Pinnacle View
Perundingan pemimpin AS (Amerika Serikat) dan RRT (Republik Rakyat Tiongkok) pada pertengahan November lalu dilangsungkan di San Francisco, ini merupakan perundingan tingkat tertinggi antara pihak AS dan RRT dalam setahun terakhir. Sebelum KTT kali ini banyak pejabat tinggi AS telah berkunjung ke Beijing, tampaknya berharap agar dapat terus berkomunikasi dengan pihak RRT, itu sebabnya banyak orang berpendapat dalam KTT kali ini pihak AS akan lebih banyak mengalah, misalnya dalam hal sanksi iptek tingkat tinggi, atau pemberlakuan tarif tertentu terhadap RRT. Tetapi setelah perundingan ini berakhir, kalangan luar menemukan, secara kualitatif pihak AS tidak mengalah, sebaliknya justru pihak RRT telah menjanjikan hal-hal yang diinginkan AS. Maka, bagaimana arah perkembangan hubungan bilateral AS-RRT di masa mendatang?
Mengenali PKT; AS tidak Mengalah; KTT APEC AS-RRT tanpa Hasil
Pemimpin redaksi The Epoch Times Guo Jun menyatakan kepada Pinnacle View bahwa KTT APEC kali ini tadinya semua orang mengira kedua pihak AS dan RRT akan mengalah, misalnya AS akan menghapus sebagian tarif masuk bersifat penalti terhadap produk komersil asal Tiongkok, atau melonggarkan sebagian sanksi teknologi. Tetapi dalam pernyataan dari masing-masing pihak sama sekali tidak terlihat tanda-tanda AS mengalah, sebaliknya justru Beijing yang telah menjanjikan sejumlah syarat, misalnya pertukaran militer tingkat tinggi, dan pengendalian peredaran Fentanyl. Apalagi kedua pihak tidak melakukan pernyataan bersama, juga tidak ada konferensi pers bersama, melainkan masing-masing memberikan pernyataannya.
Sebelum KTT ini berlangsung PKT telah melontarkan pernyataan bahwa terkait masalah Taiwan adalah inti dari kepentingan inti, tapi AS sama sekali juga tidak mengalah, Wang Yi mengatakan AS menyatakan mematuhi prinsip satu Tiongkok, tapi pernyataan Gedung Putih menyebutkan AS berjanji mematuhi kebijakan satu Tiongkok yang konsisten selama ini. Perhatikan, AS mengatakan pihaknya selalu menerapkan kebijakan satu Tiongkok (berbeda dengan pemahaman PKT), bukan prinsip satu Tiongkok, melainkan ada penambahan satu kalimat: menentang perubahan kondisi sekarang secara sepihak. AS pun tidak menyinggung soal tuntutan PKT untuk menentang Taiwan merdeka, atau mendukung reunifikasi secara damai dan pernyataan sejenisnya.
Masalah krusial antara AS dengan RRT masih seputar kepercayaan, ketika wartawan diberi kebebasan mengambil foto sebelum KTT berlangsung, ada wartawan yang bertanya dengan lantang dengan menggunakan Bahasa Mandarin dan Bahasa Inggris bahwa apakah pihak Tiongkok akan percaya pada Presiden AS? Atau apakah AS percaya pada PKT? Kedua belah pihak tidak memberikan jawaban.
Kemudian Biden menggelar konferensi pers, wartawan kembali melontarkan pertanyaan yang sama, apakah bisa memercayai PKT? Biden menjawab, percaya, tapi harus diamati dan dipastikan. Maksudnya adalah, dengarkan perkataannya, dan amati tindakannya, yang artinya masih tidak bisa dipercaya, sebenarnya dalam politik luar negeri hal semacam ini kerap terjadi. Biasanya, antar sahabat, yang diandalkan adalah kepercayaan, antar musuh, yang diandalkan adalah pengawasan, dari jawaban Biden ini tak sulit disimpulkan, hubungan AS dengan Beijing adalah suatu hubungan setengah bermusuhan.
