Israel pada 6 Desember, mengumumkan bahwa mereka telah melenyapkan setengah dari komandan setingkat batalyon Hamas. Israel juga bersumpah bahwa Gaza tidak akan diperintah oleh otoritas Palestina di masa depan
Ren Hao – NTD
Pada Rabu 6 Desember, suara ledakan peluru terus terdengar di utara dan selatan Gaza. Tentara Israel melakukan serangan udara terhadap sekitar 250 sasaran dan kedua pasukan juga terus saling baku tembak.
Hari itu, pertempuran paling sengit terjadi di garis depan di Khan Younis, Gaza Selatan, kota terbesar kedua di Gaza. Di sana, tentara Israel telah membuat terobosan besar.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berkata: “Saya katakan tadi malam bahwa pasukan kami dapat mencapai mana saja di Gaza. Sekarang, pasukan mengepung rumah (pemimpin Hamas) Yahya Sinwar. Rumahnya bukan benteng, dia bisa melarikan diri. Ini hanya masalah waktu sebelum kita menangkapnya.”
Pemimpin Hamas Yahya Sinwar dan pemimpin militer Mohammed Deif diyakini bersembunyi di terowongan di bawah Khan Younis. Saat ini, seluruh kota dikepung oleh pasukan Israel, kini keduanya mungkin tidak dapat melarikan diri.
Minggu ini, tentara Israel mengumumkan bahwa mereka telah membunuh lebih dari 5.000 militan Hamas.
Netanyahu berkata: “Sejauh ini kami telah melenyapkan sekitar setengah dari komandan batalion Hamas.”
Selama perang ini, buku pelajaran Gaza yang ditemukan oleh tentara Israel mengajarkan siswa tentang terorisme. Netanyahu mengatakan bahwa setelah Hamas dilenyapkan, otoritas Palestina tidak akan diizinkan memerintah Gaza selama dia masih menjabat dan pada saat yang sama wilayah Gaza harus didemiliterisasi.
Pada Rabu, pasukan Israel menemukan persenjataan Hamas dalam jumlah terbesar hingga saat ini di dekat sebuah sekolah dan klinik di Gaza utara. Senjata-senjata tersebut mencakup ratusan rudal RPG, rudal anti-tank, rudal jarak jauh, berbagai senjata dan alat peledak.
Tugas terpenting Israel saat ini adalah menyelamatkan para sandera. Pada Selasa 5 Desember, para sandera yang dibebaskan mengatakan kepada kabinet Israel bahwa mereka telah disiksa dan diserang secara seksual di Gaza. Mereka mengatakan situasi sandera laki-laki bahkan lebih buruk lagi.
Selama gencatan senjata tujuh hari dari 24 hingga 30 November, Israel menggunakan tiga kali lipat jumlah tahanan Palestina untuk ditukar dengan 81 sandera wanita dan anak-anak, serta 23 warga Thailand dan 1 warga Filipina. (Hui)