspor dari Tiongkok. Melambatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok secara langsung berdampak pada melesunya ekonomi Korsel maupun Jerman. Pakar mengingatkan agar perekonomian Taiwan tidak bergantung pada perekonomian Tiongkok.
Ekonomi Korsel yang terlalu bergantung pada ekspor dari Tiongkok telah terkena dampak dari terpuruknya ekonomi Tiongkok, menyebabkan ekspor Korsel semakin memburuk. Ekspor terhadap Tiongkok sempat menjadi surplus perdagangan terbesar bagi Korsel, namun tahun ini telah berubah menjadi defisit terbesar. Bank investasi global seperti JPMorgan Chase & Co telah memprediksi, rasio pertumbuhan ekonomi Korsel tahun depan akan mengalami stagnasi sekitar 1% sebagai kelanjutan dari tahun ini.
Komentator sekaligus mantan Dekan Fakultas Hukum Kainan University (KNU) Taiwan yakni Zhang Zhengxiu mengatakan kepada Epoch Times, rasio pertumbuhan ekonomi Korsel akan dilampaui oleh Jepang. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tanggal 19 September lalu mengumumkan, rasio pertumbuhan ekonomi Korsel tahun ini diprediksi sekitar 1,5% saja, sementara pertumbuhan ekonomi Jerman diprediksi sekitar -0,2% atau mengalami pertumbuhan negatif. Perekonomian Jerman terlalu terpusat pada sektor manufaktur, khususnya industri kendaraan bermotor. Menurut Korea International Trade Association (KITA), dari total ekspor Jerman tahun lalu, industri otomotif mencapai 10,6% dan lesunya penjualan otomotif secara langsung berdampak pada perlambatan ekonomi.
Foto arsip: komentator juga mantan Dekan Fakultas Hukum Kainan University (KNU) Zhang Zhengxiu. (VoA)
Menurut data KITA, tahun 2018 skala surplus perdagangan Korsel terhadap Tiongkok menduduki posisi teratas dari surplus perdagangan terhadap negara lain, yakni sebesar 55,636 milyar dolar AS, dan di tahun 2019 skala surplus perdagangan tersebut turun ke posisi kedua, lalu di tahun 2020 dan tahun 2021 turun ke posisi ketiga. Sementara di tahun 2022 anjlok ke posisi ke-22, yakni hanya sebesar 1,213 milyar dolar AS saja.
Zhang Zhengxiu mengatakan, struktur perekonomian Korsel sangat menyerupai Jerman, Korsel juga sangat bergantung pada industri tertentu secara berlebihan, khususnya semikonduktor. Ekspor semikonduktor tahun 2020 sebesar 19,4% dan tahun 2021 meningkat menjadi 19,9%. Kemakmuran semikonduktor telah mendorong peningkatan surplus perdagangan Korsel. Akan tetapi, ekspor semi konduktor antara Januari hingga Agustus tahun ini telah merosot hingga level 14%, dan sejak Oktober tahun lalu ekspor semikonduktor terus menurun dari bulan ke bulan, ini adalah salah satu faktor merosotnya ekspor semikonduktor.
Zhang Zhengxiu menjelaskan, tingginya ketergantungan Korsel dan Jerman terhadap perekonomian Tiongkok sangat mirip. Berdasarkan statistik perdagangan PBB, pada total nilai ekspor Jerman tahun lalu PKT menduduki peringkat ketiga. Sedangkan pada total nilai ekspor Korsel, rasio PKT adalah sebesar 22,8% yang bahkan jauh melampaui AS di peringkat kedua yang hanya 16,1% saja. Meskipun selama Januari hingga Agustus tahun ini rasio tersebut telah turun hingga 19,7% namun itu adalah karena lesunya perekonomian Tiongkok yang telah berdampak serius terhadap ekspor Korsel, dan bukan disebabkan oleh diversifikasi ekspor Korsel.
