oleh Luo Ya
Laporan tahunan terbaru yang dirilis oleh Kongres AS berisikan penilaian sistematis terhadap tantangan yang dihadapi Amerika Serikat dari Partai Komunis Tiongkok dan ancaman dunia dari Partai Komunis Tiongkok. Laporan kemudian memberi rekomendasi kepada Kongres Amerika Serikat agar memperketat tinjauan terhadap investasi Partai Komunis Tiongkok di Amerika Serikat, dan terhadap pengajuan untuk memperoleh teknologi Amerika Serikat. Selain itu melakukan kerja sama dengan sekutu-sekutunya untuk menjaga tatanan ekonomi dan keamanan internasional.
Pada 14 November, Komisi Tinjauan Ekonomi dan Keamanan AS – Tiongkok (U.S. – China Economic and Security Review Commission. USCC) di bawah Kongres AS merilis laporan terbaru, dengan fokus pada perbedaan ekonomi dan militer antara AS dengan Tiongkok selama setahun terakhir.
Laporan tersebut menunjukkan, bahwa hubungan AS – Tiongkok telah mengalami pasang surut selama setahun terakhir, namun kenyataan mendasarnya adalah bahwa di tengah pasang surut tersebut, persaingan antara AS dengan Tiongkok semakin meningkat. Bahkan, secara khusus menunjukkan bahwa Partai Komunis Tiongkok terus menantang tatanan internasional yang ada dan berupaya membentuk tatanan baru untuk menghadapi sekutu demokratis lainnya yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
Dr. Cheng Chin-mo, Direktur Departemen Diplomasi dan Hubungan Internasional di Universitas Tamkang, Taiwan mengatakan : “Sampai batas tertentu, laporan tersebut merupakan suatu rangkuman pembelajaran dari interaksi Amerika Serikat dengan Partai Komunis Tiongkok selama periode waktu ini. Pemerintahan Biden yang secara khusus terus mendorong pertukaran kunjungan antar pejabat senior, namun laporan ini menunjukkan bahwa pertukaran kunjungan dan pembicaraan sebenarnya hanya mencapai hasil yang tidak seirama, dan PKT selalu melakukan keinginan mereka sendiri tanpa mau berkompromi. Apa yang disebut negosiasi atau dialog sebenarnya hanyalah penggunaan strategi, PKT tidak akan melakukan perubahan apa pun karena dialog, atau bahkan jika PKT menjanjikan sesuatu, juga tidak akan ditaati”.
Isi laporan menyatakan bahwa Partai Komunis Tiongkok berniat menegakkan hukumnya Partai Komunis Tiongkok di seluruh dunia, khususnya hukum pidana. Misalnya, Partai Komunis Tiongkok mengirimkan agen-agennya ke luar negeri untuk menganiaya dan mengancam para pembangkang, insiden di Kantor Polisi Luar Negeri New York pada bulan April tahun ini yang telah terungkap itu adalah salah satu kasus yang umum terjadi di AS.
Su Tzu-yun, Direktur Institut Strategi dan Sumber Daya Institut Penelitian Pertahanan dan Keamanan Nasional Taiwan mengatakan : “Model perilaku eksternal PKT, baik diplomasi, militer, atau bahkan politik mereka adalah menggunakan nilai-nilai PKT untuk membentuk sistem hukum internasional, tetapi karena hal ini bertentangan dengan kodrat manusia, sehingga sistem hukum PKT tidak memiliki legitimasi. Namun, PKT akan menggunakan berbagai cara diplomatik untuk membuat negara-negara tertentu menerima hukum luar negerinya. Jadi dalam hal ini, saya pikir Dewan Hubungan AS – Tiongkok sekarang sudah menyadari tipu muslihat PKT ini”.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa meskipun Tiongkok di dalam negeri menghadapi perlambatan ekonomi, dan di luar negeri menghadapi lingkungan internasional yang buruk, tetapi rezim Komunis Tiongkok selain tidak melakukan perubahan apa pun, tetapi juga menolak bekerja sama dengan Amerika Serikat dalam masalah keamanan nasional, ekonomi, atau perdagangan.
