Fang Xiao dan reporter khusus Xiong Bin
Epidemi melanda Chongqing di tengah-tengah wabah besar yang melanda daratan Tiongkok. Ada warga setempat mengatakan bahwa beberapa rumah duka penuh dan beberapa orang meninggal dunia secara mendadak di bus, tetapi beritanya diblokade. Beberapa dokter mengatakan bahwa rumah sakit di Chongqing penuh dengan pasien anak-anak. Seorang gadis berusia 10 tahun mengalami berbagai komplikasi setelah demam. Sekali kunjungan ke dokter menghabiskan biaya lebih dari RMB. 220 (Rp 477 ribu) . Orangtuanya mempertanyakan, “Apakah anda berani sakit dengan biaya sebesar itu?”
Warga Chongqing: Krematorium Penuh, Beberapa Meninggal Dunia Secara Mendadak di Bus
“Setengah dari orang-orang di unit tempat keponakan saya bekerja mengalami demam dan pilek,” kata Chen Xin (nama samaran), seorang warga Distrik Nanan di Chongqing, kepada Epoch Times baru-baru ini.
“Krematorium membakar lebih banyak jenazah dari biasanya, dan ruang duka di krematorium penuh. Ada lebih banyak kematian orang tua. Seorang teman saya meninggal dunia beberapa hari lalu dan saya pergi ke Krematorium Jiangnan untuk mengantarnya. Kami relatif dekat dengan Krematorium Shiqiaopu, jadi mengapa kami harus pergi ke Krematorium Jiangnan, yang lebih jauh, untuk pemakaman? Karena aula pemakaman di Krematorium Shiqiaopu sudah penuh dan tidak ada lagi tempat.”
Chen Xin mengatakan bahwa banyak lansia yang kesehatannya memburuk setelah vaksin. Beberapa mengalami fenomena aneh, tetapi tidak ada bukti bahwa vaksinasi adalah penyebabnya.
Selain itu, Chen Xin mengatakan kepada wartawan bahwa pada 11 Desember, seorang wanita berusia tiga puluhan yang berlari beberapa langkah untuk naik bus, kemudian pingsan dan meninggal dunia.
Ia menceritakan : “Saat itu saya tidak tahu apa yang sedang terjadi, hanya melihat banyak orang di sekitar bus, dan polisi lalu lintas. Mungkin ada lebih dari seratus orang berseliweran di sekitar tempat kejadian, sesuatu yang dilihat oleh istri saya dengan matanya sendiri, dia memberitahukan kepada saya tentang kejadian itu ketika dia sampai di rumah.”
Chen Xin mengungkapkan bahwa insiden semacam ini tidak bisa diberitakan. Media berita telah diberi banyak garis merah dan tidak dapat melaporkan banyak hal, seperti real estate dan korupsi pejabat. Dengan melaporkan kejadian tersebut, jurnalis dan editor akan kehilangan pekerjaan mereka dan hanya dapat melaporkan hal-hal yang tidak penting.
Warga Chongqing: Banyak Orang-orang Bergejala dan Positif COVID
Wang, seorang warga Chongqing, mengatakan kepada reporter The Epoch Times bahwa dia juga terinfeksi virus tersebut beberapa waktu lalu dan kehilangan indera perasa. Dia juga merasakan hal yang sama seperti ketika dia terinfeksi COVID-19 sebelumnya, dia tidak merasakan apa pun yang dimakannya dan tidak dapat mencium bau apa pun.
Wang berkata bahwa dia belum pernah mendapatkan vaksin COVID-19. Dia mendengar dari teman-temannya di Shandong bahwa Qingdao, Provinsi Shandong, sudah menerapkan kode kesehatan lagi.
Guo, seorang warga Chongqing, mengatakan kepada wartawan bahwa banyak orang di daerah setempat menderita demam dan pilek, terutama anak-anak di sekolah. Banyak orang yang mengatakan gejalanya mirip dengan orang yang terinfeksi COVID-19, antara lain pilek, sakit kepala, badan pegal-pegal, dan demam, sehingga masyarakat menyebutnya infeksi COVID-19.
Feng, seorang warga Chongqing, mengatakan kepada wartawan bahwa orang-orang di banyak tempat di beberapa kabupaten di Chongqing telah terinfeksi.
Dokter: Departemen Pediatri Chongqing Penuh
Tao Yuan, wakil kepala dokter di Departemen Oftalmologi Rumah Sakit Rakyat Kedua Jinan, memposting sebuah video pada 10 Desember yang mengatakan bahwa departemen anak di Rumah Sakit Chongqing sangat ramai dan anak-anak harus mengantri untuk mendapatkan perawatan medis.
Pada 11 Desember, “Mrs Linxi” dari Chongqing memposting video pendek di media mandiri yang mengatakan bahwa putrinya yang berusia 10 tahun mengalami demam dan dia membawanya ke Departemen Pediatri Rumah Sakit Rakyat Kelima Chongqing untuk perawatan medis. Biaya pendaftarannya sebesar RMB. 15 (Rp 32 ribu) dan kemudian harus menunggu lama hingga nomornya dipanggil, sehingga putrinya terlihat sangat tidak nyaman. Akhirnya si ibu menunggu sampai nomor putrinya dipanggil, dan setelah berkomunikasi dengan dokter, ia memilih untuk tes darah. Biaya tes darahnya RMB. 72,9 (Rp 150 ribu). Kemudian kembali menunggu untuk pengambilan darahnya.
Hasil tes darah menunjukkan putrinya mengalami beberapa gejala influenza. Ia mengambil empat kotak obat dan total biayanya RMB. 114,38 (Rp248 ribu).
Dia mengatakan total biaya pendaftaran + tes darah + pengobatan adalah RMB. 202,28 , ditambah biaya keseluruhan RMB. 21,58 , biaya akhir adalah 223,86 yuan. Dia bertanya: Apakah Anda berani sakit dengan biaya seperti itu? (Hui)