“Korsel dan Jerman saling bersimpati atas kesulitan yang dialaminya, industri terlalu bergantung pada Tiongkok yang akibatnya membuat keduanya ikut terpuruk.” Zhang Zhengxiu mengatakan, mantan Kanselir Jerman yakni Angela Merkel telah membuat seluruh perekonomian Jerman merapat dan mengandalkan PKT dan Rusia, inilah yang menyebabkan stagnasi dan resesi pada perekonomian Jerman. Zhang Zhengxiu memperingatkan Taiwan walaupun belakangan ini ketergantungan terhadap Tiongkok telah banyak berkurang, namun ketergantungan ekonomi terhadap Tiongkok masih sangat dalam. Ia juga memperingatkan risiko berinvestasi pada Tiongkok, karena PKT tidak ada hukum dan HAM, bahkan konsep demokrasi pun tidak ada.
Wakil Presiden Taiwan Lai Ching-Te sekaligus Ketua Umum Partai Progresif Demokrat (DPP) Taiwan ketika di seminar di National Chengchi University (NCU) pada 16 Mei lalu saat menjawab pertanyaan mahasiswa terkait apakah Taiwan terlalu bergantung pada perekonomian Tiongkok. Lai Ching-Te menjawab, investasi Taiwan yang terbanyak adalah di negara kawasan Indo-Pasifik, sudah sejak lama tidak menitik-beratkan di Tiongkok daratan. Tahun 2021 investasi di negara kawasan Indo-Pasifik mencapai 5,2 milyar dolar AS. Yang harus dilakukan oleh Taiwan sekarang, adalah meningkatkan industri agar perekonomian dapat bertransformasi, lalu produk yang dihasilkan dapat dijual ke seluruh dunia, inilah cetak biru pembangunan ekonomi Taiwan yang harus didorong di masa mendatang.
Zhang Zhengxiu mengingatkan, warga Taiwan tidak dapat percaya pada segala perkataan PKT, perlu diketahui komunis Tiongkok adalah negara diktator yang otoriter, belakangan ini banyak pejabat PKT ditangkap dengan tuduhan korupsi, sebenarnya pejabat korup harus diadili, tapi mereka tidak perlu mengadili, mereka menangkap siapapun yang ingin ditangkapnya.
Ia juga mengingatkan, PKT bisa berubah sekehendak hati, negara demokrasi sama sekali tidak bisa memahami negara komunis. Jadi AS harus melakukan restrukturisasi rantai pasokan dengan “desinifikasi”, akan lebih baik mencari negara yang lebih tidak bermasalah, misalnya kerjasama dengan India dan Vietnam, “rantai pasokan” telah menjadi prinsip utama bagi negara ekonomi demokratis seperti AS dan lain-lain.
Foto adalah Presiden Direktur SEEC Media Group Limited, Hsieh Chin-Ho. (Wu Minzhou/Epoch Times)
Presiden Direktur SEEC Media Group Limited Taiwan menulis di Facebook, warga Taiwan akan menjadi makmur karena membaiknya perekonomian Taiwan. Tahun 2003 rata-rata PDB Taiwan masih kalah 10.000 dolar AS dibandingkan dengan Korsel, hingga tahun 2022, rata-rata PDB Taiwan telah setara dengan Korsel bahkan dengan Jepang. Selain itu perusahaan Taiwan yang telah listing di bursa efek selama 8 tahun masa pemerintahan Presiden Ma, setiap tahun meraih keuntungan bersih antara 1,2 hingga 1,5 trilyun dolar Taiwan; hingga di masa pemerintahan Presiden Tsai terus menanjak menjadi 1,88 trilyun, lalu mencapai 2,19 trilyun dan di tahun 2022 telah mencapai 3,98 triliun, keuntungan perusahaan terus meningkat, nilai pasar mayoritas perusahaan yang go public terus melonjak, kekayaan pemegang saham pun ikut meningkat pesat. (sud/whs)