Cheng Chin-mo mengatakan : “Oleh sebab itu Kongres AS sangat khawatir bahwa pemerintahan Biden tidak mampu berpegang pada keuntungan saat ini dan tersesat dalam niat baik palsu PKT. Sedangkan terhadap Partai Komunis Tiongkok yang nyaris tidak peduli, tidak berupaya untuk mengurangi risiko perekonomian karena isu Selat Taiwan, tidak berupaya untuk mendapatkan pelonggaran terhadap beberapa sanksi atau larangan yang menghambat perekonomian Tiongkok. Hal ini membuat Kongres khawatir terhadap jebakan yang dibuat PKT, yang mana selain sangat merugikan kepentingan Amerika Serikat, tetapi juga dunia”.
“Tiongkok sekarang mungkin berada di ambang krisis ekonomi terburuk dalam 40 tahun terakhir”, tulis laporan itu. “Kinerja buruk ini menimbulkan keraguan masyarakat terhadap kemampuan manajemen ekonomi Partai Komunis Tiongkok”.
Saat ini masyarakat dan dunia usaha di Tiongkok telah kehilangan kepercayaan terhadap klaim pemerintah bahwa mereka dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan stabil. Masyarakat lebih memilih menabung dibandingkan melakukan konsumsi atau investasi.
Cheng Chin-mo mengatakan : “Hanya pada sisi politiknya yang membuat saya yakin bahwa pertikaian internalnya sangat sengit. Namun di sisi ekonomi kita semua tahu, bahwa seluruh ‘Troika’ nyaris runtuh. PKT sebenarnya telah jatuh ke dalam perangkap deflasi yang serius, bahkan disebut stagnasi neraca, sehingga permasalahan perekonomian tidak lebih kecil dari permasalahan politiknya”.
Laporan tersebut juga menemukan bahwa pemerintah Tiongkok masih mempunyai permasalahan struktural seperti beban utang yang sangat besar, melonjaknya pengangguran kaum muda, lemahnya industri real estate dan infrastruktur, serta kecilnya permintaan dalam negeri dan lainnya. Namun, pemerintah Tiongkok hampir tidak mengambil langkah-langkah yang lebih efektif untuk mengubah status quo, bahkan semakin enggan untuk melonggarkan kendalinya terhadap perekonomian.
Su Tzu-yun mengatakan : “Jadi menurut saya bahwa apa yang dikemukakan oleh Komite Hubungan AS – Tiongkok di Kongres kali ini mengenai : Jangan beranggapan bahwa ekonomi PKT ‘damai-damai saja’. Negara-negara Barat yang sudah terbiasa dengan menggunakan ekonomi untuk mengubah politik, mungkin sudah tidak efektif lagi untuk mengubah PKT, malahan pada gilirannya PKT akan memanfaatkannya untuk mengancam negara lain”.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Tiongkok secara agresif memperluas kekuatan militernya, secara aktif mengkonsolidasikan kemitraan militernya dengan Rusia, dan dengan penuh semangat mengembangkan teknologi-teknologi baru seperti kecerdasan buatan dalam upayanya untuk segera memodernisasi militernya.
Cheng Chin-mo mengatakan : “Terutama dalam perlombaan senjata dengan Amerika Serikat. Meskipun PKT menghadapi apa yang disebut krisis internal dan eksternal, tetapi ia masih memperluas militernya, terutama di bidang AI dan kecerdasan buatan. PKT berharap dalam teknologi dapat menyalip AS dan memimpin dunia, ini adalah ambisi Partai Komunis Tiongkok”.
Selain itu, laporan tersebut juga menyebutkan bahwa PKT terus melakukan pengrusakan terhadap demokrasi di Hongkong, selain berupaya mempengaruhi pemilu Taiwan. Sejak awal tahun ini, militer Tiongkok terus melakukan provokasi di udara dan perairan sekitar Selat Taiwan. (sin)