Guo Jun mengatakan, terkait dulunya Beijing pernah menjanjikan terlalu banyak hal yang kemudian tidak pernah ditepatinya, misalnya setelah 15 tahun bergabung dalam WTO, mayoritas syarat yang dijanjikan PKT tak pernah direalisasikannya, juga masalah militerisasi di Laut Tiongkok Selatan, serangan internet terhadap AS, membiarkan Fentanyl beredar masuk ke AS dan lain sebagainya, semua ini adalah aksi PKT di belakangnya dengan menggunakan kekuatan negara.
Masalah yang paling diperhatikan oleh AS adalah, PKT pernah memberikan begitu banyak janjinya, tapi tidak diwujudkan, dan sekarang tindakan PKT bahkan lebih buruk daripada dulu. Orang Amerika seharusnya sudah tahu bahwa janji PKT tidak banyak gunanya, jika tidak mengambil tindakan tegas, maka janji PKT adalah palsu, yang dapat berubah seiring berjalannya waktu, jadi AS tidak akan semudah itu melepaskan cara mencekal PKT yang efektif.
Yang berbeda dengan sebelumnya adalah, kondisi ekonomi Beijing saat ini sangat buruk, PKT butuh waktu untuk mengambil napas, dan meredakan situasi, jadi apakah AS akan memberi kesempatan mengambil napas bagi PKT, ini adalah kuncinya, mungkin masih ada kontroversi di dalam negeri AS, tapi menghadapi persaingan dan konfrontasi yang esensial dengan RRT seperti ini, AS tidak mungkin akan berubah.
Anggota Committee of Present Danger (CPD) AS untuk menghadapi Beijing yakni Lin Xiaoxu menyatakan kepada “Pinnacle View”, dalam KTT kali ini saya merasa tadinya AS memiliki banyak ekspektasi, yang pertama masalah senjata nuklir, dan masalah Timur Tengah, AS berharap PKT memberikan janjinya, karena AS sangat mengerti, PKT ada di belakangnya dan memberikan dukungan terhadap Rusia, juga mendukung Iran dan Hamas, jadi awalnya berharap meraih kemajuan berarti dalam hal politik.
Selain itu dalam hal militer, pihak AS berharap mendapatkan janji dari Beijing, misalnya agar PKT membantu mencegah Rusia menggunakan senjata nuklir pada perang Rusia-Ukraina yang sudah tidak dapat diubah itu, dan lain sebagainya. Tentu saja PKT juga mendukung Iran dalam hal mengembangkan senjata nuklirnya, dari perspektif mengancam dunia, jika PKT dapat membantu mencegah penyebaran senjata nuklir, maka secara diplomatik tentu akan menyelamatkan pamor AS.
Pemerintahan Biden tentu masih berharap dapat berkontribusi dalam hal diplomatik, karena situasi sekarang yang begitu kacau, baik perang Rusia-Ukraina maupun situasi di Timur Tengah, pemerintah Biden tidak melihat satupun hal yang dapat dibanggakan dalam hal diplomatik, hal ini tidak menguntungkan Partai Demokrat pada pilpres tahun depan. Jadi saya merasa mereka hendak berkiprah dalam hal diplomatik. Tapi PKT jelas mengambil sikap sebagai pemimpin di balik poros kejahatan, jadi PKT tidak akan mencapai kesepakatan apapun soal senjata nuklir dengan AS.
Disamping itu, sebagian besar kalangan pengusaha AS sekarang justru berpikir menarik modalnya dan tidak akan berinvestasi ke Tiongkok. Pada permukaan sepertinya pemerintah AS berharap dapat mendorong hubungan kalangan bisnis, dan mengadakan pertemuan kalangan pengusaha, bahkan Menteri Perdagangan AS pun berkunjung ke Tiongkok, tapi saya merasa disini tidak ada sesuatu yang konkrit, mayoritas modal investasi AS memikirkan bagaimana meninggalkan Tiongkok. Jadi saya merasa perundingan kali ini sebenarnya tanpa hasil, kedua belah pihak tidak mendapatkan manfaat yang sesungguhnya.
