MICHAEL WING
Sang penjaga terjebak dalam ketidakpastian, berdiri di bawah dan di atas pasir, dan berada di antara faksi- faksi yang bertikai di gurun selama beberapa dekade. Patung kuno itu telah mengalami hari-hari yang lebih baik—yang ini tanpa kepala.
“Perhatian terhadap detail sungguh luar biasa,” kata Pascal Butterlin, seorang profesor arkeologi Timur Tengah di Universitas Paris, yang bekerja di sebuah penggalian di dekat Khorsabad.
Patung ini sekarang dilestarikan oleh para arkeolog internasional dari Prancis dan Jerman—termasuk dari Louvre dan Universitas Munich.
Bulu ikal yang terpahat rapi membentuk janggut patung. Garis- garis yang tepat mendefinisikan bulu dengan detail yang rumit, menyebar dari sayapnya yang kokoh dan melebar.
Dewa binatang raksasa ini, yang diukir dari pualam putih padat disebut lamassu (makhluk mitologis dari Mesopotamia kuno yang merupakan Dewa pelindung Asiria, red.). Dengan tubuh banteng, sayap burung, dan kepala manusia, para penjaga monolitik ini pernah memandangi mereka yang memasuki gerbang ibu kota kuno Asiria, Dur-Sharrukin, yang sekarang menjadi desa Khorsabad, Irak.
Patung lamassu pertama kali digali pada 1993 dan dimutilasi oleh penjarah pada 1990-an. Mereka mengambil kepala patung dan memotongnya menjadi beberapa bagian dengan niat untuk menyelundupkannya keluar dari Irak. Namun, para pencuri tertangkap, dan kepala patung sekarang berada di Museum Irak.
Patung yang kepalanya terpenggal ini kemudian menghadapi bahaya lain, karena patung tersebut berdiri di wilayah yang diperebutkan selama Perang Saudara Irak-Kurdi, di garis depan ketika faksi-faksi bertempur sengit dengan tank dan artileri.
Di tengah-tengah pertempuran, bangunan tersebut terancam diledakkan, sehingga pihak berwenang Irak, termasuk Dewan Purbakala dan Warisan Negara, mengalokasikan la- massu tersebut untuk perlindungan segera.
Mereka mengelilinginya dengan dinding batu bata kecil dan menguburkannya di pasir, menjaga lamassu dari tembakan mortir dan pertempuran darat selama beberapa dekade. Sekarang, hampir sepenuhnya muncul tanpa cacat.
Patung monolitik ini berukuran 3,8 x 3,9 meter dengan berat 18 ton. “Saya belum pernah menemukan sesuatu sebesar ini dalam hidup saya sebelumnya,” kata Mr. Butterlin, seperti dilansir France 24. “Biasanya, hanya di Mesir atau Kamboja Anda bisa menemukan potongan sebesar ini.”
Lamassu Asiria berasal dari abad ke-8 SM dan berdiri di gerbang kota untuk memberikan perlindungan. Mereka dipesan di bawah pemerintahan Sargon II, yang berkuasa antara 722 dan 705 SM.
Beberapa lamassu digali pada abad ke-19 oleh arkeolog Prancis, Victor Place untuk menjadi permata koleksi di Louvre dan British Museum. Namun hewan hibrida yang ada saat ini sebagian besar telah terlupakan di Irak.
Selain selamat dari perang saudara di bawah tanah, patung itu juga terselamatkan dari bencana lain. Kelompok militan ISIS merebut wilayah tersebut dan mengobarkan perang terhadap artefak Asyur antara 2014- 2017, meledakkan dua monster hibrida di Museum Mosul. Lebih banyak lagi yang dihancurkan di Istana Barat Laut di Nimrud.
Kini setelah ketegangan mereda dan kawasan menjadi stabil, para arkeolog internasional berbondong- bondong mencari temuan penting. Ini termasuk tablet Asyur yang terawetkan dengan baik yang ditemukan tahun lalu, dan lamassu yang ditemukan bulan ini di istana Esarhaddon.
Temuan-temuan bersejarah tersebut—termasuk, mungkin, penjaga tanpa kepala di dekat Khorsabad— akan digunakan untuk mengembalikan koleksi yang kosong di Museum Mosul. (sun)