Pada 11 Desember, pertempuran sengit antara Israel dan Hamas berlanjut. Hamas yang berada dalam dilema pasokan, mengeluarkan ancaman terakhir untuk menghabisi seluruh sandera
oleh Ren Hao
Gaza kembali mengalami 24 jam yang mendebarkan pada 11 Desember. Israel meningkatkan kemajuannya di garis depan, menggunakan serangan udara presisi bersamaan dengan perang darat untuk memusnahkan sisa kekuatan Hamas.
Hamas, yang bersembunyi di balik bayang-bayang, terus melakukan serangan secara diam-diam dan menembakkan roket ke Israel.
Pertempuran kedua belah pihak terutama terjadi di Khan Younis, kota terbesar di Gaza Selatan. Selain mencari sandera, tentara Israel juga mengincar pemimpin Hamas Yahya Sinwar.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Galant berkata: “Kami terus maju dalam semua pertempuran dan memperdalam kemajuan. Di Jabaliya dan Shiqiya (Gaza Utara), kami menghancurkan benteng terakhir Hamas.”
Pada Senin (11/12), tentara Israel menemukan masjid lain yang berisi kamp pelatihan dan gudang senjata Hamas.
Militer Israel pada hari itu melaporkan bahwa sebuah sekolah di Gaza selatan diserang oleh elemen Hamas pada Minggu 10 Desember lalu dan empat orang tewas. Hingga berita ini diturunkan, 104 tentara Israel tewas. Namun demikian, lebih dari 5.000 elemen Hamas telah dimusnahkan oleh tentara Israel.
Penyeberangan Rafah menjadi sibuk pada Senin ketika truk dan tanker yang membawa pasokan bantuan terus memasuki Gaza. Israel secara ketat mengontrol distribusi pasokan hanya kepada warga sipil untuk memastikan bahwa Hamas tidak akan mencegatnya.
Hamas yang tidak mampu memperoleh perbekalan mengancam akan membantai seluruh sandera yang tersisa jika perbekalan tidak diperoleh.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendesak elemen Hamas yang masih menolak agar menyerah.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu: “Sekarang adalah awal kehancuran Hamas. Saya ingin memberitahu semua teroris Hamas untuk tidak mati demi Sinwar. Menyerahlah sekarang!” (Hui)