PKT Kembangkan Senjata Nuklir Lawan AS, AS Hadapi Dengan Peningkatan Kualitas Nuklirnya
Produser televisi independen Li Jun menyatakan, menurut keterangan pejabat AS dan berita yang dirilis media massa, kali ini AS dan PKT telah mencapai semacam kesepahaman soal pengendalian senjata nuklir, yakni kedua pihak sepakat tidak memasukkan teknologi AI ke dalam senjata nuklir. Karena jika AI digabungkan pada senjata nuklir, begitu lepas kendali maka umat manusia akan musnah. Jadi kedua belah pihak konon telah mencapai kesepahaman di bidang ini, namun media massa AS masih khawatir. Dikatakan setelah tercapai kesepahaman, pihak AS mungkin akan melakukan sejumlah upaya, untuk tidak memasukkan AI ke dalam senjata nuklir, tapi bagaimana menjamin PKT juga tidak melakukannya? Apabila sekembalinya Xi Jinping kemudian toh melakukannya? Oleh sebab itu masalah ini justru menjadi kekhawatiran warga AS.
Li Jun menyatakan, belum lama ini Pentagon dalam laporannya menyebutkan, PKT berencana memproduksi 1.500 hulu ledak nuklir pada 2035, tadinya hulu ledak nuklir yang dimiliki PKT sekitar 350, hingga Mei tahun ini telah bertambah menjadi 500. Jadi AS mengetahui peningkatan pesat senjata nuklir Beijing, apalagi mereka bekerjasama dengan Rusia, dan dikabarkan Rusia telah memasok 25 ton Uranium yang diperkaya kepada RRT, dan mereka bekerjasama untuk mengembangkan senjata nuklirnya dengan cepat, bagi AS ini adalah ancaman yang sangat besar.
Pakar militer AS mengatakan, awalnya AS hanya menghadapi Rusia, karena Rusia memiliki lebih dari 5.000 hulu ledak nuklir, AS juga memiliki lebih dari 5.000 hulu ledak nuklir, jadi AS cukup mewaspadai Rusia saja. Tetapi sekarang jika Beijing menambah hulu ledak nuklirnya menjadi 1.500, maka AS tidak hanya harus mengawasi Rusia, juga harus mengawasi ketat 1.500 ini.
Editor senior sekaligus penulis utama The Epoch Times yakni Shi Shan menyatakan kepada “Pinnacle View” bahwa sebenarnya dalam hal ini menyangkut serangkaian masalah keamanan regional, karena PKT memiliki begitu banyak senjata nuklir, dan ketika PKT menjadi ancaman, mereka juga akan menyebarkannya kepada Korut dan Iran.
Kunjungan ke AS Tanpa Hasil, Konten Propaganda PKT Hampa Tak Berisi
Kepada “Pinnacle View” Li Jun menyatakan, kali ini PKT telah mengajukan suatu permintaan, yakni meminta AS melonggarkan blokade teknologi terhadap RRT, pejabat AS berkata, dalam hal ini Biden telah memberikan jawaban yang sangat langsung, Biden mengatakan, AS tidak akan memberikan teknologi ini kepada Beijing, dan membiarkan mereka menguasai teknologi ini untuk kemudian dipakai menyerang AS. Dengan kata lain Biden sangat paham bahwa PKT akan berperang melawan AS, maka AS tidak bisa memberikan teknologinya kepada mereka. Jadi Biden berkata, ini bukanlah masalah blokade teknologi, melainkan merupakan masalah keamanan nasional, karena sekarang PKT berencana akan berperang dengan AS. Karena begitu PKT menyerang Taiwan, itu berarti berperang dengan AS, dipastikan AS akan mengirim pasukan, dalam kondisi seperti itu, AS tidak mungkin memberikan teknologi kepada Beijing, dan membiarkan mereka menyerang AS. Jadi Biden telah mengungkapkan semuanya, saya percaya PKT juga telah memahaminya.
Shi Shan menyatakan, saya telah memperhatikan pemberitaan oleh media massa resmi PKT, pemberitaannya menekankan, Biden sendiri telah berjalan ke pintu gerbang menyambut Xi Jinping, setelah perundingan juga mengantarkan Xi ke mobil untuk kemudian bersalaman berpisah, yang ditekankan media massa PKT adalah hal sepele seperti itu, yang ditekankan adalah kedua belah pihak telah duduk bersama untuk berunding. Mengenai apa hasilnya, itu sama sekali tidak penting dalam pemberitaan mereka. (sud/whs)