oleh Li Ming
Negosiasi pertukaran sandera antara Israel dan Hamas mengalami kegagalan, perang di Gaza kembali terjadi. Pada 2 Desember, tentara Israel melancarkan serangan udara ke beberapa kubu Hizbullah di Suriah, dilaporkan ada setidaknya 4 orang militan tewas dalam serangan tersebut. Ada media yang mengutip informasi dari pejabat Israel melaporkan bahwa dinas intelijen Israel telah merumuskan rencana untuk memburu para pemimpin Hamas yang bersembunyi di negara lain.
Kementerian Pertahanan Nasional Suriah mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa pada Sabtu (2 Desember) dini, tentara Israel telah melakukan serangan udara ke wilayah dekat ibu kota Suriah, Damaskus.
Rami Abdel Rahman, Kepala Organisasi Pemantau Perang dari “Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia” (Syrian Observatory for Human Rights), mengatakan kepada media bahwa militer Israel melakukan serangan udara terhadap beberapa kubu pertahanan kelompok bersenjata Hizbullah di daerah Sayida Zainab yang berada di selatan Damaskus. Menyebabkan setidaknya 2 orang militan Suriah yang bekerja untuk Hizbullah dan 2 orang asing pro-Iran tewas, selain itu melukai 5 porang militan lainnya.
Pada hari yang sama, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melanjutkan pemboman besar-besaran di Jalur Gaza. Tentara Israel menyatakan bahwa Pasukan Pertahanan Israel membom lebih dari 50 sasaran Hamas di wilayah Khan Yunis di Gaza selatan dan sekitarnya melalui 3 arah, yakni darat, laut dan udara. Pada saat yang sama, serangan Israel di Gaza utara juga terus berlanjut.
Sehari sebelum melancarkan serangan ini, militer Israel telah membagikan selebaran di Gaza yang isinya meminta penduduk di 4 wilayah itu untuk mengungsi ke daerah Rafah, yang lebih jauh dari Gaza.
Pada 1 Desember, “Wall Street Journal” yang mengutip ungkapan para pejabat Israel memberitakan bahwa Badan Intelijen dan Operasi Khusus Israel Mossad telah merumuskan rencana untuk memburu para pimpinan Hamas di seluruh dunia pasca perang di Jalur Gaza untuk meminta pertanggungjawaban atas serangan 7 Oktober tahun ini terhadap Israel.
Menurut laporan, para pejabat Israel mengatakan bahwa sesuai perintah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, badan intelijen utama Israel sedang merumuskan rencana untuk memburu para pemimpin Hamas yang tinggal di Lebanon, Turki dan Qatar.
Selama bertahun-tahun, negara-negara seperti Qatar, Lebanon, Iran, Rusia dan Turki telah memberikan suaka pada tingkat tertentu kepada organisasi Hamas. Sementara itu, untuk menghindari terciptanya krisis diplomatik, Israel umumnya tidak menjadikan para pimpinan Hamas yang tinggal di tempat-tempat tersebut sebagai target serangan. Namun, serangan 7 Oktober telah mengubah situasi tersebut.
Bagi para pejabat pemerintah Israel, permasalahannya sekarang bukanlah soal mau atau tidak menyerang para pimpinan Hamas yang berada di luar negeri itu, tetapi bagaimana membasmi mereka di sana.
Pembunuh Israel dilaporkan telah memburu militan Palestina di Beirut, membunuh para pemimpin Hamas di Dubai, dan menggunakan bom mobil untuk membunuh seorang pemimpin Hizbullah di Suriah.
Laporan terkait dari Bloomberg juga menyebutkan bahwa rencana memburu para tokoh senior Hamas merupakan kelanjutan dari perang Israel di Gaza dan bagian dari upaya Israel untuk memastikan bahwa Hamas tidak lagi menjadi ancaman serius bagi Israel. Selain itu, guna mempersingkat perang, otoritas Israel sedang mempertimbangkan untuk mengusir para pejuang Hamas tingkat rendah keluar dari Jalur Gaza. (sin)